Lawan Corona Tak Mudah, Setidaknya Hal Ini Bisa Selamatkan RI
Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
19 March 2020 12:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonom Senior Chatib Basri menceritakan bagaimana ekonom Warwick McKibbin dan Roshen Fernando dari The Australian National University menulis tentang ekonomi di tengah Covid-19. Buku bertajuk Economics in the Time of Covid-19 itu kemudian, menarik perhatian Chatib Basri yang bisa jadi, kebijakan yang ditawarkan oleh mereka bisa diterapkan di Indonesia.
Chatib mengatakan, McKibbin dan Fernando, melakukan estimasi dampak ekonomi dari covid-19. Perhitungan mereka menunjukkan, di mana wabah bukan lagi terbatas di China, tapi juga sudah berskala global. Serta bersifat sementara, dengan tingkat keparahan (severity) rendah.
Mitigasi yang sudah di jalankan Indonesia saat ini, lanjut Chatib, baik itu oleh Pemerintah dan Bank Indonesia (BI), telah mengeluarkan serangkaian paket stimulus untuk menstabilisasi ekonomi di Indonesia sudah sangat baaik. Namun dia menilai, stimulus itu tidak cukup.
"Ini tidak mudah. Namun, masalahnya situasi berubah begitu cepat. Ini tak cukup, Kita harus melihat stimulus dalam hal relevansi terhadap situasi, urutan, prioritas, dan waktu," kata Chatib.
Pasalnya, saat ini pemerintah sudah memberikan himbauan agar masyarakat melakukan social distancing, yang intinya disarankan untuk menghindari interaksi di keramaian. Hal itu dilakukan guna menghambat penyebaran virus covid-19.
"Langkah pembatasan sosial akan memiliki dampak pada kegiatan ekonomi. Bisa dibayangkan, orang akan menghindari tempat perbelanjaan, aktivitas produksi yang menuntut kontak langsung juga akan terganggu," jelas Chatib.
Implikasinya, permintaan maupun produksi akan mengalami gangguan akibat menurunnya permintaan (demand shock) dan terganggunya pasokan (supply shock). Disrupsinya, kata Chatib bisa saja mengecil asal ada pergantian aktivitas melalui elektronik (online). Sementara, masyarakat Indonesia juga tidak sedikit berasal dari sektor informal.
"Karena sebagian besar dari mereka adalah sektor informal, maka relaksasi pajak penghasilan tak akan berdampak banyak. Atau kalaupun orang memiliki uang dari stimulus, jika ia tak bisa membelanjakannya, karena pembatasan sosial, maka ia tak akan efektif mendorong permintaan," kata Chatib melanjutkan.
Pembatasan sosial, dalam jangka pendek, juga akan berpengaruh kepada produksi. Jika produksi terganggu, maka stimulus fiskal seperti relaksasi pajak impor, percepatan restitusi dan sebagainya tak cukup.
Misalnya saja, lanjut Chatib, dalam paket stimulus pertama, pemerintah memberikan potongan harga untuk penerbangan, hotel, dan sebagainya. Tujuannya agar aktivitas pariwisata bisa berhalan.
"Ini jelas tak efektif saat ini, karena justru orang akan menghindari berpergian. Paket stimulus ini mungkin akan efektif setelah wabah diatasi dulu, dan pembatasan sosial berakhir," kata Chatib dalam sebuah kolom opini di surat harian nasional, yang kemudian ia unggah ke dalam akun twitternya @ChatibBasri pada Kamis, (19/3/2020).
Menurut Chatib, dalam kondisi seperti sekarang ini, maka dalam jangka pendek, lebih baik pemerintah untuk fokus memberikan stimulus fiskal terhadap 6 hal yang utama.
1. Fokus Kepada Kesehatan
Hal pertama yang harus menjadi fokus pemerintah adalah soal kesehatan, Chatib menyarankan agar fiskal didahulukan untuk penanggulangan wabah dan upaya menurunkan penularan covid-19.
Pasalnya, penduduk Indonesia amat besar jumlahnya. Sementara penularan covid-19 bisa begitu cepat. Indonesia harus membuat skenario apa yang bisa terjadi jika wabah ini terjadi dalam skala yang luas, seperti yang terjadi di negara lain.
"Pemerintah harus memastikan bahwa kita memiliki cukup rumah sakit atau tempat untuk merawat pasien korona. Kita juga membutuhkan test kit yang cukup, tenaga medis, baik perawat maupun dokter yang banyak, begitu juga dengan obat-obatan dan prosedur penanganan," jelas Chatib.
"Saat ini biaya perawatan pasien korona ditanggung pemerintah. Ini langkah yang tepat. Namun bila terjadi dalam skala besar, dibutuhkan anggaran yang lebih besar," kata Chatib melanjutkan.
2. Prioritaskan Pada Perkotaan
Chatib menilai, pemerintah juga tidak bisa membiayai semua penduduknya. Maka dari itu, harus ada prioritas, yang lebih baik untuk fokus pada perkotaan.
"Penduduk kota mungkin lebih rentan tertular virus covid-19, karena kepadatan yang tinggi. Selain itu, intensitas interaksi sosial juga lebih tinggi. Kita juga tahu, industri juga berada di perkotaan," jelas Chatib.
Pasalnya, bila stimulus di perkotaan tak cukup besar, maka mereka yang kehilangan pekerjaan, akan pulang ke desa. Lalu ada risiko penduduk kota menularkan virus ke perdesaan lebih jauh.
Kendati demikian, Chatib juga menekankan, bahwa fasilitas kesehatan di desa lebih terbatas dibanding di kota. Mereka juga bisa terdampak. Karena itu, pemerintah perlu memikirkan masak-masak dan membuat perhitungan yang baik mengenai hal ini.
3. Jangan Lupakan Kelompok Kelas Menengah Bawah
Salah satu dampak dari wabah covi-19 ini, kata Chatib adalah masyarakat akan kehilangan pekerjaan. Untuk memitigasi itu, pemerintah perlu untuk memastikan kelompok menengah bawah memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
"Dalam kondisi ketika pembatasan sosial dijalankan, program BLT mungkin akan lebih efektif dibanding PKH. Perluas cakupan rumah tangga sasaran, berikan bukan hanya untuk yang miskin, tapi juga hampir miskin atau menengah bawah," ujarnya.
4. Stock Pangan Terkendali
Yang tak kalah penting, kata Chatib, memastikan bahwa stok makanan terkendali. Kenaikan harga akibat tidak tersedianya stok pangan akan menimbulkan kepanikan dan keresahan sosial. Di sini peran pemerintah menjadi sangat penting. Hal yang sama juga untuk stok obat-obatan.
5. Relaksasi Perbankan Untuk Pengusaha
Adanya wabah ini, sudah pasti dunia usaha akan terpukul. Ada risiko bahwa perusahaan kesulitan membayar kewajibannya. Oleh karena itu, menurut Chatib penting sekali dilakukan langkah untuk relaksasi restrukturisasi kredit.
6. Relokasi Belanja Pemerintah
Penurunan harga minyak, penurunan harga komoditas, perlambatan ekonomi, akan memukul penerimaan pemerintah. Oleh sebab itu, kata dia, dalam situasi seperti sekarang ini, pemerintah harus melakukan relokasi belanja.
"Dari aktivitas yang memiliki urgensi rendah ke belanja kesehatan untuk menanggulangi wabah covid-19 dan perlindungan sosial. Tinjau kembali prioritas. Naikkan defisit anggaran," ujarnya.
(dru) Next Article Wamenkeu: RI itu Kena Imbas dari AS-China-Inggris-Eropa
Chatib mengatakan, McKibbin dan Fernando, melakukan estimasi dampak ekonomi dari covid-19. Perhitungan mereka menunjukkan, di mana wabah bukan lagi terbatas di China, tapi juga sudah berskala global. Serta bersifat sementara, dengan tingkat keparahan (severity) rendah.
Mitigasi yang sudah di jalankan Indonesia saat ini, lanjut Chatib, baik itu oleh Pemerintah dan Bank Indonesia (BI), telah mengeluarkan serangkaian paket stimulus untuk menstabilisasi ekonomi di Indonesia sudah sangat baaik. Namun dia menilai, stimulus itu tidak cukup.
![]() |
Pasalnya, saat ini pemerintah sudah memberikan himbauan agar masyarakat melakukan social distancing, yang intinya disarankan untuk menghindari interaksi di keramaian. Hal itu dilakukan guna menghambat penyebaran virus covid-19.
"Langkah pembatasan sosial akan memiliki dampak pada kegiatan ekonomi. Bisa dibayangkan, orang akan menghindari tempat perbelanjaan, aktivitas produksi yang menuntut kontak langsung juga akan terganggu," jelas Chatib.
Implikasinya, permintaan maupun produksi akan mengalami gangguan akibat menurunnya permintaan (demand shock) dan terganggunya pasokan (supply shock). Disrupsinya, kata Chatib bisa saja mengecil asal ada pergantian aktivitas melalui elektronik (online). Sementara, masyarakat Indonesia juga tidak sedikit berasal dari sektor informal.
"Karena sebagian besar dari mereka adalah sektor informal, maka relaksasi pajak penghasilan tak akan berdampak banyak. Atau kalaupun orang memiliki uang dari stimulus, jika ia tak bisa membelanjakannya, karena pembatasan sosial, maka ia tak akan efektif mendorong permintaan," kata Chatib melanjutkan.
Pembatasan sosial, dalam jangka pendek, juga akan berpengaruh kepada produksi. Jika produksi terganggu, maka stimulus fiskal seperti relaksasi pajak impor, percepatan restitusi dan sebagainya tak cukup.
Misalnya saja, lanjut Chatib, dalam paket stimulus pertama, pemerintah memberikan potongan harga untuk penerbangan, hotel, dan sebagainya. Tujuannya agar aktivitas pariwisata bisa berhalan.
"Ini jelas tak efektif saat ini, karena justru orang akan menghindari berpergian. Paket stimulus ini mungkin akan efektif setelah wabah diatasi dulu, dan pembatasan sosial berakhir," kata Chatib dalam sebuah kolom opini di surat harian nasional, yang kemudian ia unggah ke dalam akun twitternya @ChatibBasri pada Kamis, (19/3/2020).
Menurut Chatib, dalam kondisi seperti sekarang ini, maka dalam jangka pendek, lebih baik pemerintah untuk fokus memberikan stimulus fiskal terhadap 6 hal yang utama.
1. Fokus Kepada Kesehatan
Hal pertama yang harus menjadi fokus pemerintah adalah soal kesehatan, Chatib menyarankan agar fiskal didahulukan untuk penanggulangan wabah dan upaya menurunkan penularan covid-19.
Pasalnya, penduduk Indonesia amat besar jumlahnya. Sementara penularan covid-19 bisa begitu cepat. Indonesia harus membuat skenario apa yang bisa terjadi jika wabah ini terjadi dalam skala yang luas, seperti yang terjadi di negara lain.
"Pemerintah harus memastikan bahwa kita memiliki cukup rumah sakit atau tempat untuk merawat pasien korona. Kita juga membutuhkan test kit yang cukup, tenaga medis, baik perawat maupun dokter yang banyak, begitu juga dengan obat-obatan dan prosedur penanganan," jelas Chatib.
"Saat ini biaya perawatan pasien korona ditanggung pemerintah. Ini langkah yang tepat. Namun bila terjadi dalam skala besar, dibutuhkan anggaran yang lebih besar," kata Chatib melanjutkan.
2. Prioritaskan Pada Perkotaan
Chatib menilai, pemerintah juga tidak bisa membiayai semua penduduknya. Maka dari itu, harus ada prioritas, yang lebih baik untuk fokus pada perkotaan.
"Penduduk kota mungkin lebih rentan tertular virus covid-19, karena kepadatan yang tinggi. Selain itu, intensitas interaksi sosial juga lebih tinggi. Kita juga tahu, industri juga berada di perkotaan," jelas Chatib.
Pasalnya, bila stimulus di perkotaan tak cukup besar, maka mereka yang kehilangan pekerjaan, akan pulang ke desa. Lalu ada risiko penduduk kota menularkan virus ke perdesaan lebih jauh.
Kendati demikian, Chatib juga menekankan, bahwa fasilitas kesehatan di desa lebih terbatas dibanding di kota. Mereka juga bisa terdampak. Karena itu, pemerintah perlu memikirkan masak-masak dan membuat perhitungan yang baik mengenai hal ini.
3. Jangan Lupakan Kelompok Kelas Menengah Bawah
Salah satu dampak dari wabah covi-19 ini, kata Chatib adalah masyarakat akan kehilangan pekerjaan. Untuk memitigasi itu, pemerintah perlu untuk memastikan kelompok menengah bawah memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
"Dalam kondisi ketika pembatasan sosial dijalankan, program BLT mungkin akan lebih efektif dibanding PKH. Perluas cakupan rumah tangga sasaran, berikan bukan hanya untuk yang miskin, tapi juga hampir miskin atau menengah bawah," ujarnya.
4. Stock Pangan Terkendali
Yang tak kalah penting, kata Chatib, memastikan bahwa stok makanan terkendali. Kenaikan harga akibat tidak tersedianya stok pangan akan menimbulkan kepanikan dan keresahan sosial. Di sini peran pemerintah menjadi sangat penting. Hal yang sama juga untuk stok obat-obatan.
5. Relaksasi Perbankan Untuk Pengusaha
Adanya wabah ini, sudah pasti dunia usaha akan terpukul. Ada risiko bahwa perusahaan kesulitan membayar kewajibannya. Oleh karena itu, menurut Chatib penting sekali dilakukan langkah untuk relaksasi restrukturisasi kredit.
6. Relokasi Belanja Pemerintah
Penurunan harga minyak, penurunan harga komoditas, perlambatan ekonomi, akan memukul penerimaan pemerintah. Oleh sebab itu, kata dia, dalam situasi seperti sekarang ini, pemerintah harus melakukan relokasi belanja.
"Dari aktivitas yang memiliki urgensi rendah ke belanja kesehatan untuk menanggulangi wabah covid-19 dan perlindungan sosial. Tinjau kembali prioritas. Naikkan defisit anggaran," ujarnya.
(dru) Next Article Wamenkeu: RI itu Kena Imbas dari AS-China-Inggris-Eropa
Most Popular