Belajar dari Pengalaman China, Mending Jangan Mudik Ya...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 April 2020 09:43
Belajar dari Pengalaman China, Mending Jangan Mudik Ya...
Foto: Investigasi Corona Virus di Indonesia. (CNBC Indoensia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia di bawah komando Presiden Joko Widodo (Jokowi) sampai saat ini masih memberi restu bagi masyarakat yang ingin melakukan ritual tahunan mudik Idul Fitri alias Lebaran. Asal dilakukan dengan hati-hati.

"Menyangkut orang yang mudik, di desa mestinya ada isolasi mandiri, meskipun hanya satu dua orang. Tapi juga di desa juga mampu menyiapkan jaring pengaman sosial, perlindungan sosial bagi mereka. Jadi bekerja dari pucuk paling atas sampai paling bawah," kata Kepala Negara, belum lama ini.


Jadi masyarakat perantau yang tinggal di kota tetap boleh melepas rindu kepada sanak famili di kampung halaman pada Lebaran nanti. Meski risikonya memang cukup besar, yaitu penyebaran virus corona atau Coronavirus Desease 2019 (Covid-19).

Ya, penyebaran virus yang berawal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu memang begitu cepat. Indonesia mencatat kasus perdana virus corona pada awal Maret, dua pasien. Sebulan kemudian, jumlahnya melesat menjadi lebih dari 2.000 pasien.

Per Sabtu (4/4/2020), Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mencatat sudah ada 2.092 pasien positif corona di Tanah Air. Dari jumlah tersebut, 150 orang sudah sembuh sementara 191 meninggal dunia.


Per 3 April 2020, tiga provinsi dengan kasus corona terbanyak adalah DKI Jakarta (971), Jawa Barat (225), dan Banten (170). Tiga provinsi tersebut menyumbang 68,78% dari total kasus di Ibu Pertiwi.

Tahun lalu, survei Kementerian Perhubungan menyebutkan 14,9 juta orang di Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek) melakukan mudik Lebaran. Jawa Tengah menjadi tujuan utama dengan catatan 5,61 juta orang (37,68%), disusul oleh Jawa Barat 3,7 juta orang (24,89%), dan Jawa Timur 1,66 juta orang (11,14%).

Di Jawa Tengah, kota tujuan terbanyak adalah kw Surakarta alias Solo, kampung halaman Presiden Jokowi. Ada 642.789 orang yang mudik ke sana.

Masalahnya, Jabodetabek adalah hot spot penyebaran virus corona karena tingginya interaksi dan kontak antar-manusia. Ketika warga Jabodetabek pulang kampung, maka sangat berisiko menjadi agen penular virus di keluarga dan lingkungan sekitarnya.


Per 3 April, jumlah kasus corona di Jawa Tengah adalah 114 sementara Jawa Timur 155. Jumlah ini bisa melonjak kala warga Jabodetabek berdatangan.


[Gambas:Video CNBC]




Ada baiknya kita berkaca ke pengalaman di China, ground zero penyebaran virus corona. Meski bermula dari Kota Wuhan, dalam waktu singkat virus ini menyebar ke penjuru China dan seluruh dunia.

Penyebabnya adalah serangan virus terjadi saat warga Negeri Tirai Bambu merayakan Tahun Baru Imlek. Seperti Lebaran di Indonesia, tradisi Imlek di China diwarnai dengan mudik ke kampung halaman. Perayaan Imlek di China bahkan berlangsung selama 40 hari.

Tahun ini, perayaan Imlek dimulai pada 10 Januari. Dalam kurun 10 Januari hingga 18 Februari, pemerintah China mencatat warga melakukan sekitar 3 miliar perjalanan.

Pergerakan manusia yang begitu aktif membuat virus menyebar dengan sangat cepat. Pada 20 Januari, jumlah kasus corona di China masih 278 dan terkonsentrasi di Kota Wuhan. Pada 18 Februari, akhir perayaan Imlek, jumlahnya menjadi 72.568.

 

China terpaksa harus bergerak cepat untuk meredam virus ini. Pemerintah membangun belasan rumah sakit darurat untuk merawat pasien yang tidak tertampung di rumah sakit biasa. Di Wuhan saja ada 15 rumah sakit temporer yang merawat lebih dari 12.000 pasien.

Pemerintah China juga memberlakukan karantina wilayah (lockdown) di Wuhan dan beberapa daerah lain. Akses keluar/masuk daerah ditutup total. Warga benar-benar tidak boleh keluar rumah kecuali untuk urusan mendesak. Transportasi umum juga tidak beroperasi.

Gercep itu membuahkan hasil positif. Kini penambahan kasus baru di Negeri Panda terus melambat, bahkan lockdown di Wuhan pun sudah dicabut.


Nah, Indonesia berisiko mengalami hal yang sama jika mudik Lebaran tahun ini masih semarak. Daerah-daerah yang awalnya relatif adem ayem bisa membukukan lonjakan kasus corona. Bukan tidak mungkin pula menimbulkan korban jiwa. Amit-amit.

Kalau pemerintah tetap merestui masyarakat untuk mudik, sah-sah saja karena itu adalah tradisi tahunan yang sulit untuk dihilangkan begitu saja. Namun perlu antisipasi lebih dini karena ada risiko penyebaran kasus akan semakin luas di berbagai daerah. Jangan sampai suka cita Hari Kemenangan berubah menjadi duka mendalam.

Akan tetapi, kalau kita masih sayang dengan keluarganya di kampung dan menilai penanganan virus corona di Indonesia belum se-ngotot di China, maka jalan terbaik adalah jangan mudik dulu deh...


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular