
Ini Bukti Terbaru Jahatnya Virus Corona ke Perekonomian
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 March 2020 13:22

Kinerja industri manufaktur global tertekan karena dua faktor. Pertama kekurangan orang, karena pemerintah di berbagai negara menerapkan kebijakan karantina wilayah (lockdown). Warga tidak boleh keluar rumah kecuali untuk urusan mendesak untuk mengurangi risiko penyebaran virus corona.
Australia adalah salah satu negara yang melakukan lockdown. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pukul 12:02 WIB, jumlah pasien corona di Negeri Kanguru adalah 4.474 orang. Dari jumlah tersebut, 21 orang meninggal dunia.
Mulai pekan ini, pemerintahan Perdana Menteri Scott Morrison menutup akses keluar-masuk negaranya. Pekerja sebisa mungkin diperintahkan bekerja dari rumah.
Tidak hanya Australia, berbagai negara pun melakukan hal yang sama. Semakin banyak orang yang bekerja di rumah membuat produktivitas industri manufaktur turun karena kekurangan sumber daya manusia.
Kedua adalah kekurangan bahan baku. Di tengah globalisasi ekonomi, tidak bisa sebuah negara memproduksi sendiri seluruh kebutuhannya, Pasti ada peran bahan baku/penolong atau barang modal dari negara lain.
Masalah muncul ketika dunia terlalu bergantung kepada China sebagai pemasok utama, terutama untuk bahan baku/penolong dan barang modal. Riset DBS menyebutkan China menyumbang 30-40% dari total ekspor produk tekstil dan alas kaki global. Selain itu, sekitar 20% ekspor mesin dan peralatan listrik dunia berasal dari Negeri Panda.
China adalah negara yang paling parah dihajar virus corona, karena memang virus itu berawal di Negeri Tirai Bambu. Seperti Australia, beberapa wilayah di China juga menerapkan lockdown. Bahkan lebih ketat karena transportasi umum sama sekali tidak beroperasi di warga benar-benar tidak bisa keluar rumah karena ada aparat keamanan berjaga di mana-mana.
Ini membuat produksi industri manufaktur China anjlok. Pada Januari-Februari 2020, produksi industri China turun 13,5% year-on-year (YoY). Ini adalah penurunan pertama sejak awal 1990.
Barang-barang yang diproduksi di China itu sebagian dipakai di negara-negara lain sebagai bahan baku/penolong maupun barang modal. Jadi begitu produksi industri China lesu, lemaslah seluruh dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Australia adalah salah satu negara yang melakukan lockdown. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pukul 12:02 WIB, jumlah pasien corona di Negeri Kanguru adalah 4.474 orang. Dari jumlah tersebut, 21 orang meninggal dunia.
Mulai pekan ini, pemerintahan Perdana Menteri Scott Morrison menutup akses keluar-masuk negaranya. Pekerja sebisa mungkin diperintahkan bekerja dari rumah.
Tidak hanya Australia, berbagai negara pun melakukan hal yang sama. Semakin banyak orang yang bekerja di rumah membuat produktivitas industri manufaktur turun karena kekurangan sumber daya manusia.
Kedua adalah kekurangan bahan baku. Di tengah globalisasi ekonomi, tidak bisa sebuah negara memproduksi sendiri seluruh kebutuhannya, Pasti ada peran bahan baku/penolong atau barang modal dari negara lain.
Masalah muncul ketika dunia terlalu bergantung kepada China sebagai pemasok utama, terutama untuk bahan baku/penolong dan barang modal. Riset DBS menyebutkan China menyumbang 30-40% dari total ekspor produk tekstil dan alas kaki global. Selain itu, sekitar 20% ekspor mesin dan peralatan listrik dunia berasal dari Negeri Panda.
![]() |
China adalah negara yang paling parah dihajar virus corona, karena memang virus itu berawal di Negeri Tirai Bambu. Seperti Australia, beberapa wilayah di China juga menerapkan lockdown. Bahkan lebih ketat karena transportasi umum sama sekali tidak beroperasi di warga benar-benar tidak bisa keluar rumah karena ada aparat keamanan berjaga di mana-mana.
Ini membuat produksi industri manufaktur China anjlok. Pada Januari-Februari 2020, produksi industri China turun 13,5% year-on-year (YoY). Ini adalah penurunan pertama sejak awal 1990.
Barang-barang yang diproduksi di China itu sebagian dipakai di negara-negara lain sebagai bahan baku/penolong maupun barang modal. Jadi begitu produksi industri China lesu, lemaslah seluruh dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular