Mengenal Juche, 'Pancasila' Kim Jong Un

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 April 2020 06:19
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar mangkatnya Pemimpin Tertinggi Republik Demokratik Korea alias Korea Utara Kim Jong Un santer beredar dalam beberapa hari terakhir. Berbagai spekulasi bergerak liar karena memang belum ada keterangan resmi dari Pyongyang.

Kim Jong Un mulai menjabat sebagai Pemimpin Korea Utara pada 17 Desember 2011 menggantikan ayahnya, Kim Jong Il, yang wafat. Kim Jong Un adalah cucu dari Kim Il Sung, bapak bangsa sekaligus presiden abadi Korea Utara.

Di bawah kepemimpinan Kim Jong Un, Korea Utara mencatat sejarah baru dengan mengupayakan perdamaian dengan dua seteru utamanya, sang tetangga Republik Korea alias Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS). Kim Jong Un membawa harapan perdamaian di Semenanjung Korea.


Korea Utara adalah negeri langka nan unik. Di tengah arus globalisasi yang begitu deras, Korea Utara adalah negara yang bisa dibilang tertutup rapat. Selain dengan China, Korea Utara hampir tidak punya sekutu.

Ini tidak lepas dari dasar negara yang dianut oleh Korea Utara. Jika Indonesia punya Pancasila, Korea Utara memiliki Juche sebagai pandangan hidup dan sumber dari segala sumber hukum. Juche lah yang membawa Korea Utara tetap bertahan meski dalam isolasi.

Apa itu Juche? Mengapa Juche bisa begitu kuat sehingga mampu menopang hidup dan kehidupan Korea Utara?




[Gambas:Video CNBC]



Secara awam, Juche bisa diartikan sebagai mandiri. Dalam bahasa presiden Indonesia pertama, Ir Soekarno, istilahnya Berdiri di Atas Kaki Sendiri atau Berdikari. 

Juche dirumuskan oleh Kim Il Sung, kakek dari Kim Jong Un. Kim Il Sung diberi gelar Presiden Abadi Korea Utara, sehingga jabatan orang nomor satu di negara itu kemudian berganti menjadi Pemimpin.

Juche adalah percabangan dari Marxisme-Leninisme, yang kemudian membentuk ciri khas tersendiri. Juche memegang teguh prinsip kemandirian yang diraih melalui pembangunan ekonomi nasional untuk mencapai masyarakat sosialis. 

Seperti halnya Pancasila, Juche pun diamalkan di setiap sendi kehidupan termasuk ekonomi. Konsep Kim Il Sung menekankan kepada perekonomian nasional yang mandiri dengan membangun industri sebagai tulang punggung, pengembangan teknologi, dan ketersediaan sumber daya dari dalam negeri. 

Di bidang industri, Korea Utara cukup maju di sektor pertahanan. Maklum, pertahanan memang menjadi fokus anggaran negara.

Pada 2016, laporan Kementerian Luar Negeri AS menyebutkan anggaran pertahanan Korea Utara mencapai 23% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sebagai gambaran, Bank Dunia mencatat belanja pertahanan Indonesia pada 2018 hanya 0,7% dari PDB.





Tingginya belanja pertahanan membuat industri militer Korut berkembang. Biro Industri Mesin I memproduksi senjata api, sementara Biro Industri Mesin II memproduksi senjata artileri. Kemudian ada pula pabrik tank Ryu Kyong Su dan pabrik amunisi Tokhyon. 

Itu baru di matra darat. Di matra laut, industri militer Korut juga menggeliat. Korut memiliki setidaknya enam galangan kapal yang memproduksi kapal tempur sampai kapal selam.

Selain industri pertahanan, otomotif di Korea Utara juga bergerak meski levelnya masih jauh dari para tetangganya. Mengadopsi eks teknologi Uni Soviet, Korea Utara mengembangkan berbagai tipe mobil mulai dari penumpang, komersial, sampai alat berat. 

Kemudian, industri garmen juga berkembang di Korea Utara. Bahkan produk garmen Korea Utara bisa menembus pasar ekspor, terutama ke negara sekutu mereka, China. 

Mengutip data Korea Trade-Investment Promotion Agency, ekspor garmen Korea Utara pada 2016 mencapai US$ 752 juta. Ini merupakan kedua terbesar setelah ekspor batu bara. Hampir 80% ekspor garmen ditujukan ke Negeri Tirai Bambu.

Produk Korea Utara juga sudah menembus pasat Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan impor Indonesia dari Korea Utara pada 2019 bernilai US$ 3,06 juta. memang belum ada apa-apanya dibandingkan impor dari Korea Selatan yang mencapai US$ 8,42 miliar.

Berikut adalah lima besar komoditas/produk impor Indonesia dari Korea Utara pada 2019:



Soal sumber daya, Korea Utara pun punya batu bara dan mineral melimpah. Oleh karena itu, pembangunan industri memiliki modal yang kuat, yaitu pasokan bahan baku memadai. 

Meski bisa membawa rakyat Korea Utara bertahan hidup melalui badai sanksi, Juche bukan tanpa kritik. Pihak luar menilai Juche merupakan alat legitimasi negara (dalam hal ini dinasti Kim) untuk menerapkan totalitarianisme. Atas nama negara, semua dihalalkan sehingga menghambat ruang demokrasi dan kebebasan.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular