Internasional

Lagi Panas Sama AS, China Juga Tegang dengan Australia, Why?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
29 April 2020 13:17
Australian Foreign Minister Julie Bishop, left, shakes hands with Chinese Foreign Minister Wang Yi as she arrives for a meeting at the Ministry of Foreign Affairs in Beijing, Wednesday, Feb. 17, 2016. (Wu Hong/Pool Photo via AP)
Foto: File Photo: Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop, kiri, berjabat tangan dengan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi. AP/Wu Hong
Jakarta, CNBC Indonesia - Terlibatnya Australia dalam tuntutan yang menginginkan penyelidikan menyeluruh terhadap sumber penyebaran virus corona (COVID-19) membuat hubungan negeri tersebut dengan China memanas.

Australia bahkan memanggil duta besar China, setelah perwakilan negara tersebut menyatakan akan ada konsekuensi ekonomi karena dorongan Canberra untuk penyelidikan independen terhadap pandemi COVID-19.

Menteri Perdagangan Simon Birmingham pada Selasa (28/4/2020) mengatakan sekretaris Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia telah berbicara dengan Duta Besar China untuk Australia Cheng Jingye. Australia meminta klarifikasi atas pernyataan Cheng Jingye yang dianggap "mengecewakan".



"Australia tidak lagi akan mengubah posisi kebijakan kami pada masalah utama kesehatan masyarakat karena ancaman paksaan ekonomi daripada mengubah posisi kebijakan kami dalam hal keamanan nasional," kata Birmingham kepada ABC News, sebagaimana dikutip oleh South China Morning Post, Rabu (29/4/2020).

"Tetapi pemerintah sangat jelas bahwa kami telah melihat hilangnya kehidupan yang sangat besar di seluruh dunia dari ratusan ribu orang, gangguan ekonomi yang sangat besar terhadap milyaran kehidupan di seluruh planet ini, dan tentu saja memerlukan penyelidikan transparan untuk memastikan tidak ada yang hilang atau terjadi lagi."

Australia sendiri bergabung dengan Amerika Serikat guna mencari kebenaran asal mula virus corona. Termasuk, apa benar virus ini berasal dari laboratorium di Wuhan, Provinsi Hubei, yang jadi episentrum awal COVID-19.



Sebelumnya, dalam wawancara dengan Australian Financial Review yang diterbitkan Minggu (26/4/2020), Cheng Jingye menyatakan kekecewaannya terhadap sikap Australia. "Publik China frustasi, kecewa dan kecewa dengan apa yang sedang dilakukan Australia sekarang," kata Cheng.

"Jika sesuatu berubah menjadi lebih buruk, maka orang akan berpikir 'mengapa kita harus pergi ke negara yang tidak bersahabat dengan China?' ... Mengapa kita harus minum anggur Australia? Makan daging sapi Australia?."

Cheng juga memberi peringatan soal aliran masuk mahasiswa China ke Australia, yang ternyata menjadi sumber pendapatan negara itu. "Orang tua siswa juga akan berpikir apakah tempat yang mereka temukan (untuk menimba ilmu) ramah, atau bermusuhan," ujarnya.

Hubungan Australia dan China memang tegang sejak 2018 lalu. Di 2019, China juga sempat memperingatkan Australia karena kritik pada penanganan etnis Uighur di Xinjiang.

Selain Australia, negara-negara seperti AS mempertanyakan penanganan Beijing terhadap wabah awal COVID-19 di Wuhan dan menyerukan penyelidikan independen menyeluruh.

Tetapi China mengatakan bawah penyelidikan tersebut sama dengan "manipulasi politik", meskipun seorang juru bicara kementerian luar negeri China sempat menyatakan tanpa bukti bahwa virus tersebut berasal dari militer AS.
Sementara itu, di Laut China Selatan, hubungan AS-China juga tengah memanas. AS dituding China masuk ke teritorinya dan melakukan tindakan provokatif di Kepulauan Paracel.

[Gambas:Video CNBC]




(sef/sef) Next Article China Beri 'Warning' Australia, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular