
Kabar Gembira, Manufaktur RI Bangkit!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 March 2020 09:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas manufaktur Indonesia yang lama terkontraksi akhirnya bangkit juga. Ini terlihat dari angka Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur keluaran IHS Markit.
Pada Februari, angka PMI manufaktur Indonesia berada di 51,9. PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di atas 50 berarti industriawan sedang ekspansif.
Sebelumnya, PMI manufaktur Indonesia tujuh bulan beruntun terjebak di zona kontraktif. Baru pada Februari akhirnya PMI berada di atas 50, bahkan langsung menjadi yang terbaik sejak Agustus 2018.
Pencapaian ini berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di China. Akhir pekan lalu, National Bureau of Statistics of China merilis angka PMI manufaktur Negeri Tirai Bambu edisi Februari yang sebesar 35,7. Tidak hanya jauh lebih rendah ketimbang bulan sebelumnya, tetapi juga yang terendah sepanjang sejarah pencatatan PMI.
"Kondisi industri manufaktur Indonesia membaik untuk kali pertama dalam delapan bulan. Korporasi meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan aktivitas pembelian. Namun biaya produksi naik karena gangguan rantai pasok," sebut keterangan tertulis IHS Markit yang dirilis Senin (2/3/2020).
Permintaan, lanjut IHS Markit, menunjukkan perbaikan pada kuartal I-2020 karena dorongan dari dalam negeri. Sementara permintaan ekspor masih lemah.
Dengan peningkatan penjualan, korporasi meningkatkan kapasitas produksi pada Februari. Output meningkat tiga bulan beruntun yang diiringi dengan tambahan penciptaan lapangan kerja.
"Akan tetapi, perlu diwaspadai bahwa ada gangguan di rantai pasok terutama keterbatasan pasokan dari China akibat penyebaran virus corona. Ke depan, perusahaan mungkin akan kesulitan untuk meningkatkan produksi karena kesulitan bahan baku/penolong sebagai input," kata Bernard Aw, Ekonom IHS Markit.
(aji/aji) Next Article Pengusaha Makin Pede, Indonesia Bangkit 2020?
Pada Februari, angka PMI manufaktur Indonesia berada di 51,9. PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di atas 50 berarti industriawan sedang ekspansif.
Sebelumnya, PMI manufaktur Indonesia tujuh bulan beruntun terjebak di zona kontraktif. Baru pada Februari akhirnya PMI berada di atas 50, bahkan langsung menjadi yang terbaik sejak Agustus 2018.
Pencapaian ini berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di China. Akhir pekan lalu, National Bureau of Statistics of China merilis angka PMI manufaktur Negeri Tirai Bambu edisi Februari yang sebesar 35,7. Tidak hanya jauh lebih rendah ketimbang bulan sebelumnya, tetapi juga yang terendah sepanjang sejarah pencatatan PMI.
"Kondisi industri manufaktur Indonesia membaik untuk kali pertama dalam delapan bulan. Korporasi meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan aktivitas pembelian. Namun biaya produksi naik karena gangguan rantai pasok," sebut keterangan tertulis IHS Markit yang dirilis Senin (2/3/2020).
Permintaan, lanjut IHS Markit, menunjukkan perbaikan pada kuartal I-2020 karena dorongan dari dalam negeri. Sementara permintaan ekspor masih lemah.
Dengan peningkatan penjualan, korporasi meningkatkan kapasitas produksi pada Februari. Output meningkat tiga bulan beruntun yang diiringi dengan tambahan penciptaan lapangan kerja.
"Akan tetapi, perlu diwaspadai bahwa ada gangguan di rantai pasok terutama keterbatasan pasokan dari China akibat penyebaran virus corona. Ke depan, perusahaan mungkin akan kesulitan untuk meningkatkan produksi karena kesulitan bahan baku/penolong sebagai input," kata Bernard Aw, Ekonom IHS Markit.
(aji/aji) Next Article Pengusaha Makin Pede, Indonesia Bangkit 2020?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular