
Terendah Dalam Sejarah Pertamina: Penjualan Bensin Anjlok 50%
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
30 April 2020 19:10

Jakarta, CNBC Indonesia- Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati buka-bukaan soal kondisi perseroan selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berlaku. Ia mengaku dampaknya sangat memukul keuangan perusahaan.
Dari sisi hilir, SPBU Pertamina tetap beroperasi namun penjualan anjlok sampai 50% untuk DKI Jakarta. "Turun parah, tapi SPBU tetap kita buka. Kita tetap komit untuk memberikan pelayanan meskipun penjualan sudah drop sekali," ujar Nicke saat menggelar konferensi pers virtual, Kamis (30/4/2020).
Secara nasional, konsumsi anjlok sampai 25%. "Ini adalah penjualan terendah sepanjang masa, kita sekarang dalam tripple shock."
Penurunan penjualan hingga 50% tak hanya terjadi di Jakarta, tapi juga Medan, Makassar, dan Surabaya. "Bandung turun 53%," kata Nicke.
Pertamina, lanjut dia, berupaya terus mendorong penjualan dengan memberikan insentif pada pelanggan. Perseroan mendorong upaya pengantaran langsung ke konsumen dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada seperti ojek online.
"Makanya kami kasih cashback ke ojek online," jelasnya.
Kondisi Pertamina makin menjadi-jadi dengan melemahnya rupiah, "Sebab spending kita 93% baik Opex maupun Capex adalah dolar, padahal kita jual produk pakai rupiah."
Akibatnya, terdapat selisih kurs dan membuat pengeluaran dan pemasukan Pertamina tak imbang-imbang.
(gus/gus) Next Article BPH Migas Targetkan 5.518 Digital Nozzle di Juni 2020
Dari sisi hilir, SPBU Pertamina tetap beroperasi namun penjualan anjlok sampai 50% untuk DKI Jakarta. "Turun parah, tapi SPBU tetap kita buka. Kita tetap komit untuk memberikan pelayanan meskipun penjualan sudah drop sekali," ujar Nicke saat menggelar konferensi pers virtual, Kamis (30/4/2020).
Secara nasional, konsumsi anjlok sampai 25%. "Ini adalah penjualan terendah sepanjang masa, kita sekarang dalam tripple shock."
Pertamina, lanjut dia, berupaya terus mendorong penjualan dengan memberikan insentif pada pelanggan. Perseroan mendorong upaya pengantaran langsung ke konsumen dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada seperti ojek online.
"Makanya kami kasih cashback ke ojek online," jelasnya.
Kondisi Pertamina makin menjadi-jadi dengan melemahnya rupiah, "Sebab spending kita 93% baik Opex maupun Capex adalah dolar, padahal kita jual produk pakai rupiah."
Akibatnya, terdapat selisih kurs dan membuat pengeluaran dan pemasukan Pertamina tak imbang-imbang.
(gus/gus) Next Article BPH Migas Targetkan 5.518 Digital Nozzle di Juni 2020
Most Popular