DKI Bakal Lakukan PSBB Jumat Ini, Begini Strategi Jitunya

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
08 April 2020 16:09
DKI Bakal Lakukan PSBB Jumat Ini, Begini Strategi Jitunya
Foto: Jaga Jarak di Berbagai Fasilitas Publik (Dok. BUMN)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai akan diberlakukan di Jakarta pada 10 April 2020. Kebijakan ini diambil lantaran Jakarta sudah menjadi episentrum penyebaran wabah.

Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 Pasal 2, syarat wilayah yang diperbolehkan melakukan PSBB adalah jumlah kasus/kematian bertambah signifikan dengan cepat dan menyebar ke berbagai wilayah. Jakarta sudah tentu masuk ke dalam kualifikasi tersebut. Dari total 2.700-an kasus secara nasional, Jakarta menyumbang setengah endiri. Tingkat kematian di Ibu Kota juga termasuk tinggi.

Rincian Kasus Corona di DKI Jakarta 

Indikator

Jumlah

Total Kasus

1395

Meninggal

133

Sembuh

69

Dirawat

867

Isolasi Mandiri

326


Sebenarnya, PSBB ini tak ada bedanya dengan social distancing yang sudah dilakukan selama kurang lebih tiga minggu terakhir ini. Pembatasan sudah mulai dilakukan sejak seperti kebijakan bekerja di rumah, belajar di rumah, hingga ibadah di rumah. Hanya saja PSBB didesain dengan aturan yang lebih ketat.

Aparat sipil TNI dan POLRI akan disiagakan untuk menindak tegas bagi pelanggar aturan. Untuk transportasi umum jam operasionalnya akan dibatasi mulai dari jam 6 pagi hingga jam 6 sore.

Jumlah penumpang pun dibatasi. Untuk kendaraan pribadi yang keluar masuk Jakarta tidak dilarang. Untuk jenis transportasi alternatif seperti ojek online diprioritaskan untuk layanan antar barang.

Rencananya kebijakan ini akan diberlakukan selama 14 hari ke depan dan dapat diperpanjang. Selama PSBB kantor dan sekolah diliburkan kecuali untuk layanan strategis seperti pertahanan keamanan, penyedia gas dan BBM, toko ritel dan swalayan, layanan kesehatan dan distribusi serta logistik.

Agar kebijakan ini dapat dipatuhi dan lebih efektif ada beberapa poin yang perlu dipersiapkan. Poin pertama adalah aturan yang jelas dan tegas. Batasan aktivitas yang diperbolehkan maupun yang dilarang harus jelas.

Setiap butir peraturan harus disampaikan dan disosialisasikan ke semua elemen masyarakat dan bekerja sama dengan pemangku kepentingan setempat.

Perkuat koordinasi antar lembaga mulai dari Pemprov, aparat keamanan, kelurahan, hingga RT & RW. Pastikan bahwa tidak ada ketimpangan informasi yang bisa membuat kebijakan PSBB menjadi tidak efektif.

Poin kedua adalah memastikan pasokan untuk kebutuhan pokok sehari-hari seperti makanan hingga obat-obatan tetap terjaga. Jangan sampai kelangkaan sampai terjadi yang ujung-ujungnya berbuntut pada kenaikan harga dan memperburuk keadaan dan memicu keresahan.

Tidak lupa juga pasokan Alat Pelindung Diri (APD) terutama untuk tim medis juga harus disiapkan dengan baik agar jumlahnya sesuai dengan kebutuhan. Tidak hanya jumlah saja yang mencukupi, tetapi standard dan kualitas juga harus diperhatikan.




Foto: BNPB

Poin ketiga adalah, sembari melaksanakan PSBB perlu juga dilakukan tes corona secara rapid, massive & sensitive (RMS). Tujuannya adalah untuk mendeteksi sedini mungkin orang yang terinfeksi virus tetapi tak menunjukkan gejala. Sehingga jika sudah terdeteksi bisa langsung dipisahkan agar tak menulari sekitarnya.

Sebenarnya secara umum ada dua metode yang terbilang efektif untuk melawan wabah corona. Metode yang pertama adalah yang ekstrem seperti yang dilakukan China dengan karantina wilayah, atau metode kedua seperti yang dilakukan oleh Korea Selatan dengan melakukan tes corona masal kepada warganya.

Indonesia memilih untuk menghindari lockdown. Oleh karena itu Indonesia harus memperkuat intervensi di sektor kesehatan dengan meningkatkan jumlah populasi yang dites corona.

Sebagai gambaran. Indonesia merupakan negara dengan populasi penduduk yang besar (~270 juta jiwa), tetapi tes corona hanya dilakukan pada segelintir orang saja. Per 1 juta penduduk, RI hanya mengetes 36 orang saja.

Angka ini jauh berbeda dengan negara-negara lain yang melakukan tes corona secara masif dan agresif. Lihat saja Malaysia melakukan tes kepada 1.605 orang per 1 juta populasi.

Singapura melakukan tes 6.666 orang per 1 juta populasi. Korea Selatan bahkan nyaris 9.000 orang per 1 juta populasi. Sehingga di sini letak urgensi mengapa tes masal corona dibutuhkan.

Poin keempat yang juga tak kalah penting adalah optimalkan fungsi pengawasan di semua lini. Pengawasan dan tindakan tegas jadi pelanggar merupakan kunci sukses atau tidaknya PSBB di sini.

Perketat pengawasan dan pengawasan melalui patroli, terutama di daerah-daerah dengan kasus kejadian yang tinggi serta kemungkinan pelanggaran yang tinggi pula. Keempat langkah di atas harus benar-benar diperhatikan oleh pemerintah.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular