
Internasional
Corona Menyebar, Lembaga Inggris Minta China Bayar Rp 7.000 T
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
07 April 2020 16:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah lembaga think tank di Inggris, meminta pemerintah untuk menuntut China. dalam laporan yang rampung, Senin kemarin itu, Henry Jackson Society meminta pemerintah berani bersuara agar negeri tirai bambu mau membayar 351 miliar pound atau sekitar Rp 7.000 triliun.
"Sekarang China telah menanggapi (penyebaran virus) dengan mengerahkan kampanye disinformasi dan secara canggih meyakinkan dunia bahwa bukan penyebab krisis, dan (membuat) dunia seharusnya berterima kasih atas semua yang dilakukan China," tulis lembaga itu, dikutip dari Express.co.uk, Selasa (7/4/2020).
"Yang benar adalah bahwa China bertanggung jawab untuk COVID-19 dan jika ada tuntutan hukum ke Beijing mereka harus membayar triliunan pound."
"Biaya ke Inggris mungkin, seperti yang dilaporkan oleh laporan ... lebih dari 350 miliar pound."
Laporan itu berjudul "Coronavirus Compensation: Assessing China's potential culpability and avenues of legal response". Menurut lembaga itu, mengutip penelitian University of Southampton, China telah gagal membendung virus pertama kali.
Padahal, jika virus itu sudah diantisipasi sejak awal 95% penyebaran bisa dikurangi. Corona sendiri pertama kali ada di Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Inggris mencatat 51.608 kasus positif corona, di mana ada 5.373 kematian dan 135 pasien sembuh. China mencatat penurunan kasus, di mana ada 81.740 pasien positif, dengan 3.331 kematian dan 77.167 pasien sembuh.
Di dunia ada 1,3 juta kasus terinfeksi, dengan 74 ribu kematian dan 286 ribu pasien sembuh. Ada 209 negara dan teritori yang terpapar corona.
Sementara itu, sejak awal China membantah disalahkan atas penyebaran corona. Dalam beberapa kesempatan, negeri itu mengatakan memang corona jenis baru itu pertama kali muncul di China namun bukan berarti dari negeri itu.
Seorang juru bicara kementerian luar negeri China, Zhao Lijian, mengatakan bahwa virus corona kemungkinan masuk ke Negeri Tirai Bambu karena dibawa oleh tentara AS.
Pernyataan belum ada bukti itu disampaikan melalui postingan di Twitter-nya. Pernyataan itu juga menggemakan teori konspirasi serupa yang banyak beredar di media sosial China.
"Mungkin tentara AS yang membawa epidemi ke Wuhan. Bersikaplah transparan! Ceritakan data Anda! AS berutang penjelasan pada kami!" cuitnya di twitter, menurut AFP.
Pernyataan Zhao itu merupakan keterangan yang ia posting bersama sebuah video yang menunjukkan kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS sedang memberikan kesaksian di depan Kongres bahwa beberapa orang Amerika telah diyakini meninggal karena flu yang disebabkan COVID-19.
"Direktur CDC Robert Redfield mengakui beberapa orang Amerika yang tampaknya meninggal karena influenza diuji positif untuk novel #coronavirus dalam diagnosis anumerta, selama Komite Pengawasan DPR, Rabu. #COVID19" jelasnya.
(sef/sef) Next Article 10 Ribu Orang Tewas di Inggris, Pangeran William Buka Suara
"Sekarang China telah menanggapi (penyebaran virus) dengan mengerahkan kampanye disinformasi dan secara canggih meyakinkan dunia bahwa bukan penyebab krisis, dan (membuat) dunia seharusnya berterima kasih atas semua yang dilakukan China," tulis lembaga itu, dikutip dari Express.co.uk, Selasa (7/4/2020).
"Yang benar adalah bahwa China bertanggung jawab untuk COVID-19 dan jika ada tuntutan hukum ke Beijing mereka harus membayar triliunan pound."
Laporan itu berjudul "Coronavirus Compensation: Assessing China's potential culpability and avenues of legal response". Menurut lembaga itu, mengutip penelitian University of Southampton, China telah gagal membendung virus pertama kali.
Padahal, jika virus itu sudah diantisipasi sejak awal 95% penyebaran bisa dikurangi. Corona sendiri pertama kali ada di Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Inggris mencatat 51.608 kasus positif corona, di mana ada 5.373 kematian dan 135 pasien sembuh. China mencatat penurunan kasus, di mana ada 81.740 pasien positif, dengan 3.331 kematian dan 77.167 pasien sembuh.
Di dunia ada 1,3 juta kasus terinfeksi, dengan 74 ribu kematian dan 286 ribu pasien sembuh. Ada 209 negara dan teritori yang terpapar corona.
Sementara itu, sejak awal China membantah disalahkan atas penyebaran corona. Dalam beberapa kesempatan, negeri itu mengatakan memang corona jenis baru itu pertama kali muncul di China namun bukan berarti dari negeri itu.
Seorang juru bicara kementerian luar negeri China, Zhao Lijian, mengatakan bahwa virus corona kemungkinan masuk ke Negeri Tirai Bambu karena dibawa oleh tentara AS.
Pernyataan belum ada bukti itu disampaikan melalui postingan di Twitter-nya. Pernyataan itu juga menggemakan teori konspirasi serupa yang banyak beredar di media sosial China.
"Mungkin tentara AS yang membawa epidemi ke Wuhan. Bersikaplah transparan! Ceritakan data Anda! AS berutang penjelasan pada kami!" cuitnya di twitter, menurut AFP.
Pernyataan Zhao itu merupakan keterangan yang ia posting bersama sebuah video yang menunjukkan kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS sedang memberikan kesaksian di depan Kongres bahwa beberapa orang Amerika telah diyakini meninggal karena flu yang disebabkan COVID-19.
"Direktur CDC Robert Redfield mengakui beberapa orang Amerika yang tampaknya meninggal karena influenza diuji positif untuk novel #coronavirus dalam diagnosis anumerta, selama Komite Pengawasan DPR, Rabu. #COVID19" jelasnya.
(sef/sef) Next Article 10 Ribu Orang Tewas di Inggris, Pangeran William Buka Suara
Most Popular