
Kabar Gembira, Resesi Gegara Corona Rasanya Tak Akan Lama!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 April 2020 14:41

Namun, ada harapan meski AS bakal resesi tetapi mungkin tidak akan lama. Ini terlihat dari proyeksi kemungkinan resesi yang dirilis oleh The Fed cabang New York dan Cleveland.
The Fed New York memperkirakan peluang terjadinya resesi pada Maret 2021 (12 bulan mendatang) adalah 18,47%. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 30,73%.
Sementara The Fed Cleveland meramal risiko resesi di Negeri Adidaya dalam 12 bulan ke depan adalah 20,59%. Juga turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 33,78%.
Bisa jadi karena sifat dari resesi akibat corona berbeda dengan yang sebelumnya, misalnya saat krisis keuangan global (Global Financial Crisis/GFC) 2008-2009. Krisis 12 tahun lalu itu berpusat di AS gara-gara meletusnya gelembung aset terkait properti bernama sub-prime mortgage.
GFC membuat pasar keuangan AS berantakan, dan menular ke seluruh dunia. Butuh waktu lama untuk memperbaiki kerusakan yang begitu besar.
Pada masa GFC, The Fed menurunkan suku bunga acuan sampai nyaris 0% untuk menstimulasi ekonomi yang porak-poranda. The Fed baru berani menaikkan suku bunga pada Desember 2015, pertanda bahwa mereka sudah yakin betul ekonomi benar-benar pulih sehingga tidak lagi membutuhkan stimulus. Artinya proses perbaikan dan pembangunan kembali fondasi sektor keuangan yang hancur karena GFC memakan waktu 6-7 tahun.
Lain dengan pandemi virus corona, yang sejatinya adalah krisis kesehatan. Sebab-musababnya jelas, dan begitu sebab-musabab itu hilang maka hilang sudah semua masalah.
Ketika serangan virus corona melambat atau bahkan hilang sama sekali, tidak ada lagi buntutnya. Semua masalah kelar, tuntas-tas.
Oleh karena itu, walau dampak pandemi virus corona begitu dahsyat dan bisa membikin resesi, tetapi rasa sakit yang luar biasa itu hanya sementara. Ekonomi akan bangkit dalam waktu yang tidak terlalu lama, karena memang sudah tidak ada penghalang lagi.
"Kami malah meyakini AS saat ini sudah resesi. Meski kontraksi ekonomi sepertinya akan signifikan, tetapi sifatnya temporer. Kami memperkirakan ekonomi akan kembali tumbuh pada kuartal III-2020," kata Michelle Meyer, Ekonom Bank of America Merrill Lynch, seperti dikutip dari Reuters.
Pendapat senada dikeluarkan Sharmin Mossavar-Rahmani, Chief Investment Officer di Goldman Sachs. Dia memperkirakan ekonomi Negeri Paman Sam akan tertekan pada semester I-2020 dan pulih pada paruh kedua.
"Pada kuartal II-2020, ekonomi AS akan mengalami kontraksi terdalam setelah krisis keuangan global. Namun akan ada pertumbuhan yang kuat pada semester II. Prakiraan ini sangat tergantung kepada seberapa lama dan parah penyebaran virus dan seberapa efektif kebijakan fiskal dan moneter untuk memberikan dukungan," papar Mossavar-Rahmani, seperti diberitakan Reuters.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
The Fed New York memperkirakan peluang terjadinya resesi pada Maret 2021 (12 bulan mendatang) adalah 18,47%. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 30,73%.
Sementara The Fed Cleveland meramal risiko resesi di Negeri Adidaya dalam 12 bulan ke depan adalah 20,59%. Juga turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 33,78%.
Bisa jadi karena sifat dari resesi akibat corona berbeda dengan yang sebelumnya, misalnya saat krisis keuangan global (Global Financial Crisis/GFC) 2008-2009. Krisis 12 tahun lalu itu berpusat di AS gara-gara meletusnya gelembung aset terkait properti bernama sub-prime mortgage.
GFC membuat pasar keuangan AS berantakan, dan menular ke seluruh dunia. Butuh waktu lama untuk memperbaiki kerusakan yang begitu besar.
Pada masa GFC, The Fed menurunkan suku bunga acuan sampai nyaris 0% untuk menstimulasi ekonomi yang porak-poranda. The Fed baru berani menaikkan suku bunga pada Desember 2015, pertanda bahwa mereka sudah yakin betul ekonomi benar-benar pulih sehingga tidak lagi membutuhkan stimulus. Artinya proses perbaikan dan pembangunan kembali fondasi sektor keuangan yang hancur karena GFC memakan waktu 6-7 tahun.
Lain dengan pandemi virus corona, yang sejatinya adalah krisis kesehatan. Sebab-musababnya jelas, dan begitu sebab-musabab itu hilang maka hilang sudah semua masalah.
Ketika serangan virus corona melambat atau bahkan hilang sama sekali, tidak ada lagi buntutnya. Semua masalah kelar, tuntas-tas.
Oleh karena itu, walau dampak pandemi virus corona begitu dahsyat dan bisa membikin resesi, tetapi rasa sakit yang luar biasa itu hanya sementara. Ekonomi akan bangkit dalam waktu yang tidak terlalu lama, karena memang sudah tidak ada penghalang lagi.
"Kami malah meyakini AS saat ini sudah resesi. Meski kontraksi ekonomi sepertinya akan signifikan, tetapi sifatnya temporer. Kami memperkirakan ekonomi akan kembali tumbuh pada kuartal III-2020," kata Michelle Meyer, Ekonom Bank of America Merrill Lynch, seperti dikutip dari Reuters.
Pendapat senada dikeluarkan Sharmin Mossavar-Rahmani, Chief Investment Officer di Goldman Sachs. Dia memperkirakan ekonomi Negeri Paman Sam akan tertekan pada semester I-2020 dan pulih pada paruh kedua.
"Pada kuartal II-2020, ekonomi AS akan mengalami kontraksi terdalam setelah krisis keuangan global. Namun akan ada pertumbuhan yang kuat pada semester II. Prakiraan ini sangat tergantung kepada seberapa lama dan parah penyebaran virus dan seberapa efektif kebijakan fiskal dan moneter untuk memberikan dukungan," papar Mossavar-Rahmani, seperti diberitakan Reuters.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular