
Tak Hanya Pukul Optimisme, Corona Juga Ubah Perilaku Konsumen
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
14 April 2020 14:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi corona yang sudah merebak tiga bulan terakhir telah mengacaukan sentimen dan perilaku konsumen di berbagai penjuru dunia.
Studi yang dilakukan oleh lembaga konsultan manajemen global Boston Consulting Group (BCG) menunjukkan adanya nada pesimisme pada sentimen konsumen di berbagai negara saat pandemi corona menyerang.
Dalam survei yang dilakukan akhir Maret lalu, konsumen di berbagai negara terutama Amerika Serikat (AS), Prancis, Inggris, dan Italia percaya bahwa dampak yang ditimbulkan oleh pandemi sudah ada di depan mata.
Konsumen-konsumen di negara tersebut juga meyakini bahwa dunia berada dalam bahaya serius, tak terkecuali konsumen di China yang wabahnya kian tertanggulangi.
Sedikit flashback, virus corona diyakini berasal dari Kota Wuhan Provinsi Hubei, China bagian tengah. Virus ini tergolong ke dalam kelompok yang sama dengan virus penyebab wabah SARS 2003 silam, dengan strain baru.
Ketika kasus infeksi baru yang dilaporkan di China mulai menurun drastis pada akhir Februari, lonjakan kasus justru terjadi di negara lain terutama Eropa. Peningkatan kasus yang sangat pesat membuat berbagai negara akhirnya memilih jalan yang serupa dengan China yakni lockdown, meski bersifat parsial.
Implikasi dari lockdown adalah mobilitas orang menjadi terbatas karena hanya berdiam diri di rumah sembari menjaga jarak aman untuk menghindari kontak langsung dengan massa yang berpotensi meningkatkan penyebaran virus.
Upaya ini jelas menimbulkan konsekuensi ekonomi mulai dari tingkat mikro seperti terhentinya aktivitas pabrik dan perkantoran hingga ke level makro seperti penurunan produktivitas, terganggunya rantai pasokan global hingga penurunan permintaan.
Di tengah ancaman kesehatan dan perekonomian yang serius ini, perilaku konsumen di berbagai penjuru dunia pun mengalami perubahan terutama dari segi perilaku belanja, baik dari sisi jumlah atau nominal belanjaan maupun dari jenis barang atau jasa yang dibeli.
Survei BCG menunjukkan konsumen di negara-negara yang terdampak signifikan oleh wabah COVID-19 memilih meningkatkan belanja mereka untuk produk atau jasa seperti in-house entertainment hingga produk kesehatan dan makanan serta minuman dalam kemasan.
BCG menyoroti ada setidaknya 29 industri yang terkena dampak negatif dari perubahan perilaku konsumen akibat pandemi corona ini, yakni sektor pariwisata, transportasi umum, restoran, gadget elektronik hingga fashion. Ketika survei dijalankan, optimisme konsumen di berbagai negara juga masih belum pulih.
Sementara itu, studi perusahaan riset pasar global Ipsos menunjukkan bahwa konsumen kian tidak yakin bahwa wabah akan terhenti pada Juni 2020 sebagaimana diprediksi pemerintah banyak negara. Penurunan optimisme itu terlihat di AS, Jepang, Italia, Australia dan Inggris.
Lantas bagaimana dengan Indonesia?
Studi yang dilakukan oleh lembaga konsultan manajemen global Boston Consulting Group (BCG) menunjukkan adanya nada pesimisme pada sentimen konsumen di berbagai negara saat pandemi corona menyerang.
Dalam survei yang dilakukan akhir Maret lalu, konsumen di berbagai negara terutama Amerika Serikat (AS), Prancis, Inggris, dan Italia percaya bahwa dampak yang ditimbulkan oleh pandemi sudah ada di depan mata.
Konsumen-konsumen di negara tersebut juga meyakini bahwa dunia berada dalam bahaya serius, tak terkecuali konsumen di China yang wabahnya kian tertanggulangi.
Sedikit flashback, virus corona diyakini berasal dari Kota Wuhan Provinsi Hubei, China bagian tengah. Virus ini tergolong ke dalam kelompok yang sama dengan virus penyebab wabah SARS 2003 silam, dengan strain baru.
Ketika kasus infeksi baru yang dilaporkan di China mulai menurun drastis pada akhir Februari, lonjakan kasus justru terjadi di negara lain terutama Eropa. Peningkatan kasus yang sangat pesat membuat berbagai negara akhirnya memilih jalan yang serupa dengan China yakni lockdown, meski bersifat parsial.
Implikasi dari lockdown adalah mobilitas orang menjadi terbatas karena hanya berdiam diri di rumah sembari menjaga jarak aman untuk menghindari kontak langsung dengan massa yang berpotensi meningkatkan penyebaran virus.
Upaya ini jelas menimbulkan konsekuensi ekonomi mulai dari tingkat mikro seperti terhentinya aktivitas pabrik dan perkantoran hingga ke level makro seperti penurunan produktivitas, terganggunya rantai pasokan global hingga penurunan permintaan.
Di tengah ancaman kesehatan dan perekonomian yang serius ini, perilaku konsumen di berbagai penjuru dunia pun mengalami perubahan terutama dari segi perilaku belanja, baik dari sisi jumlah atau nominal belanjaan maupun dari jenis barang atau jasa yang dibeli.
Survei BCG menunjukkan konsumen di negara-negara yang terdampak signifikan oleh wabah COVID-19 memilih meningkatkan belanja mereka untuk produk atau jasa seperti in-house entertainment hingga produk kesehatan dan makanan serta minuman dalam kemasan.
BCG menyoroti ada setidaknya 29 industri yang terkena dampak negatif dari perubahan perilaku konsumen akibat pandemi corona ini, yakni sektor pariwisata, transportasi umum, restoran, gadget elektronik hingga fashion. Ketika survei dijalankan, optimisme konsumen di berbagai negara juga masih belum pulih.
Sementara itu, studi perusahaan riset pasar global Ipsos menunjukkan bahwa konsumen kian tidak yakin bahwa wabah akan terhenti pada Juni 2020 sebagaimana diprediksi pemerintah banyak negara. Penurunan optimisme itu terlihat di AS, Jepang, Italia, Australia dan Inggris.
Lantas bagaimana dengan Indonesia?
Next Page
Bagaimana dengan Konsumen Indonesia?
Pages
Most Popular