Terungkap! Anies Baswedan Sudah Monitor Corona Sejak Januari

Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
28 March 2020 15:17
- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menegaskan sudah sejak dini melakukan monitoring terkait virus corona di wilayahnya.
Foto: Covid-19 Mengganas, Anies sebut Petugas Medis Gunakan 1000 Unit APD Per Hari. Humas Balaikota DKI
Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menegaskan sudah sejak dini melakukan monitoring terkait virus corona di wilayahnya. Namun, hal ini dilakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan kepanikan di masyarakat.

Menurutnya, sejak kasus virus corona atau Covid-19 muncul di China pada Januari lalu, pihaknya sudah melakukan pengecekan untuk wilayah DKI Jakarta.

"Kita monitor ini sejak Januari, sejak januari kita kerjakan, senyap supaya tidak bikin panik orang," ujarnya saat berbincang dengan Dedy Corbuzier, Sabtu (28/3/2020).

Lanjutnya, monitoring sejak dini dilakukan terutama untuk DKI Jakarta, karena merupakan pintu gerbang masuknya orang asing ke Indonesia. Oleh karenanya, sejak Januari, pihaknya sudah melakukan rapat pimpinan dengan pihak imigrasi serta Badan Intelejen Negara (BIN).


Rapim ini dilakukan untuk melakukan pemantauan sejak sejak awal dan mencari data siapa saja yang baru tiba dari China agar bisa di lakukan pemeriksaan.

"Kita undang imigrasi karena saya mau tahu siapa saja yang datang dari China ke Jakarta, saya mau tahu dia tinggal di mana, alamatnya dan tinggal sama siapa. Karna dia adalah orang yang harus kita pantau, ini mau jagain Jakarta. Jadi kalau mereka mau masuk harus diperiksa," jelas Anies.

Saat melakukan monitoring tersebut, ia juga melihat jumlah masyarakat yang terpapar virus semakin banyak di DKI Jakarta. Namun, ia tidak memiliki wewenang dalam pembukaan data tersebut karena pada saat itu pemerintah masih bungkam.

"Kita pantau terus, tiap 2 hari sekali dapat data berapa jumlah ODP, berapa pasien dalam pengawasan, data makin naik tiap hari. Saya bilang pasti akan jadi kasus tapi saya nggak punya kewenangan lakukan pemeriksaan web dan lain-lain," kata dia.

Ia pun sangat menyayangkan saat banyak pihak sejak awal menjadikan virus ini sebagai lelucon. Apalagi banyak yang mengatakan bahwa angka kematian corona lebih sedikit dari kanker hingga DBD di Indonesia.


"Ini bukan becandaan dan sangat serius. Problem dari sini adalah penyebarannya, ketika terjadi bersamaan, dari ratusan jadi belasan ribu, jadi puluhan ribu, maka sistem pelayanan kesehatan kita tidak sanggup melayani," ujarnya.

"Jumlah tempat tidur terbatas, jumlah kamar terbatas, jumlah RS terbatas, jumlah perawat terbatas. Jadi bukan persentase kematiannya tapi ini soal terjadi bersamaan dalam jumlah luar biasa tersebut," tegasnya.
(dob/dob) Next Article Anies: Selama ini DKI Bangun Jalan untuk Roda, Bukan Kaki

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular