
Tak Jadi Episentrum Corona, Kok Neraca Dagang Jepang Anjlok?

Jakarta, CNBC Indonesia - Meski negaranya tak menjadi episentrum kasus corona (strain baru), Jepang melaporkan penurunan perdagangan Maret, dengan nilai ekspor yang anjlok ke titik yang terparah dalam 4 tahun terakhir.
Jepang sempat dipuji menjadi negara yang relatif kecil penyebaran pandemi COVID-19, karena kuatnya budaya bersih dan kedisiplinan masyarakat mengenakan masker. Pemerintah Jepang juga tidak mengenakan kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat (lockdown).
Namun, efek wabah tersebut tetap saja memukul perekonomian Jepang menyusul perlambatan sektor manufaktur di berbagai negara maju yang menjadi mitra dagang utamanya. Ekspor ke pasar AS, misalnya, anjlok dengan laju tercepat sejak 2011, memukul produk otomotif mereka.
Data Menteri Keuangan menunjukkan ekspor Jepang anjlok 11,7% sepanjang bulan lalu (secara tahunan). Angka ini lebih buruk dari konsensus ekonom di polling Reuters yang memperkirakan koreksi hanya 10,1%. Ini melanjutkan koreksi pada Februari yang mencapai 1% dan menjadi koreksi terburuk sejak Juli 2016.
Di sisi lain, impor anjlok 5%, atau sedikit lebih baik dari hasil polling yang memperkirakan penurunan hingga 9,8%. Pada Februari, penurunan pos impor mencapai 13,9%, sehingga total surplus perdagangan Negeri Samurai tersebut sebesar 4,9 miliar yen (US$ 45,47 juta).
Ketimpangan laju koreksi antara impor dan ekspor tersebut mengindikasikan bahwa ekonomi domestik Jepang bergulir lebih baik dari ekonomi di negara-negara yang menjadi pasar tujuan ekspornya. Permintaan energi dan bahan baku di kalangan pelaku usaha mereka tertekan dengan laju yang lebih rendah dari yang dialami pelaku usaha di China dan AS.
China yang menjadi episentrum wabah COVID-19 mengalami penurunan aktivitas usaha sehingga ekspor Jepang ke mitra dagang utamanya ini anjlok 8,7% Maret lalu. Produk ekspor utama Jepang ke Negeri Panda meliputi suku cadang mobil, bahan organik, dan mesin chip.
AS yang menjadi mitra dagang utama kedua Jepang juga mengalami penurunan permintaan sehingga ekspor ke Negeri Sam itu anjlok 16,5%, menjadi koreksi terbesar sejak April 2011. Produk ekspor utama Jepang ke AS adalah mobil, alat elektronik, motor pesawat, dan mesin pertambangan dan konstruksi.
Di sisi lain, ekspor ke kawasan Asia, yang menyumbang lebih dari separuh ekspor Jepang, anjlok 9,4%. Hal ini membuktikan bahwa tidak ada negara yang kebal dari pukulan COVID-19 terhadap perekonomian mereka. Apalagi, perekonomian dunia diprediksi terlempar kembali ke level era Depresi Akbar tahun 1930-an.