
Masa Suram Bisnis Bus, Corona Tiba di Tengah Musim Mudik
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
15 April 2020 20:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Musim mudik Lebaran biasanya menjadi masa panen bagi para pengusaha angkutan umum, termasuk bus. Namun, pandemi corona (Covid-19) membuat semua itu tak mungkin terjadi pada tahun ini.
Managing Director PT Eka Sari Lorena Transport (ESLT), Dwi Rianta Soerbakti Lorena, mengaku biasanya di momentum musim mudik Lebaran, terdapat kenaikan penumpang hingga 80%. Kini, hal itu mustahil digapai.
"Angkutan Lebaran tahun ini tidak akan ada lonjakan seperti tahun-tahun sebelumnya," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (15/4/20).
Boro-boro berharap ada tambahan penghasilan berlipat. Untuk mempertahankan operasional saja dia mengaku harus melakukan banyak efisiensi.
"Efisiensi di segala bidang pastinya, baik dari sisi SDM, sisi biaya operasional dan lain-lain," imbuhnya.
Bagi sebagian besar pengusaha bus, biasanya tekanan terberat datang dari biaya kredit pokok dan bunga perbankan. Terkait hal ini dia bilang, Lorena tidak terlalu dipusingkan.
"Untungnya kewajiban Lorena kepada bank/leasing sangat kecil. Jadi dengan efisiensi total, diharapkan secara cashflow masih cukup," tuturnya.
Ia tetap berharap pemerintah memberikan kepeduliannya kepada pelaku usaha angkutan darat. Dia mendorong ada stimulus yang konkret bisa dirasakan para pengusaha bus yang kian hari kian terhimpit dampak Covid-19.
"Berikan insentif-insentif yang riil untuk angkutan umum. BLT untuk pengemudi dan kenek, keringanan pajak seperti PPh badan, PPN spare part, PPh karyawan," urainya.
Dia juga berharap ada keringanan biaya perpanjangan surat-surat administrasi seperti kartu izin usaha (KIU), kartu pengawasan (KPS), dan Keur. Selanjutnya, dia ingin adanya subsidi tambahan untuk pembelian BBM bagi kendaraan pelat kuning.
"Karena biaya langsung terbesar adalah BBM," tutupnya.
Sektor transportasi memang termasuk yang paling terpukul setelah pariwisata, angkutan penerbangan juga mengalami kondisi serupa.
(hoi/hoi) Next Article Breaking! Mulai Ada One Way di Jalur Mudik Tol ke Arah Solo
Managing Director PT Eka Sari Lorena Transport (ESLT), Dwi Rianta Soerbakti Lorena, mengaku biasanya di momentum musim mudik Lebaran, terdapat kenaikan penumpang hingga 80%. Kini, hal itu mustahil digapai.
"Angkutan Lebaran tahun ini tidak akan ada lonjakan seperti tahun-tahun sebelumnya," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (15/4/20).
Boro-boro berharap ada tambahan penghasilan berlipat. Untuk mempertahankan operasional saja dia mengaku harus melakukan banyak efisiensi.
"Efisiensi di segala bidang pastinya, baik dari sisi SDM, sisi biaya operasional dan lain-lain," imbuhnya.
Bagi sebagian besar pengusaha bus, biasanya tekanan terberat datang dari biaya kredit pokok dan bunga perbankan. Terkait hal ini dia bilang, Lorena tidak terlalu dipusingkan.
"Untungnya kewajiban Lorena kepada bank/leasing sangat kecil. Jadi dengan efisiensi total, diharapkan secara cashflow masih cukup," tuturnya.
Ia tetap berharap pemerintah memberikan kepeduliannya kepada pelaku usaha angkutan darat. Dia mendorong ada stimulus yang konkret bisa dirasakan para pengusaha bus yang kian hari kian terhimpit dampak Covid-19.
"Berikan insentif-insentif yang riil untuk angkutan umum. BLT untuk pengemudi dan kenek, keringanan pajak seperti PPh badan, PPN spare part, PPh karyawan," urainya.
Dia juga berharap ada keringanan biaya perpanjangan surat-surat administrasi seperti kartu izin usaha (KIU), kartu pengawasan (KPS), dan Keur. Selanjutnya, dia ingin adanya subsidi tambahan untuk pembelian BBM bagi kendaraan pelat kuning.
"Karena biaya langsung terbesar adalah BBM," tutupnya.
Sektor transportasi memang termasuk yang paling terpukul setelah pariwisata, angkutan penerbangan juga mengalami kondisi serupa.
(hoi/hoi) Next Article Breaking! Mulai Ada One Way di Jalur Mudik Tol ke Arah Solo
Most Popular