The Fed Mendadak Potong Bunga Acuan, Lebay Gak Sih?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 March 2020 12:55
The Fed Lebay?
Ketua The Fed Jerome Powell (REUTERS/Erin Scott)
Namun, apakah kebutuhan untuk menurunkan suku bunga acuan sampai 50 bps sudah ada? Apakah tidak berlebihan?

Sebab sejauh ini data-data ekonomi Negeri Paman Sam masih lumayan oke. Misalnya, indeks kondisi bisnis keluaran Institute for Supply Management (ISM) periode Februari tercatat 51,9. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 45,8 dan menyentuh titik tertinggi sejak April tahun lalu.

Kemudian pengeluaran konstruksi (construction spending) pada Januari naik 1,8% secara month-on-month (MoM). Jauh ketimbang pertumbuhan bulan sebelumnya yaitu 0,2% sekaligus menjadi laju pertumbuhan tercepat sejak Februari 2018.

Ada lagi. Indeks sentimen konsumen pada Februari adalah sebesar 101. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 99,8 dan menjadi angka tertinggi sejak Maret 2019.

So, dunia usaha dan konsumen di Negeri Adidaya sejauh ini terlihat baik-baik saja. Ini menimbulkan pertanyaan, apakah stimulus moneter (apalagi begitu agresif) sudah dibutuhkan?

Apalagi Powell sendiri mengakui bahwa penurunan suku bunga acuan sebenarnya bukan 'obat' untuk mengatasi dampak penyebaran virus corona. Penurunan suku bunga acuan juga tidak mampu memperbaiki rantai pasok yang rusak.


"Kami menyadari bahwa penurunan suku bunga acuan tidak akan menurunkan tingkat penularan. Penurunan suku bunga acuan juga tidak akan memperbaiki rantai pasok. Namun kami merasa bahwa ini saatnya untuk bertindak mendukung perekonomian," tegas Powell dalam jumpa pers usai rapat, seperti dikutip dari Reuters.

Ditambah lagi penurunan suku bunga acuan dilakukan begitu mendadak dan langsung 50 bps. Pelaku pasar pun malah khawatir, jangan-jangan situasi lebih parah dari yang terlihat di permukaan?

"Saya rasa ada hal yang membuat investor ketakutan adalah keputusan ini dibuat begitu tiba-tiba dan 50 bps. Mungkin orang-orang berpikir, 'oh, apakah situasi lebih buruk dari yang kami bayangkan?'" kata Alan Lancz, Presiden Alan B Lancz & Associates Inc yang berbasis di Ohio, seperti diberitakan Reuters.

"Saya tidak mengerti logika penurunan suku bunga acuan. Memang membantu menurunkan biaya dan bunga kredit. Namun ini bukan masalah suku bunga, apakah memang kondisinya sedang memungkinkan bagi orang-orang untuk mengakses kredit?" tambah Michael Purves, CEO Tallbacken Capital Advisors yang berbasis di New York, sebagaimana diwartakan Reuters.

Oleh karena itu, sangat wajar jika pelaku pasar punya anggapan bahwa langkah The Fed kali ini agak lebay. Menunjukkan sikap panic at the disco.

Akibatnya, penurunan suku bunga acuan tidak mampu menolong Wall Street. Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup anjlok 2,94%, S&P 500 amblas 2,81%, dan Nasdaq Composite ambrol 2,99%.



(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular