
Dihajar Corona, Kapan Ekonomi Bisa Bangkit Berdiri?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
07 April 2020 14:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Wabah virus corona yang kian merebak menjadi ancaman bagi perekonomian global. Seberapa dalam dampak dan seberapa cepat ekonomi pulih akan sangat tergantung dari upaya suatu negara merespons pandemi global ini.
Pertama kali ditemukan di Kota Wuhan (China), kini wabah corona telah menyebar ke berbagai negara di penjuru dunia. Jumlah kasus kumulatif infeksi corona secara global sudah menyentuh angka nyaris 1,35 juta per hari ini.
Pertumbuhan kasus secara yang signifikan di Amerika Serikat dan Zona Euro kini menjadikan keduanya sebagai episentrum penyebaran virus. AS, Spanyol, Italia, Jerman dan Perancis kini menduduki peringkat lima besar negara dengan kasus infeksi corona terbanyak di dunia menggeser China.
Total jumlah kasus kumulatif di lima negara tersebut mencapai angka 839.957 dari total 1.348.184 kasus secara global. Artinya kelima negara tersebut menyumbang 62,3% dari total kasus di seluruh dunia.
Dalam sebuah kajian yang dilakukan lembaga konsultan global McKinsey & Company, setidaknya ada dua karakteristik utama bagaimana setiap negara merespons wabah corona.
Ada yang gayanya mirip China dengan membatasi pergerakan orang dan melakukan karantina, ada juga yang mirip dengan Korea Selatan dengan melakukan tes secara masif dan agresif.
Kebanyakan negara-negara barat kini cenderung mengikuti langkah China menggunakan strategi lockdown. Perancis, Spanyol dan Italia menerapkan strategi lockdown nasional di negaranya. Selagi karantina dilakukan dan orang-orang dilarang keluar rumah, pemerintah juga melakukan tes deteksi yang masif.
Wabah corona merupakan fenomena di bidang kesehatan yang merembet ke perekonomian. Dampaknya bukan main-main. Pertumbuhan ekonomi jadi taruhannya. Krisis kesehatan yang kini terjadi telah membangkitkan ancaman resesi global.
Untuk melihat seberapa parah dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh wabah, seberapa cepat pemulihan terjadi hingga model kurva pemulihan, McKinsey membuat berbagai skenario.
Faktor yang mempengaruhi seberapa parah dampak dan seberapa cepat pulih terletak pada dua hal. Pertama adalah seberapa cepat dan luas virus merebak dan intervensi di sektor kesehatan serta seberapa efektif kebijakan ekonomi pemerintah.
Pertama kali ditemukan di Kota Wuhan (China), kini wabah corona telah menyebar ke berbagai negara di penjuru dunia. Jumlah kasus kumulatif infeksi corona secara global sudah menyentuh angka nyaris 1,35 juta per hari ini.
Pertumbuhan kasus secara yang signifikan di Amerika Serikat dan Zona Euro kini menjadikan keduanya sebagai episentrum penyebaran virus. AS, Spanyol, Italia, Jerman dan Perancis kini menduduki peringkat lima besar negara dengan kasus infeksi corona terbanyak di dunia menggeser China.
Dalam sebuah kajian yang dilakukan lembaga konsultan global McKinsey & Company, setidaknya ada dua karakteristik utama bagaimana setiap negara merespons wabah corona.
Ada yang gayanya mirip China dengan membatasi pergerakan orang dan melakukan karantina, ada juga yang mirip dengan Korea Selatan dengan melakukan tes secara masif dan agresif.
Kebanyakan negara-negara barat kini cenderung mengikuti langkah China menggunakan strategi lockdown. Perancis, Spanyol dan Italia menerapkan strategi lockdown nasional di negaranya. Selagi karantina dilakukan dan orang-orang dilarang keluar rumah, pemerintah juga melakukan tes deteksi yang masif.
Wabah corona merupakan fenomena di bidang kesehatan yang merembet ke perekonomian. Dampaknya bukan main-main. Pertumbuhan ekonomi jadi taruhannya. Krisis kesehatan yang kini terjadi telah membangkitkan ancaman resesi global.
Untuk melihat seberapa parah dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh wabah, seberapa cepat pemulihan terjadi hingga model kurva pemulihan, McKinsey membuat berbagai skenario.
Faktor yang mempengaruhi seberapa parah dampak dan seberapa cepat pulih terletak pada dua hal. Pertama adalah seberapa cepat dan luas virus merebak dan intervensi di sektor kesehatan serta seberapa efektif kebijakan ekonomi pemerintah.
Pages
Most Popular