Pertanyaan Lain dari Risalah Rapat The Fed: QE atau Bukan Ya?

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
20 August 2020 14:25
federal reserve
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdebatan dalam rapat bulanan The Federal Reserve (The Fed) yang terpotret dalam risalah rapat terakhir mereka Juli lalu menekan bursa karena ada nuansa muram outlook ekonomi AS. Namun, bukan itu saja yang membuat pasar kecewa.

Dalam rapat yang digelar pada 28-29 Juli tersebut, bank sentral Amerika Serikat (AS) sepakat untuk mempertahankan suku bunga acuan (Federal Funds Rate/FFR) di level nyaris nol persen, karena kondisi ekonomi yang masih lebih lemah dari sebelum pandemi.

Peserta rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee) menyampaikan kecemasan mereka bahwa pandemi Covid-19 masih akan mengganggu pertumbuhan dan sistem keuangan.

Para pengambil kebijakan moneter AS itu sepakat "krisis kesehatan masyarakat yang kini terjadi bakal menggelayuti aktivitas ekonomi, lapangan kerja, dan inflasi dalam jangka pendek dan memberikan risiko yang cukup besar terhadap outlook ekonomi dalam jangka menengah."

Oleh karenanya, para peserta rapat FOMC berharap suku bunga acuan tetap ditahan di level 0%-0,25% hingga mereka yakin bahwa "ekonomi telah melalui kondisi sekarang dan berada di jalur untuk mencapai target stabilitas harga dan lapangan kerja yang maksimum."

Hal inilah yang membuat pelaku pasar memilih melepas aset investasi mereka di bursa saham yang tingkat risikonya tinggi, dan mengamankan dana mereka ke obligasi pemerintah sehingga harga Surat Berharga Negara (SBN) dan kurs dolar AS menguat.

Produk Domestik Bruto (PDB) AS terkontraksi 32,9% pada kuartal kedua, karena pandemi Covid-19 memicu penghentian banyak aktivitas non-esensial. Pemulihan diperkirakan terjadi pada kuartal ketiga, meski dibayangi kekhawatiran gelombang kedua Covid-19.

 

Pudarnya Harapan Akan Banjir Likuiditas

Dalam risalah rapat, pimpinan The Fed Jerome Powell berulang kali menekankan perlunya bantuan fiskal dari Kongres, yang telah mengakhiri masa sidang tanpa kesepakatan pendanaan atas program penyelamatan ekonomi bahkan ketika program asuransi pengangguran habis masa berlakunya.

Meski beberapa peserta rapat setuju perlunya batas waktu yang lebih jelas kapan suku bunga acuan perlu dinaikkan, mereka sepakat menolak kecenderungan memakai instrumen pembelian obligasi guna mengendalikan imbal hasil (yield) surat utang pemerintah.

"Dari para peserta yang mendiskusikan opsi ini, kebanyakan menilai bahwa pembatasan dan penetapan target yield kemungkinan akan menyediakan manfaat terbatas di lingkungan seperti sekarang, karena acuan ke depan FOMC terkait arah suku bunga acuan sudah sangat kredibel dan bunga surat utang lebih panjang juga sudah rendah," demikian tertulis di risalah.

Pemerintah Federal AS kini menanggung utang sebesar US$ 26,6 triliun, atau bertambah lebih dari US$ 3 triliun selama krisis Covid-19 untuk mendanai stimulus dan bantuan pandemi. The Fed juga sudah turun tangan dengan membeli obligasi di pasar primer dan sekunder, yang nilainya naik dari US$ 4,4 triliun menjadi ke level sekarang US$ 7 triliun.

Program The Fed ini memicu harapan akan terjadi banjir likuiditas di pasar keuangan sehingga menopang reli bursa seperti yang terjadi pada era 2008 ketika The Fed melakukan pelonggaran kuantitatif (quantitative easing/QE) untuk memasok dana guna memutar pasar dan ekonomi.

Namun jika menyimak risalah rapat FOMC, harapan tersebut cenderung pudar. Soal pembelian obligasi The Fed memang disinggung di rapat. Hanya saja, mereka menolak menyebut program ini sebagai 'pelonggaran kuantitatif.'

Pasalnya, tujuan program ini bukan untuk menurunkan imbal hasil obligasi bertenor jangka panjang sebagaimana dilakukan di kala krisis keuangan 2008 untuk membantu pemulihan sektor perumahan (khususnya) dan ekonomi (umumnya).

Meski demikian, banyak dari pejabat The Fed yang ingin kebijakan tersebut diupgrade fungsinya untuk mendorong kondisi keuangan yang "akomodatif dan mendukung pemulihan ekonomi", yang tak lain adalah tujuan kebijakan pelonggaran kuantitatif.

Jadi, bakal ada QE atau tidak? Ini yang masih meninggalkan pertanyaan di pasar dan bikin mereka agak kecewa.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mengintip 'Suasana Kebatinan' Rapat The Fed: Suram, Bos...

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular