Harga Amblas, KKKS Asing Bisa Tunda Proyek Hulu Migas RI

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
27 March 2020 11:47
Proyek-proyek strategis di sektor hulu migas RI bakal macet tahun ini karena anjloknya harga minyak dunia
Foto: Infografis/CAPAIAN HULU MIGAS Januari - April 2019
Jakarta, CNBC Indonesia - Corona virus (Covid-19) berdampak pada sektor bisnis migas, di mana permintaan pada bahan bakar minyak (BBM) turun. Dampak dari melemahnya roda perekonomian.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) John S. Karamoy mengatakan lemahnya perekonomian membuat kilang harus mengurangi produksi BBM dan kilang menurunkan permintaan suplai feedstok yakni minyak bumi.

"Tentang anjloknya harga minyak bumi dunia kali ini sampai di kisaran US$ 20 per barel, lebih disebabkan oleh kenyataan adanya penurunan permintaan dunia akan BBM sejak permulaan bulan Februari," ungkapnya saat dihubungi, Jumat, (27/03/2020).

Lebih lanjut dirinya mengatakan Indonesia sudah menyiapkan upaya penyelamatan ekonomi nasional. Harga minyak yang anjlok berdampak pada perusahaan minyak yang diprediksi bakal menunda pelaksanaan proyek migas di hulu.



"Perusahaan minyak asing ditenggarai masih akan menunda pelaksanaan proyek migas hulu, karena asumsi dalam analisa keekonomian proyek sudah berubah," imbuhnya.

Menurutnya beberap IOC sudah kehilangan nilai besar dari market capitalisasi mereka akibat dari tuntutan publik agar IOC mulai meninggalkan "fosil energi" dan beri porsi lebih besar kepada "go green". Setidaknya dibutuhkan waktu 2-3 tahun bagi investor untuk memastikan terciptanya harga minyak yang wajar.

Hingga akhirnya ditentukan langkah baru mereka. Dengan pertimbangan ini, imbuhnya, kita harus membuat asumsi bahwa peran perusahaan asing akan menurun. "Aspermigas dituntut untuk merancang peran perusahaan migas hulu swasta nasional harus ditingkatkan," jelasnya.

Dirinya menyebut seiring dengan penurunan permintaan dari kilang, beberapa IOC dilaporkan akan mengurangi belanja modal (capex) di eksplorasi dan produksi. Mereka mengambil posisi "wait and see" diangka "bottom" harga minyak sebelum membaik.

John memaparkan ada pihak yang optimis dan pesimis menanggapi hal ini. Ada yang membuat proyeksi harga minyak anjlok sampai di bawah US$ 20 per barel bahkan US$ 10 per barel. Karena Eropa dan AS masih belum siap menghadapi Covid-19.

"Tapi ada pihak yang optimis harga sudah di bottom (low US$ 20 per barel) dan mulai membaik karena keadaan di Tiongkok membaik dan industrinya mulai bergerak lagi. Di AS sudah ada program stimulus (US$ 2.0 Triliun) untuk mempertahankan kegiatan ekonomi dan memeranggi Covid-19," jelasnya.


[Gambas:Video CNBC]




(gus) Next Article Jaga Produksi, Pertamina Lakukan Optimalisasi Biaya Hulu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular