Harga Ambles, Akankah Produksi Minyak RI Tembus 1 Juta bph?

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
11 March 2020 09:38
Mimpi pemerintah untuk bisa memproduksi minyak 1 juta barel per hari (bph) ternyata penuh onak duri.
Foto: dok Pertamina Hulu Energi
Jakarta, CNBC Indonesia - Mimpi pemerintah untuk bisa memproduksi minyak 1 juta barel per hari (bph) ternyata penuh onak duri. Ujian datang dari anjloknya harga minyak dunia dalam beberapa hari terakhir.

Mulanya pemerintah cukup yakin target 1 juta barel bisa dikejar lebih cepat dari target semula tahun 2030 menjadi tahun 2025. Hal tersebut disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan target produksi minyak nasional 1 juta barel per hari merupakan pekerjaan rumah besar bagi Pertamina. Tahun ini target produksi minyak nasional adalah sekitar 750.000 bph.

Foto: cnn Indonesia

Untuk Pertamina, dari bahan RKAP 2020, target produksi minyak tahun ini adalah sekitar 387.000 bph, naik dari tahun lalu 371.000 bph. Nicke menyebut butuh belanja modal yang besar untuk dialokasikan ke sektor hulu.

"Kenaikan produksi minyak ini bisa menurunkan angka impor," kata Nicke di Jakarta, Jumat lalu (6/3).


Rencana ini makin berat setelah Arab Saudi menyatakan 'perang' minyak dengan Rusia. Ini terjadi pasca-Russia menolak ajakan OPEC untuk memangkas produksi 1,5 juta barel per hari guna membendung efek corona.

Sebelumnya, anggota aliansi non-OPEC yang dipimpin oleh Rusia diminta berkontribusi terhadap pemangkasan tersebut sebesar 500.000 barel per hari. Namun Rusia menolak usulan tersebut. Secara mengejutkan pada Sabtu, Arab Saudi memilih untuk mendiskon harga minyak mentah ekspornya sebesar 10%.

Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto mengatakan harga minyak yang terjun bebas ini menjadi ujian bagi sektor migas RI, terutama untuk sektor hulu.


"Anjloknya harga minyak dunia yang menekan betul di angka US$ 32 per barel, dari satu sisi keuntungan karena kita impor, di sisi lain ini bisnis hulu migas akan lesu kembali," katanya, Selasa (10/3/2020).

Anjloknya harga minyak dirinya sebut akan membuat eksplorasi tidak menarik bagi investor. Sehingga berdampak signifikan pada penurunan produksi minyak.

"Apalagi upaya-upaya untuk meningkatkan cadangan atau menemukan giant discovery, dipastikan menurun," jelasnya.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melalukan langkah antisipasi terhadap penurunan harga minyak agar target produksi tidak terdampak akibat penurunan harga. SKK Migas melakukan koordinasi dengan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Migas.

"Koordinasi yang dilakukan untuk membahas langkah-langkah agar kegiatan operasi dan pengembangan di lapangan dapat tetap dilaksanakan sesuai Work, Program and Budget (WP&B) 2020," ungkap Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam keterangan tertulisnya, Senin, (9/03/2020).

Lebih lanjut dirinya mengatakan SKK Migas akan memantau kegiatan investasi dan produksi KKKS. Melalui rencana pengembangan lapangan (Plan of Development), rencana program tahunan (WP&B), serta melalui persetujuan Authorization for Expenditure (AFE).

Melalui evaluasi SKK Migas bisa memetakan nilai keekonomian masing-masing lapangan. Dengan data ini, strategi akan disusun agar kegiatan operasi dan pengembangan lapangan tidak terhenti ketika harga minyak turun.

[Gambas:Video CNBC]





(tas/tas) Next Article Pertamina: Jika Elpiji 3 KG Harganya Naik Itu Wajar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular