Mengintip 'Suasana Kebatinan' Rapat The Fed: Suram, Bos...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 April 2020 06:32
Resesi? Ini Kata The Fed
Ketua The Fed Jerome Powell (REUTERS/Aaron P. Bernstein)
Hampir seluruh peserta rapat Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) sepakat bahwa upaya meredam penyebaran virus corona akan menyebabkan lonjakan angka pengangguran, kejatuhan keyakinan konsumen, dan pukulan terhadap dunia usaha. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya ekstra (extra effort) agar perekonomian tidak terperosok terlalu dalam.

"Para peserta rapat menyebutkan ada kemungkinan penyebaran virus akan lebih luas dari yang dibayangkan, kemudian berdampak terhadap produksi barang dan jasa yang mempengaruhi permintaan agregat. Oleh karena itu, peserta rapat meyakini berbagai upaya di bidang kesehatan dan kebijakan fiskal akan sangat penting untuk menentukan kapan ekonomi AS akan kembali normal," sebut notula rapat The Fed.

Sebagian peserta rapat FOMC sejatinya kurang setuju dengan pemotongan suku bunga acuan secara agresif. Lebih baik menunggu sampai dampak kebijakan di bidang kesehatan dan stimulus fiskal menuai hasil, baru kemudian kebijakan moneter masuk untuk mengakselerasi aktivitas ekonomi melalui penurunan suku bunga.

Pandangan ini ada benarnya. Suku bunga akan mendorong permintaan (demand), karena ketika suku bunga rendah maka dunia usaha dan rumah tangga punya ruang untuk melakukan ekspansi.

Namun itu kalau kondisi normal. Masalahnya, virus corona menghantam rantai pasok sehingga yang bermasalah adalah penawaran (supply). Buat apa suku bunga rendah hampir 0% kalau barang yang mau dibeli tidak ada? Jadi memang lebih baik menunggu sampai pandemi virus corona mereda, aktivitas ekonomi berangsur pulih, baru kemudian pelonggaran moneter bisa efektif.


Bagaimana soal resesi? Apakah para peserta rapat FOMC membahas isu hot tersebut?

Resesi memang hanya disebut sekali dalam notula rapat. Namun yang sekali itu terlihat lumayan mengkhawatirkan.

"Proyeksi pertumbuhan ekonomi AS diturunkan dari perkiraan yang dibuat pada Januari menyusul penyebaran virus corona di dalam dan luar negeri. Pertumbuhan ekonomi turun signifikan dan angka pengangguran meningkat pada paruh pertama tahun ini. Dengan risiko-risiko yang ada, kami mempersiapkan beberapa skenario.

"Dalam satu skenario, aktivitas ekonomi akan pulih pada paruh kedua tahun ini. Namun skenario lain menyebutkan ekonomi bisa memasuki resesi pada tahun ini, dengan proses pemulihan yang lambat dan mungkin baru terlihat hasilnya pada tahun depan. Dua skenario itu memiliki kesamaan yaitu inflasi melemah, yang mencerminkan penurunan utilisasi dan penurunan harga energi," papar notula rapat FOMC.

Pada Desember 2019, median angka proyeksi The Fed untuk pertumbuhan ekonomi 2020 adalah 2% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized). The Fed belum mengumumkan lagi proyeksi terbarunya, tetapi di notula rapat Maret 2020 terlihat bahwa bakal ada koreksi yang dalam. Bahkan mungkin sampai ke teritori negatif.

FOMC
 
Oleh karena itu, The Fed memberi peringatan kepada pelaku pasar (dan seluruh dunia) bahwa risiko ekonomi dalam waktu dekat masih sangat tinggi. Sebelum virus corona hilang, dunia tidak akan bisa tenang.



TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular