Virus Corona Kian Mengganas, Ini Pesan CT Hingga Sri Mulyani

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
01 March 2020 20:20
Mitigasi moneter BI dan penilaian LPS
Foto: CNBC Indonesia Economic Outlook 2020 (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Mitigasi moneter
Bank Indonesia (BI) menyiapkan mitigasi dari sisi moneter di tengah mewabahnya Covid-19. Deputi Gubenur Senior BI Destry Damayanti mengatakan, pada 27 Januari 2020 di saat virus corona mewabah, pasar saham dan keuangan 'jeblok' atau bergerak negatif. Di tambah sektor rill yang juga terkena imbasnya, BI bersama pemerintah melakukan stimulus ekonomi.

Dalam menghalau gejolak moneter, BI melakukan triple intervention di antaranya Domestic Non-Delivery Forward (DNDF), intervesi di pasar spot, sampai ke pasar Surat Berharga Negara (SBN).

Destry menjelaskan selama ini upaya pemerintah melakukan intervensi di DNDF cukup memberikan kepercayaan bagi investor. Tak terkecuali, saat bank sentral melakukan intervensi di pasar spot untuk menstabilkan rupiah.

Selain itu, BI juga melakukan intervensi di pasar spot, namun diklaim Destry intervensi itu tidak dilakukan secara 'jor-joran'.

"Kita masuk di spot market, tapi tidak banyak. Karena kami melihat ada korelasi erat antara inflow dari offshore terhadap spot market. Ketika mereka menjual bonds, sebagian mereka akan beli di spot dan sebagian maintain di rupiah karena menuggu timing," jelas Destry.

Intervensi berikut yang dilakukan BI untuk meredam gejolak nilai tukar rupiah terhadap dollar, BI masuk di dalam pasar SBN. Dengan kata lain, BI juga membeli bonds yang diterbitkan oleh pemerintah. Sebab, kata Destry, hubungan bonds market dengan rupiah sangat dekat sekali.

"Artinya masuk di bonds market, satu sisi ini convert instrumen keuangan kita, dari SBI dengan SBN, kita ingin membantu stabilkan sektor keuangaan rupiah," lanjutnya.

Penilaian LPS
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsyah menyatakan perekonomian Indonesia dalam kacamata LPS berada dalam kondisi stabil.

Ihwal permasalahan yang membelit PT Asuransi Jiwasraya (Persero), Halim mengklaim dampak yang ditimbulkan tidak besar. Ini lantaran porsi Jiwasraya teramat kecil dibanding sektor keuangan secara keseluruhan.

Dari sisi makro-ekonomi, Halim menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam kondisi stabil. Efek perang dagang AS-China memang berpengaruh terhadap perekonomian Tanah Air. Namun demikian, sepanjang tahun lalu, ekonomi RI tumbuh 5,02%.

"Yang menolong kita tidak lain adalah konsumsi masyarakat dan pemerintah. Mengapa ini terjadi? Masyarakat Indonesia jumlahnya besar. Ini jadi aspek mendukung untuk tumbuh 5%," ujar Halim.

Lebih lanjut, eks Deputi Gubernur Bank Indonesia itu menjelaskan sampai saat ini tidak ada masalah di lingkungan perbankan. Terbukti tidak ada nasabah yang mengambil dana secara besar-besaran.

"Semua berkat sektor keuangan yang punya kondisi fundamental yang kuat," ujarnya.
(miq/miq)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular