
Pengusaha Curhat PSBB Bikin Pusing, Pusat & Daerah Tak Kompak
Ratu Rina, CNBC Indonesia
27 April 2020 17:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) mengeluhkan adanya ketidaksinkronan antara kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah di tengah pandemi covid-19. Pemerintah pusat ingin industri tetap operasi, tetapi daerah justru ingin sebaliknya.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi), Adhi S. Lukman saat Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi VI DPR RI secara virtual, Senin (27/04/20).
Ketidaksinkronan ini tercermin dari perbedaan operasional produksi bagi industri makanan dan minuman di setiap daerah yang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Saat ini tercatat ada 24 daerah yang sudah memberlakukan PSBB. Menurut Adhi, hal ini bisa menghambat kinerja industri makanan dan minuman.
"Beberapa hal yang kami alami, pertama, ketidaksinkronan pemerintah pusat dan daerah, pemerintah pusat selalu ingin industri berjalan terutama industri makanan minuman, supaya tetap beroperasi untuk menjaga ketersediaan dimana pada saat ini sangat sulit mengandalkan pangan segar," kata Adhi.
Sementara, di tingkat pemerintah daerah ada beberapa daerah yang meminta kegiatan industrinya berhenti hingga tutup total, salah satunya seperti di Sumatera. "Bahkan ada beberapa daerah yang harus ditutup industrinya meskipun kita sudah mendapatkan izin (dari kementerian perindustrian)," katanya.
Selain itu, dia mengaku beberapa daerah mewajibkan pekerja industri yang tetap beroperasi untuk melakukan rapid test. Padahal, hal tersebut kurang efektif dilakukan bagi orang sehat, terlebih biayanya sangat mahal.
Ia mengatakan saat penerapan PSBB rantai pasok memang terganggu, masalah logistik terutama di angkutan darat dan angkutan laut ternyata tidak imbang antara pulang dan pergi. Adhi mencontohkan untuk truk pulang pergi ada muatan sekarang banyak truk yang pulang pergi belum tentu ada muatan yang sama, sehingga ini menyebabkan gangguan di dalam logistik.
"Hal ini menyebabkan dampak ekonomi yang luar biasa dan mulai dirasakan penurunannya oleh industri makanan dan minuman," jelas Adhi.
(hoi/hoi) Next Article Napas Pengusaha Habis Oktober, Ini Penjelasannya
Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi), Adhi S. Lukman saat Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi VI DPR RI secara virtual, Senin (27/04/20).
Ketidaksinkronan ini tercermin dari perbedaan operasional produksi bagi industri makanan dan minuman di setiap daerah yang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Saat ini tercatat ada 24 daerah yang sudah memberlakukan PSBB. Menurut Adhi, hal ini bisa menghambat kinerja industri makanan dan minuman.
"Beberapa hal yang kami alami, pertama, ketidaksinkronan pemerintah pusat dan daerah, pemerintah pusat selalu ingin industri berjalan terutama industri makanan minuman, supaya tetap beroperasi untuk menjaga ketersediaan dimana pada saat ini sangat sulit mengandalkan pangan segar," kata Adhi.
Sementara, di tingkat pemerintah daerah ada beberapa daerah yang meminta kegiatan industrinya berhenti hingga tutup total, salah satunya seperti di Sumatera. "Bahkan ada beberapa daerah yang harus ditutup industrinya meskipun kita sudah mendapatkan izin (dari kementerian perindustrian)," katanya.
Selain itu, dia mengaku beberapa daerah mewajibkan pekerja industri yang tetap beroperasi untuk melakukan rapid test. Padahal, hal tersebut kurang efektif dilakukan bagi orang sehat, terlebih biayanya sangat mahal.
Ia mengatakan saat penerapan PSBB rantai pasok memang terganggu, masalah logistik terutama di angkutan darat dan angkutan laut ternyata tidak imbang antara pulang dan pergi. Adhi mencontohkan untuk truk pulang pergi ada muatan sekarang banyak truk yang pulang pergi belum tentu ada muatan yang sama, sehingga ini menyebabkan gangguan di dalam logistik.
"Hal ini menyebabkan dampak ekonomi yang luar biasa dan mulai dirasakan penurunannya oleh industri makanan dan minuman," jelas Adhi.
(hoi/hoi) Next Article Napas Pengusaha Habis Oktober, Ini Penjelasannya
Most Popular