
Truk 'Obesitas' Teror Perusak Jalan di Indonesia
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
05 March 2020 21:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Keberadaan truk over dimensi dan over (load ODOL) ternyata berdampak pada pemborosan anggaran preservasi atau perawatan jalan. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat, biaya perawatan jalan dalam periode 10 tahun bisa hemat Rp 7,5 miliar per km, jika tak ada truk ODOL.
Demikian dijelaskan Kepala Subdit Teknik Rekonstruksi Direktorat Preservasi Jalan Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR, Nyoman Surayana. Dia bilang, beban yang dipikul kendaraan akan berdampak pada aspal yang dilintasinya.
"Semakin besar beban yang dipikul jalan semakin tebal perkerasan yang dibutuhkan sehingga semakin meningkat pula kebutuhan anggaran untuk penanganan jalan," ujarnya di Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (5/3/20).
Pada beban muatan maksimal yang ditetapkan pemerintah, yakni 8 ton, aspal hotmix yang dibutuhkan sebenarnya hanya berspesifikasi tebal 17,5 cm. Adapun dengan beban 12 ton, dibutuhkan aspal hotmix dengan tebal 22,5 cm. Hal ini membutuhkan tambahan Rp 600 juta per lajur km.
Sedangkan untuk beban muatan 16 Ton, dibutuhkan aspal hotmix setebal 27,5 cm, dengan tambahan anggaran Rp 1,2 miliar per lajur km. Selanjutnya, untuk beban 20 Ton, diperlukan aspal hotmix setebal 33 cm yang berdampak pada pembengkakan Rp 1,9 miliar per lajur km.
Pada simulasi investasi jalan yang diproyeksikan berumur 10 tahun, dia menyebut, dalam kondisi ideal butuh anggaran Rp 31,9 miliar per km. Namun, dengan kondisi adanya truk ODOL, maka terjadi pembengkakan hingga Rp 39,3 miliar per km.
"Penghematan investasi selama umur rencana 10 tahun, jika tidak terjadi overload adalah Rp 7,5 miliar per km," bebernya.
(hoi/hoi) Next Article Para Odol Terus Berkeliaran di Tol, Kok Nggak Kapok?
Demikian dijelaskan Kepala Subdit Teknik Rekonstruksi Direktorat Preservasi Jalan Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR, Nyoman Surayana. Dia bilang, beban yang dipikul kendaraan akan berdampak pada aspal yang dilintasinya.
"Semakin besar beban yang dipikul jalan semakin tebal perkerasan yang dibutuhkan sehingga semakin meningkat pula kebutuhan anggaran untuk penanganan jalan," ujarnya di Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (5/3/20).
Pada beban muatan maksimal yang ditetapkan pemerintah, yakni 8 ton, aspal hotmix yang dibutuhkan sebenarnya hanya berspesifikasi tebal 17,5 cm. Adapun dengan beban 12 ton, dibutuhkan aspal hotmix dengan tebal 22,5 cm. Hal ini membutuhkan tambahan Rp 600 juta per lajur km.
Sedangkan untuk beban muatan 16 Ton, dibutuhkan aspal hotmix setebal 27,5 cm, dengan tambahan anggaran Rp 1,2 miliar per lajur km. Selanjutnya, untuk beban 20 Ton, diperlukan aspal hotmix setebal 33 cm yang berdampak pada pembengkakan Rp 1,9 miliar per lajur km.
Pada simulasi investasi jalan yang diproyeksikan berumur 10 tahun, dia menyebut, dalam kondisi ideal butuh anggaran Rp 31,9 miliar per km. Namun, dengan kondisi adanya truk ODOL, maka terjadi pembengkakan hingga Rp 39,3 miliar per km.
"Penghematan investasi selama umur rencana 10 tahun, jika tidak terjadi overload adalah Rp 7,5 miliar per km," bebernya.
(hoi/hoi) Next Article Para Odol Terus Berkeliaran di Tol, Kok Nggak Kapok?
Most Popular