
Internasional
World Bank Sebut Negara Ini Bisa 'Resesi Dalam' karena Corona
Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
13 April 2020 09:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Dunia (World Bank) mengatakan jika negara-negara di wilayah Asia Selatan bakal terpukul keras karena corona. Bahkan, terburuk dalam 40 tahun terakhir.
Meski jumlah kasus masih tergolong sedikit dibandingkan Amerika Serikat (AS) dan Eropa, kawasan ini dikhawatirkan para ahli bisa menjadi episentrum baru COVID-19. Apalagi, India, Bangladesh, Pakistan, Afghanistan dan negara-negara kecil lain memiliki beberapa kota terpadat di bumi.
"Asia Selatan bisa menjadi yang terpukul buruk. Pariwisata terhenti, rantai pasokan terganggu, permintaan garmen jatuh, sentimen konsumen dan investor telah memburuk," kata laporan Bank Dunia, Minggu (12/4/2020), dikutip dari AFP.
Pertumbuhan diperkirakan menjadi 1,8-2,8%, dari proyeksi pra-pandemi 6,3%. Bahkan setidaknya setengah negara jatuh ke dalam "resesi mendalam".
"Efek pandemi kepada sektor ekonomi, sudah terlihat mengerikan, dengan banyaknya penguncian (lockdown) daerah, penutupan bisnis yang membekukan sebagian besar aktivitas normal, pesanan pabrik yang dibatalkan serta PHK besar-besaran," tulis Bank Dunia.
Maladewa bakal jadi wilayah yang terpukul parah. Di mana merosotnya pariwisata akan mengakibatkan produksi domestik bruto menyusut sebanyak 13%.
Hal ini juga terjadi di Afganistan, di mana pertumbuhan akan menyusut sebanyak 5,9%. Sementara Pakistan hingga 2,2 persen.
Ekonomi India hanya akan tumbuh 1,5-2,8 % pada tahun fiskal 2020. Di 2019, ekonomi diperkirakan 4,8-5,0%.
Laporan tersebut juga memperingatkan bahwa pandemi ini akan memperkuat ketidaksetaraan di wilayah tersebut,. Terutama kepada pekerja informal dengan akses terbatas atau tidak ada sama sekali terhadap perawatan kesehatan atau keselamatan sosial.
Di India misalnya, keputusan lockdown mendorong ratusan ribu pekerja migran untuk kembali ke desa asal mereka, tidak sedikit yang berjalan kaki.
"Pemerintah perlu meningkatkan tindakan untuk darurat kesehatan, melindungi rakyat mereka, terutama yang paling miskin dan paling rentan, dan mengatur panggung sekarang untuk pemulihan ekonomi yang cepat," kata Bank Dunia lagi.
Dalam jangka pendek ini, pemerintah harus mempersiapkan sistem perawatan kesehatan, menyediakan jaring pengaman . Termasuk mengamankan akses ke makanan, pasokan medis, dan kebutuhan untuk yang paling rentan.
Bank Dunia merekomendasikan program kerja sementara untuk pekerja migran, pengurangan hutang untuk bisnis dan individu dan memotong birokrasi pada impor dan ekspor barang-barang penting.
"Kegagalan untuk melakukannya dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan jangka panjang dan membalikkan kemajuan yang dicapai dengan susah payah dalam mengurangi kemiskinan," kata Wakil Presiden Bank Dunia untuk Wilayah Asia Selatan Hartwig Schafer.
Sebelumnya, Bank Dunia mengeluarkan dana pinjaman cepat hingga US$ 160 miliar sebagai dukungan keuangan selama 15 bulan ke depan untuk membantu negara-negara anggota dari krisis akibat corona.
(sef/sef) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Meski jumlah kasus masih tergolong sedikit dibandingkan Amerika Serikat (AS) dan Eropa, kawasan ini dikhawatirkan para ahli bisa menjadi episentrum baru COVID-19. Apalagi, India, Bangladesh, Pakistan, Afghanistan dan negara-negara kecil lain memiliki beberapa kota terpadat di bumi.
"Asia Selatan bisa menjadi yang terpukul buruk. Pariwisata terhenti, rantai pasokan terganggu, permintaan garmen jatuh, sentimen konsumen dan investor telah memburuk," kata laporan Bank Dunia, Minggu (12/4/2020), dikutip dari AFP.
"Efek pandemi kepada sektor ekonomi, sudah terlihat mengerikan, dengan banyaknya penguncian (lockdown) daerah, penutupan bisnis yang membekukan sebagian besar aktivitas normal, pesanan pabrik yang dibatalkan serta PHK besar-besaran," tulis Bank Dunia.
Maladewa bakal jadi wilayah yang terpukul parah. Di mana merosotnya pariwisata akan mengakibatkan produksi domestik bruto menyusut sebanyak 13%.
Hal ini juga terjadi di Afganistan, di mana pertumbuhan akan menyusut sebanyak 5,9%. Sementara Pakistan hingga 2,2 persen.
Ekonomi India hanya akan tumbuh 1,5-2,8 % pada tahun fiskal 2020. Di 2019, ekonomi diperkirakan 4,8-5,0%.
Laporan tersebut juga memperingatkan bahwa pandemi ini akan memperkuat ketidaksetaraan di wilayah tersebut,. Terutama kepada pekerja informal dengan akses terbatas atau tidak ada sama sekali terhadap perawatan kesehatan atau keselamatan sosial.
Di India misalnya, keputusan lockdown mendorong ratusan ribu pekerja migran untuk kembali ke desa asal mereka, tidak sedikit yang berjalan kaki.
"Pemerintah perlu meningkatkan tindakan untuk darurat kesehatan, melindungi rakyat mereka, terutama yang paling miskin dan paling rentan, dan mengatur panggung sekarang untuk pemulihan ekonomi yang cepat," kata Bank Dunia lagi.
Dalam jangka pendek ini, pemerintah harus mempersiapkan sistem perawatan kesehatan, menyediakan jaring pengaman . Termasuk mengamankan akses ke makanan, pasokan medis, dan kebutuhan untuk yang paling rentan.
Bank Dunia merekomendasikan program kerja sementara untuk pekerja migran, pengurangan hutang untuk bisnis dan individu dan memotong birokrasi pada impor dan ekspor barang-barang penting.
"Kegagalan untuk melakukannya dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan jangka panjang dan membalikkan kemajuan yang dicapai dengan susah payah dalam mengurangi kemiskinan," kata Wakil Presiden Bank Dunia untuk Wilayah Asia Selatan Hartwig Schafer.
Sebelumnya, Bank Dunia mengeluarkan dana pinjaman cepat hingga US$ 160 miliar sebagai dukungan keuangan selama 15 bulan ke depan untuk membantu negara-negara anggota dari krisis akibat corona.
(sef/sef) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular