Waspada! AS Terancam Diserang Corona Lagi, Ini Alasannya

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
25 April 2020 18:28
Ditengah Pandemi Covid-19, Warga AS Serbu Pantai di Florida. (AP/Wilfredo Lee)
Foto: Ditengah Pandemi Covid-19, Warga AS Serbu Pantai di Florida. (AP/Wilfredo Lee)
Redfield juga mengimbau untuk terus mepersiapkan dengan baik adanya gelombang kedua wabah ini. Ahli kesehatan dunia meyakini bahwa ada setidaknya tiga skenario berakhirnya pandemi yang mungkin.

Skenario yang pertama, pandemi akan mudah ditangani dengan intervensi di sektor kesehatan seperti biasanya. Di beberapa negara ini efektif terutama yang sudah mempersiapkan strategi sejak dini sehingga wabah bisa ditekan. Namun secara global, merebaknya virus ini masih membuat sektor kesehatan kewalahan dibuatnya.

Skenario kedua, pandemi bisa berakhir dengan ditemukannya vaksin dan obat. Namun pengembangan vaksin dan obat untuk virus baru seperti ini tentu butuh ongkos yang besar. Tak hanya itu waktu pengembangannya pun lama karena harus melewati serangkaian uji klinis.

Nature menyebutkan, pengembangan vaksin paling cepat memakan waktu 12-18 bulan. Namun bukan berarti masalah akan selesai begitu saja ketika vaksin atau obat yang mujarab berhasil dikembangkan.


Masalah lain yang bersifat teknis seperti produksi skala masif untuk mencukupi kebutuhan vaksin/obat hingga mewujudkan program imunisasi yang inklusif juga menyisakan sederet tantangan yang tak bisa dianggap remeh. Jadi memang tidak semudah itu Ferguso.

Kabar terbaru, obat remdesivir yang pekan lalu dikatakan manjur diberikan untuk pasien COVID-19 di AS, kemarin gagal pada uji coba pertama di China. WHO sendiri yang mengatakan.

Namun Gilead Science sebagai produsen obat tersebut menyoroti bahwa karena sedikitnya sampel dan metode pengujian yang dinilai kurang sesuai sebenarnya belum ada yang dapat disimpulkan dari percobaan tersebut. Lebih lanjut Gilead juga mengatakan obat cukup efektif terutama bagi pasien yang menderita COVID-19 pada periode awal.

Terlepas dari kesimpangsiuran informasi tersebut, berbagai negara terutama AS terus mengembangkan obat maupun vaksin untuk melawan pandemic COVID-19.

Beberapa obat yang saat ini digunakan selain remdesivir adalah Tamiflu hingga Chloroquine yang dikenal sebagai obat anti-Malaria. Hasilnya pun beragam dan masih menimbulkan perdebatan.



Untuk vaksin sendiri, saat ini kandidat terkuatnya dalah mRNA-1273 keluaran Moderna. Saat ini calon vaksin ini tengah menjalani uji klinis. Rencananya dalam beberapa bulan ke depan uji klinis tahap dua akan segera dilakukan.



Untuk skenario kedua ini pun kemungkinannya masih relatif kecil mengingat waktu yang dibutuhkan untuk pengembangan juga lama. Bertahun-tahun malah pada umumnya. In berarti ada kemungkinan pandemi akan mereda terlebih dahulu. Namun vaksin dan obat tentu masih tetap dibutuhkan.

Skenario yang ketiga yang dianggap paling memungkinkan adalah pandemi ini akan reda dengan sendirnya setelah menginfeksi sejumlah populasi manusia di dunia. Namun musuh tak kasat mata ini tak akan pernah benar-benar sirna.

Dia hanya akan bersembunyi dan menunggu waktu yang tepat untuk kembali menyerang. Virus ini ke depan diyakini akan jadi penyakit musiman seperti flu. Kemungkinan besar ini pula yang diyakini oleh Redfield.

Jadi kesimpulannya, jangan senang berlebihan dulu hingga tenggelam dalam euforia sehingga lalai untuk tetap waspada saat jumlah kasus baru turun. Risiko musuh akan datang lagi jelas ada dan kesempatannya terbuka lebar. Pesan ini tentu tak hanya berlaku untuk AS juga, tetapi juga untuk semua negara.

Oleh karena itu mempersiapkan diri akan jauh lebih baik daripada mengobati. Bukan kah begitu kata pepatah to?


TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular