Secercah Harapan dari Obat Covid-19 Remdesivir Gilead, Ampuh?

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
01 May 2020 04:01
FILE PHOTO: A Gilead Sciences, Inc. office is shown in Foster City, California, U.S. May 1, 2018. REUTERS/Stephen Lam/File Photo
Foto: Gilead (REUTERS/Stephen Lam)

Washington DC, CNBC Indonesia - Remdesivir, obat antivirus buatan Gilead Sciences yang berbasis di Amerika Serikat (AS), diklaim mampu mempercepat penyembuhan pasien terinfeksi Covid-19. Tidak hanya itu, pasien dikabarkan bisa sembuh setelah dua minggu mendapatkan perawatan.

Hal itu pun membuat Presiden AS Donald Trump mendesak Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) untuk menyetujui penggunaan remdesivir sebagai obat untuk Covid-19 secepat mungkin. Sebelumnya remdesivir adalah antivirus untuk mengobati Ebola.

"Saya ingin mereka meloloskannya secepat mungkin," ujar Trump saat mengadakan rapat dengan para eksekutif bisnis di Gedung Putih, Rabu (29/4/2020) malam waktu setempat.

Sementara itu, FDA mengatakan mereka telah melakukan diskusi dengan Gilead Sciences untuk membuat remdesivir tersedia di pasar untuk pasien Covid-19 secepat mungkin. Bahkan, menurut laporan The New York Times, FDA berencana mengumumkan otorisasi penggunaan darurat untuk remdesivir.

"Sebagai bagian dari komitmen FDA untuk mempercepat pengembangan dan ketersediaan pengobatan Covid-19 yang potensial, FDA telah terlibat dalam diskusi rutin dan berkelanjutan dengan Gilead Sciences mengenai rencana membuat remdesivir tersedia untuk pasien secepat mungkin, sewajarnya," kata Juru Bicara FDA Michael Felberbaum kepada CNBC International.

Sebelumnya, uji coba dilakukan Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) AS. Sekitar 50% pasien yang diobati dengan remdesivir menggunakan dosis selama lima hari bisa ke luar dari rumah sakit lebih cepat dibanding metode pengobatan lain misalnya dengan obat plasebo.



"Data menunjukkan remdesivir memiliki dampak positif yang jelas dan signifikan dalam mengurangi waktu pemulihan," ujar Penasehat Kesehatan Gedung Putih Anthony Fauci, dikutip dari BBC.

Menurut dia, obat dapat memblokir virus. Ia bahkan percaya akan ada standar perawatan baru dengan keberhasilan uji coba ini.

"Ini membuka pintu pada kenyataan bahwa kita sekarang memiliki kemampuan untuk mengobati," katanya.

Namun, belum diketahui secara jelas bagaimana efek obat ini terhadap kematian si pengguna. Angka mortality rate pada orang yang diberikan remdesivir, dicatat media itu, adalah 8%.

[Gambas:Video CNBC]




(miq/dru) Next Article Sukses! AS Sebut Obat Gilead Efektif Sembuhkan Corona

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular