
Dampak Corona
Pengusaha Pusing Ekspor Alkohol Dilarang, Kenapa?
Ferry Sandi, CNBC Indonesia
27 March 2020 18:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia resmi melarang etanol atau alkohol sebagai bahan baku hand sanitizer untuk diekspor ke luar negeri. Alasannya, untuk menjamin terus berlangsungnya produksi hand sanitizer dari dalam negeri.
Di sisi lain, kebijakan ini dikhawatirkan justru tidak menyerap stok etanol di dalam negeri. Ini karena importir sudah tidak bisa mengambil bagian memasok kebutuhan di dalam negeri.
Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Spiritus dan Etanol (Asendo) Hendra Setiawan menerangkan menyebut, pabrik anggota yang berada di bawah naungannya mampu memproduksi sebanyak 185 juta liter per tahun. Sekitar 90-100 juta liter atau setengahnya diserap oleh kebutuhan dalam negeri.
"Kenapa ekspor? karena memang dalam negeri nggak bisa nyerap. Makanya surplus kita dorong ekspor," kata Hendra kepada CNBC Indonesia, Jumat (27/3).
Ia memberi gambaran, kebutuhan hand sanitizer dalam negeri yang berada di kisaran 6 juta liter. Jika melihat kondisi ke belakang, ada potensi naiknya kebutuhan hingga beberapa kali lipat, Hendra yakin kebutuhan tersebut masih bisa tercukupi meskipun keran ekspor alkohol masih bisa dibuka.
"Jika ekspor dilarang, volume yang katakan hampir setengah, puluhan juta liter ini apa terserap? Kalau nggak terserap, tangki dia penuh. Artinya berhenti produksi, efeknya besar. Dampaknya cukup besar. Kami perlu koordinasi pemerintah dalam hal tadi ini, penyerapannya gimana dengan pelarangan ekspor ini," papar Hendra.
Apalagi, Ia pun menyebut hingga kini pemerintah belum memberikan data resmi terkait kebutuhan etanol dalam masa pandemi virus corona saat ini. Sehingga pengusaha sulit untuk mengambil strategi bisnis yang akurat.
"Permintaan terus berdatangan. Memang skala kecil, contoh dari instansi ada beberapa yang hubungi, jumlahnya seribu liter, lima ribu liter, paling banyak 10rb liter. Ini kami harus layani apa ngga? Jangan sampai pemerintah tiba-tiba, oke kami butuh sekian juta, sementara perjanjian bisnis udah alokasi lain," katanya.
Ia mengungkapkan selama ini anggotanya banyak yang sudah menjalin kerjasama tahunan dengan berbagai negara di Asia. Yakni mengekspor produk etanol atau bahan baku hand sanitizer.
Namun, setelah pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 31 Tahun 2020 tentang Larangan Sementara Ekspor Antiseptik, Bahan Baku Masker, Alat Pelindung Diri, dan Masker, maka kerjasama yang sudah terjalin akan kandas untuk sementara.
"Karena rata-rata ekspor kontraknya setahun. Kita punya banyak anggota, punya kontrak dan kewajiban hingga akhir tahun. Kalau tiba-tiba ditutup gini kan ada konsekuensinya juga di situ," katanya.
Akibat larangan ekspor ini, anggota Asendo akan memberi pemahaman kepada importir di luar bahwa yang terjadi adalah force majeur, atau di luar kendali perusahaan. Diharapkan itu tidak menjadi penyebab berhentinya kerja sama tersebut ke depannya.
Adapun beberapa negara yang sudah menjalin kerjasama mayoritas berada di Asia, juga Asia Tenggara.
"Sebenarnya banyak negara penghasil etil alkohol di Asia tapi kita yang bisa lebih kompetitif ke Asia dan Asia Tenggara lah terutama. Sementara China nggak terlalu. mereka punya produksi yang lumayan di sana. Korea, Filipina, Thailand, ada sebagian Taiwan," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Di sisi lain, kebijakan ini dikhawatirkan justru tidak menyerap stok etanol di dalam negeri. Ini karena importir sudah tidak bisa mengambil bagian memasok kebutuhan di dalam negeri.
Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Spiritus dan Etanol (Asendo) Hendra Setiawan menerangkan menyebut, pabrik anggota yang berada di bawah naungannya mampu memproduksi sebanyak 185 juta liter per tahun. Sekitar 90-100 juta liter atau setengahnya diserap oleh kebutuhan dalam negeri.
"Kenapa ekspor? karena memang dalam negeri nggak bisa nyerap. Makanya surplus kita dorong ekspor," kata Hendra kepada CNBC Indonesia, Jumat (27/3).
Ia memberi gambaran, kebutuhan hand sanitizer dalam negeri yang berada di kisaran 6 juta liter. Jika melihat kondisi ke belakang, ada potensi naiknya kebutuhan hingga beberapa kali lipat, Hendra yakin kebutuhan tersebut masih bisa tercukupi meskipun keran ekspor alkohol masih bisa dibuka.
"Jika ekspor dilarang, volume yang katakan hampir setengah, puluhan juta liter ini apa terserap? Kalau nggak terserap, tangki dia penuh. Artinya berhenti produksi, efeknya besar. Dampaknya cukup besar. Kami perlu koordinasi pemerintah dalam hal tadi ini, penyerapannya gimana dengan pelarangan ekspor ini," papar Hendra.
Apalagi, Ia pun menyebut hingga kini pemerintah belum memberikan data resmi terkait kebutuhan etanol dalam masa pandemi virus corona saat ini. Sehingga pengusaha sulit untuk mengambil strategi bisnis yang akurat.
"Permintaan terus berdatangan. Memang skala kecil, contoh dari instansi ada beberapa yang hubungi, jumlahnya seribu liter, lima ribu liter, paling banyak 10rb liter. Ini kami harus layani apa ngga? Jangan sampai pemerintah tiba-tiba, oke kami butuh sekian juta, sementara perjanjian bisnis udah alokasi lain," katanya.
Ia mengungkapkan selama ini anggotanya banyak yang sudah menjalin kerjasama tahunan dengan berbagai negara di Asia. Yakni mengekspor produk etanol atau bahan baku hand sanitizer.
Namun, setelah pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 31 Tahun 2020 tentang Larangan Sementara Ekspor Antiseptik, Bahan Baku Masker, Alat Pelindung Diri, dan Masker, maka kerjasama yang sudah terjalin akan kandas untuk sementara.
"Karena rata-rata ekspor kontraknya setahun. Kita punya banyak anggota, punya kontrak dan kewajiban hingga akhir tahun. Kalau tiba-tiba ditutup gini kan ada konsekuensinya juga di situ," katanya.
Akibat larangan ekspor ini, anggota Asendo akan memberi pemahaman kepada importir di luar bahwa yang terjadi adalah force majeur, atau di luar kendali perusahaan. Diharapkan itu tidak menjadi penyebab berhentinya kerja sama tersebut ke depannya.
Adapun beberapa negara yang sudah menjalin kerjasama mayoritas berada di Asia, juga Asia Tenggara.
"Sebenarnya banyak negara penghasil etil alkohol di Asia tapi kita yang bisa lebih kompetitif ke Asia dan Asia Tenggara lah terutama. Sementara China nggak terlalu. mereka punya produksi yang lumayan di sana. Korea, Filipina, Thailand, ada sebagian Taiwan," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Most Popular