Sudah Diduga! Lifting Migas RI Anjlok Banget Terimbas Corona

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
17 April 2020 10:23
Kilang Cilacap merupakan salah satu kilang minyak terbesar di Indonesia
Foto: CNBC Indonesia/Rivi Satrianegara
Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi corona (Covid-19) yang menyebabkan harga minyak anjlok menjadi kabar buruk bagi industri hulu migas kita.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumo (SKK Migas) mencatat realisasi lifting minyak pada Kuartal I 2020 hanya mencapai 701,6 ribu barel per hari (MBPOD).

Di bawah target APBN sebesar 755 MBPOD atau baru mencapai 92,9% dari target APBN. Angka ini juga masih di bawah capaian realiasasi tahun 2019 sebesar 746,3 MBPOD dan target WP&B Tekhnis 704,3 MBPOD.

Anjloknya lifting juga terjadi di sektor gas, di mana realiasasi Kuartal I hanya hanya mencapai 5.866 MMSCFD sementara target APBN sebesar 6.670 MMSCFD atau baru mencapai 87,9%.



Melihat kondisi ini, SKK Migas pun menurunkan target lifting dari target tahun ini menjadi 725 MBPOD atau turun sekitar 4%. Sementara untuk gas menjadi 5727 MMSCFD.

"Kita melakukan koordinasi dengan KKKS me-review rencana kerja, usulan WP&B 2020 kita cari jalan keluar agar berubahnya tidak terlalu lebar. Dengan harga minyak rendah keekonomian lapangan jadi terganggu," ungkap Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, Kamis, (16/04/2020).

Tidak berhenti di situ, dampak dari anjloknya harga minyak juga berdampak pada penerimaan Negara dan Cost Rec. Outlook Gross Revenue turun dari US$ 32 miliar menjadi US$ 19 miliar. Lalu proyek Merakes terancam mundur ke tahun 2021. Beberapa upaya dilakukan SKK Migas menyikapi Covid-19 dan anjloknya harga minyak.



Seperti melakukan koordinasi dengan KKKS terkait review rencana Kerja 2020. Seperti diketahui ada 14 KKKS yang berniat merevisi target produksi. Kemudian mengajukan kepada Menteri ESDM usulan pemberian paket stimulus kepada KKKS. Meminta KKKS untuk melakukan negosiasi ulang kontrak-kontrak yang ada dalam rangka efisiensi biaya.

"Ajukan ke ESDM paket stimulus pada KKKS minta KKKS negosiasi ulang karena memang harga minyak yang rendah efisisensi dari cost bisa diupayakan dengan salah satunya kita harap adanya potensi kesempatan renegosiasi," jelasnya. 

Kondisi ini sebenarnya sudah diproyeksikan oleh para pakar dan praktisi migas sejak beberapa waktu lalu. Tepatnya, sejak harga minyak merosot luar biasa dan pandemi corona memukul negeri ini Maret lalu. Tergambar saat ICP Maret Indonesia terjun bebas, saat itu para kontraktor migas mulai ramai-ramai ajukan revisi target bahkan sampai ajukan force majeure ke SKK Migas.


[Gambas:Video CNBC]




(gus) Next Article Lifting Minyak Kuartal I-2020 Anjlok, Cuma 701 Ribu Barel!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular