Internasional

Italia Dikritik Bahayakan Manula di Tengah Corona, Ada Apa?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
01 April 2020 16:56
Pemerintahan mengesahkan kebijakan untuk memindahkan pasien positif corona dari rumah sakit ke rumah penampungan
Foto: Pelayanan RS Italia. (AP/Luca Bruno)
Jakarta, CNBC Indonesia - Angka terjangkit virus corona (COVID-19) di Italia kini mencapai 105.792 kasus, membuat pemerintahan mengesahkan kebijakan untuk memindahkan pasien positif corona dari rumah sakit ke rumah penampungan.

Hal ini dilakukan akibat membludaknya pasien positif, namun kapasitas rumah sakit tidak mencukupi. Kini sudah ada lebih dari 28.000 pasien di rumah sakit, termasuk lebih dari 4.000 pasien dalam perawatan intensif.

Bagi pasien baru yang terjangkit saat menjalankan karantina mandiri nantinya akan dipindahkan ke rumah penampungan atau hotel-hotel yang dijadikan sebagai lokasi perawatan darurat.



Namun kebijakan ini ditentang oleh banyak dokter dan serikat pekerja. Mereka memperingatkan jika kebijakan tersebut seperti memupuk "bom waktu" yang siap meledak kapan saja.

"Dalam perang seperti ini, kita tidak bisa mengekspos diri pada bahaya wabah yang berisiko mengubah rumah perawatan menjadi 'bom biologis' yang menyebarkan virus," kata Raffaele Antonelli Incalzi, kepala masyarakat geriatrik Italia SIGG, dikutip dari AFP.

Jika pemerintah memindahkan pasien positif corona untuk dirawat di rumah penampungan, dikhawatirkan ratusan orang yang tinggal di sana sebelumnya, akan meninggal karena penyakit ini.

Mereka yang menentang hal tersebut bahkan menyuarakan keprihatinan serius atas keselamatan 300.000 penduduk yang tinggal di 7.000 rumah penampungan yang tersebar di Italia.

"Banyak yang menggunakan tempat tidur rumah penampungan untuk mengurangi tekanan pada rumah sakit. Ini akan menempatkan penduduk lanjut usia dalam bahaya, dan mereka adalah mata rantai terlemah dalam pandemi ini," lanjut Incalzi.

Namun rupanya sekitar 2.000 pasien positif corona telah dipindahkan ke panti jompo di Lombardy. Menurut data SIGG, wilayah Marche di Italia tengah dan Sisilia di selatan juga mulai mengikuti langkah tersebut.

Pemerintah mengatakan sudah memiliki aturan ketat untuk fasilitas tersebut agar tidak ada kontaminasi. Mulai dari jarak fisik hingga staf pelatihan yang dilengkapi dengan peralatan pelindung.

"Siapa yang akan memeriksa peraturan yang diberlakukan?" ujar Marco Agazzi, presiden persatuan nasional dokter Italia cabang Bergamo.

"Ada kesulitan besar dalam mengakses alat pelindung, dan jika rekrutan baru tidak dapat ditemukan, itu berarti mengambil staf penting di fasilitas yang sudah terlalu padat," lanjut Agazzi, menggambarkan keputusan pemerintah "sangat membingungkan".

Lembaga kesehatan nasional Italia mengatakan 86 persen panti jompo yang disurvei melaporkan kesulitan mendapatkan peralatan pelindung. Sementara 36 persen mengatakan mereka kekurangan tenaga karena banyak staf yang sakit.

Serikat pekerja pensiunan menyerukan agar pemerintah Italia tidak menggunakan rumah penampungan sebagai lokasi perawatan darurat. Mereka menyarankan untuk menggunakan hotel, perumahan siswa atau barak militer digunakan sebagai gantinya.

Italia kini menjadi negara kedua dengan kasus terjangkit terbanyak di dunia, dengan 105.792 kasus terkonfirmasi, 12.428 kasus kematian, dan 15.729 kasus berhasil sembuh per Rabu (1/4/2020), menurut data dari Worldometers.


[Gambas:Video CNBC]




(sef/sef) Next Article Jreng! Italia Kembali Lockdown karena Corona

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular