
Ini Dia Barang yang Diborong Warga Saat Lockdown
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
19 March 2020 16:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Perilaku belanja konsumen akibat pandemi COVID1-9 mengalami pergeseran. Akibat wabah, permintaan terhadap barang-barang kesehatan dan kebutuhan pokok melonjak tinggi.
Nielsen dalam survei ritel rutinnya menunjukkan ada pergeseran perilaku belanja konsumen selama wabah COVID-19 berlangsung. Dalam kajiannya itu, Nielsen mengidentifikasi ada enam tahapan perilaku konsumen dalam merespons merebaknya wabah yang diyakini berasal dari Wuhan ini.
Tahapan perilaku konsumen tersebut lebih lanjut dirinci oleh Nielsen sebagai berikut :
Tahap I. Saat mulai ada laporan infeksi COVID-19 di suatu daerah, maka konsumen merespons dengan adanya peningkatan kesadaran akan kebutuhan berbagai produk kesehatan.
Tahap II. Saat ada transmisi lokal dan ada laporan kematian, konsumen mulai memprioritaskan pembelian produk-produk perlindungan diri seperti masker.
Tahap III. Fase ini dimulai dengan melonjaknya transmisi virus secara lokal dan peningkatan jumlah kasus kematian. Saat fase ini terjadi, konsumen meresponsnya dengan mulai meningkatkan stok bahan makanan dan produk kesehatan. Hal ini menyebabkan peningkatan volume pembelian barang-barang tersebut dan melonjaknya kunjungan ke toko-toko ritel yang menyediakan produk tersebut.
Tahap IV. Fase ini ditandai dengan terus melonjaknya kasus baru infeksi COVID-19 dan adanya tindakan darurat yang dilakukan oleh otoritas wilayah setempat. Saat fase ini terjadi konsumen beralih ke berbelanja online. Stok produk pun mulai menipis.
Tahap V. Kasus semakin meluas dan lockdown dilakukan. Hal ini akan memicu pelarangan keluar rumah dan semakin menipisnya stok, sehingga terjadi lonjakan harga.
Tahap VI. Fase ini merupakan fase di mana otoritas atau pemerintah setempat mulai mencabut pemberlakuan lockdown. Orang-orang akan kembali bekerja, tetapi dengan kewaspadaan yang tinggi.
Tahapan-tahapan di atas banyak dijumpai di berbagai negara yang sudah terjangkit wabah COVID-19. Di Amerika Sendiri, wabah COVID-19 yang sudah menginfeksi lebih dari 7.000 orang membuat penjualan produk-produk kesehatan di berbagai toko melonjak drastis seiring dengan semakin berkembangnya kasus.
Produk kesehatan yang penjualannya melonjak drastis adalah suplai peralatan medis dan alkohol usap yang naik masing-masing sebesar 85,3% yoy dan 65,5% yoy.
Sementara untuk kebutuhan pokok yang distok oleh konsumen yang mengalami lonjakan penjualan paling signifikan hingga akhir Februari lalu adalah produk susu bubuk (+84,4% yoy) dan kacang-kacangan kering (+36,9% yoy).
COVID-19 yang kini sudah menjangkiti lebih dari 150 negara dan menginfeksi lebih dari 218 ribu orang sah menjadi pandemi sejak 11 Maret 2020. Banyak negara-negara yang sudah menetapkan lockdown.
Dengan mengetahui tahapan yang terjadi dan apa yang akan dilakukan oleh konsumen, pebisnis yang bergerak di sektor penyedia produk kesehatan, makanan dan minuman serta pemerintah bisa merencanakan manajemen stok yang lebih baik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Penjualan Ritel RI Tumbuh, Tapi Melambat
Nielsen dalam survei ritel rutinnya menunjukkan ada pergeseran perilaku belanja konsumen selama wabah COVID-19 berlangsung. Dalam kajiannya itu, Nielsen mengidentifikasi ada enam tahapan perilaku konsumen dalam merespons merebaknya wabah yang diyakini berasal dari Wuhan ini.
Tahapan perilaku konsumen tersebut lebih lanjut dirinci oleh Nielsen sebagai berikut :
Tahap II. Saat ada transmisi lokal dan ada laporan kematian, konsumen mulai memprioritaskan pembelian produk-produk perlindungan diri seperti masker.
Tahap III. Fase ini dimulai dengan melonjaknya transmisi virus secara lokal dan peningkatan jumlah kasus kematian. Saat fase ini terjadi, konsumen meresponsnya dengan mulai meningkatkan stok bahan makanan dan produk kesehatan. Hal ini menyebabkan peningkatan volume pembelian barang-barang tersebut dan melonjaknya kunjungan ke toko-toko ritel yang menyediakan produk tersebut.
Tahap IV. Fase ini ditandai dengan terus melonjaknya kasus baru infeksi COVID-19 dan adanya tindakan darurat yang dilakukan oleh otoritas wilayah setempat. Saat fase ini terjadi konsumen beralih ke berbelanja online. Stok produk pun mulai menipis.
Tahap V. Kasus semakin meluas dan lockdown dilakukan. Hal ini akan memicu pelarangan keluar rumah dan semakin menipisnya stok, sehingga terjadi lonjakan harga.
Tahap VI. Fase ini merupakan fase di mana otoritas atau pemerintah setempat mulai mencabut pemberlakuan lockdown. Orang-orang akan kembali bekerja, tetapi dengan kewaspadaan yang tinggi.
Tahapan-tahapan di atas banyak dijumpai di berbagai negara yang sudah terjangkit wabah COVID-19. Di Amerika Sendiri, wabah COVID-19 yang sudah menginfeksi lebih dari 7.000 orang membuat penjualan produk-produk kesehatan di berbagai toko melonjak drastis seiring dengan semakin berkembangnya kasus.
Produk kesehatan yang penjualannya melonjak drastis adalah suplai peralatan medis dan alkohol usap yang naik masing-masing sebesar 85,3% yoy dan 65,5% yoy.
Sementara untuk kebutuhan pokok yang distok oleh konsumen yang mengalami lonjakan penjualan paling signifikan hingga akhir Februari lalu adalah produk susu bubuk (+84,4% yoy) dan kacang-kacangan kering (+36,9% yoy).
COVID-19 yang kini sudah menjangkiti lebih dari 150 negara dan menginfeksi lebih dari 218 ribu orang sah menjadi pandemi sejak 11 Maret 2020. Banyak negara-negara yang sudah menetapkan lockdown.
Dengan mengetahui tahapan yang terjadi dan apa yang akan dilakukan oleh konsumen, pebisnis yang bergerak di sektor penyedia produk kesehatan, makanan dan minuman serta pemerintah bisa merencanakan manajemen stok yang lebih baik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Penjualan Ritel RI Tumbuh, Tapi Melambat
Most Popular