Internasional

Bukan Kungfu Mabuk, Ini 4 Jurus Korsel Tekan Kasus COVID-19

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
30 March 2020 15:03
Korea Selatan menjadi negara yang berhasil menekan penyebaran wabah virus corona (COVID-19).
Foto: Nenek 97 tahun di Korsel sembuh dari virus Corona (Photo supplied by Cheongdo County via CNN)

Jakarta, CNBC IndonesiaKorea Selatan menjadi negara yang berhasil menekan penyebaran wabah virus corona (COVID-19), yang telah menginfeksi 723 ribu lebih orang di dunia itu, tanpa menghancurkan ekonominya.

Ini terbukti dari terus menurunnya jumlah kasus baru setiap harinya. Padahal, pada 29 Februari lalu negara ini pernah melaporkan 909 kasus baru dalam satu hari. Bahkan selama beberapa hari di bulan itu angka kasus baru terus meningkat pesat dari puluhan, menjadi ratusan, hingga ribuan.

Namun demikian, hal itu kini tidak terjadi lagi. Dalam sehari kemarin, Korea Selatan hanya melaporkan sekitar 78 kasus, di mana totalnya ada 9.661 kasus per Senin (30/3/2020). Sementara itu angka kematian akibat COVID-19 di Negeri Ginseng hanya 158, dengan pasien sembuh 5.228 orang.


Angka ini jauh lebih rendah daripada beberapa negara lainnya di dunia, seperti Italia dan Amerika Serikat. Italia memiliki 97.689 kasus, sementara AS memiliki jumlah kasus terbanyak di dunia, yaitu 142.735 kasus.

Lalu, apa sebenarnya yang dilakukan Korea Selatan sampai bisa 'meratakan' kurva infeksi virus di negara itu?

Jurus 1: Cepat Tanggap

Pejabat pemerintah di Korea Selatan langsung membuat pertemuan dengan perwakilan dari beberapa perusahaan medis seminggu setelah kasus pertama COVID-19 dikonfirmasi di negara itu pada akhir Januari.

Dalam pertemuan itu mereka mendesak perusahaan-perusahaan itu untuk segera mulai mengembangkan alat uji virus corona untuk produksi massal. Mereka juga menjanjikan persetujuan darurat.

Dua minggu setelahnya, ribuan test kit telah siap digunakan untuk pengujian setiap harinya. Korea Selatan sekarang memproduksi 100.000 kit per hari, dan para pejabat mengatakan mereka sedang dalam pembicaraan dengan 17 negara lain yang ingin membelinya.

Para pejabat juga dengan cepat memberlakukan tindakan darurat di Daegu, sebuah kota berpenduduk 2,5 juta tempat penularan menyebar dengan cepat. Di mana sumbernya berada dalam lingkup gereja di kota itu.

"Korea Selatan dapat menangani hal ini tanpa membatasi pergerakan orang karena kami tahu sumber utama infeksi, jemaat gereja, cukup awal," kata Ki Mo-ran, seorang dokter ahli epidemiologi, mengutip the New York Times. "Jika kita mempelajarinya lebih lambat dari yang kita lakukan, segalanya bisa jauh lebih buruk."

Jurus 2: Tes Massal

Korea Selatan telah melakukan tes corona pada jauh lebih banyak orang dibandingkan negara lainnya di dunia. Ini memungkinkannya mengisolasi dan mengobati banyak orang segera setelah mereka dinyatakan terinfeksi.

Negara ini telah melakukan lebih dari 300.000 tes, untuk tingkat per kapita lebih dari 40 kali lipat dari Amerika Serikat.

"Pengujian itu penting karena mengarah pada deteksi dini, ini meminimalkan penyebaran lebih lanjut sehingga dapat dengan cepat mengobati yang terinfeksi virus," kata Kang Kyung-wha, menteri luar negeri Korea Selatan, kepada BBC.

Agar rumah sakit dan klinik tidak kewalahan, para pejabat juga telah membuka 600 pusat pengujian yang dirancang untuk menyaring sebanyak mungkin orang, dan dilakukan secepat mungkin. Mereka juga menjaga petugas kesehatan tetap aman dengan meminimalkan kontak.

Negara ini sampai memiliki sistem tes corona drive-through. Di mana pasien dapat dites tanpa meninggalkan mobil mereka. Mereka diberikan kuesioner, pemindaian suhu jarak jauh dan dilakukan pengambilan cairan tenggorokan. Prosesnya memakan waktu sekitar 10 menit. Hasil tes biasanya keluar dalam beberapa jam.

Ada juga sistem tes corona walk-in centre. Di sini para pasien akan perlu memasuki ruangan yang menyerupai bilik telepon transparan. Petugas kesehatan akan mengumpulkan cairan tenggorokan mereka menggunakan sarung tangan karet tebal yang terpasang di dinding ruangan itu.

Pemerintah negara ini juga secara terus-menerus mengirim pesan massal kepada warganya, mendesak mereka untuk melakukan tes jika mereka atau seseorang yang mereka kenal mengalami gejala.

Untuk pengunjung dari luar negeri, mereka diharuskan mengunduh aplikasi di smartphone mereka. Aplikasi itu akan memandu mereka melakukan pemeriksaan sendiri untuk mengetahui gejalanya.

Kantor, hotel dan bangunan besar lainnya dipasangi kamera gambar termal untuk mengidentifikasi orang yang memiliki demam. Restoran di negara itu juga melakukan pemeriksaan suhu pelanggannya sebelum diperbolehkan masuk.

Jurus 3: Pelacakan Kontak, Isolasi dan Pengawasan

Ketika seseorang ditemukan positif pasca menjalankan tes, petugas kesehatan akan menelusuri kembali pergerakan pasien baru-baru ini untuk menemukan, menguji dan, jika perlu, mengisolasi siapa pun yang kontak dengan orang itu. Proses ini dikenal sebagai pelacakan kontak.

Hal ini memungkinkan petugas kesehatan untuk mengidentifikasi jaringan kemungkinan penularan sejak dini.

Korea Selatan juga mengembangkan alat dan praktik untuk pelacakan kontak yang agresif selama merebaknya MERS. Pejabat kesehatan akan menelusuri kembali pergerakan pasien menggunakan rekaman kamera keamanan, catatan kartu kredit, bahkan data GPS dari mobil dan ponsel mereka.

"Kami melakukan penyelidikan epidemiologis seperti detektif polisi," kata Dr. Ki. "Kemudian, kami merevisi undang-undang untuk memprioritaskan jaminan sosial daripada privasi individu pada saat krisis penyakit menular."

Mereka juga akan mengirim pemberitahuan pada warga apabila ditemukan kasus baru di distrik mereka. Situs web dan aplikasi ponsel cerdas juga merinci jam, bahkan menit, dari jadwal perjalanan orang yang terinfeksi. Serta merinci bus mana yang mereka naiki, kapan dan di mana mereka naik dan turun, meskipun mereka memakai masker.

Orang-orang yang merasa telah berpapasan dengan seorang pasien juga didesak untuk melapor ke pusat-pusat pengujian.

Untuk orang yang memilih karantina mandiri diharuskan mengunduh aplikasi lain. Aplikasi itu akan memberitahu petugas jika ada pasien yang keluar dari tempat isolasi. Mereka akan terancam dijatuhi denda mencapai US$ 2.500 jika ketahuan melakukan pelanggaran.

Jurus 4: Minta Bantuan Publik

Pemerintah menyadari jumlah petugas kesehatan atau pemindai suhu tubuh tidak akan cukup untuk melacak semua orang. Oleh karenanya mereka meminta orang-orang untuk melaporkan diri sendiri.

Mereka melakukan imbauan melalui siaran televisi, pengumuman di stasiun kereta bawah tanah, dan mengirim peringatan melalui telepon pintar. Dalam semua cara itu mereka memperingatkan warga untuk memakai masker, menjaga jarak dan mengirimi data transmisi hari itu.

"Kepercayaan publik ini telah menghasilkan tingkat kesadaran kewarganegaraan yang sangat tinggi dan kerja sama sukarela yang memperkuat upaya kolektif kita," kata Lee Tae-ho, wakil menteri urusan luar negeri, kepada wartawan awal bulan ini.

Lebih lanjut, orang yang tidak memiliki gejala juga sebagian dites. Ada juga aturan khusus dalam biaya perawatan terkait virus corona.

Namun demikian, para ahli menyebut akan cukup sulit bagi negara lain untuk meniru Korea Selatan. Sebab ada tiga hal utama yang menjadi kendala, yang umum terjadi di negara lain. Pertama yaitu urusan politik.

Hal kedua yaitu kemauan dari publik. Sebab, kepercayaan sosial di Korea Selatan lebih tinggi daripada di banyak negara lain, terutama di negara Barat yang dilanda polarisasi dan reaksi populis.

Tantangan ketiga yaitu waktu. "Mungkin sudah terlambat bagi negara-negara yang sudah diserang epidemi itu untuk mengendalikan wabah secepat atau seefisien Korea Selatan." kata Dr. Ki.

[Gambas:Video CNBC]




(res) Next Article Ottoke Oppa! Covid Korsel 'Meledak' Lagi, Rekor 3.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular