
2 Tahun di Bulog, Buwas Susah Stabilkan Harga Selain Beras
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
27 February 2020 16:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengaku kelabakan untuk menjaga stabilitas harga pangan khususnya di luar beras. Sejauh ini, praktis hanya komoditas beras saja yang harganya relatif mudah dikendalikan.
Keterbatasan wewenang dalam stabilisasi harga produk pangan selain beras jadi persoalannya. Misalnya terkait impor yang disebut jadi biang kerok sulitnya mengendalikan harga. Di sisi lain, stok sejumlah komoditas mulai menipis yang harus disiram dengan stok Bulog.
"Makanya untuk stabilisasi gula, bawang, dan lain-lain, kecuali beras, Bulog tidak bisa berperan apa-apa," kata pria yang akrab disapa Buwas ini ketika ditemui di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (27/2/20).
Dia menjelaskan bahwa stok yang melimpah hanya ada pada komoditas beras. Komoditas lain sudah mulai terbatas, seperti jagung misalnya.
"Seandainya ada, jagung juga tidak mencukupi. Artinya stoknya sangat kecil, minyak goreng juga tidak terlalu banyak, daging juga sudah habis, tinggal sedikit. Karena kita tidak mendapatkan lagi izin impor," kata pria yang biasa disapa Buwas ini.
Khusus untuk daging, dia menyebut stok di gudang Bulog hanya ada 2.000 ton. Kondisi ini dinilai berdampak pada meningkatnya permainan harga di pasaran. Ia berharap, impor daging yang dilakukan pihak swasta bisa menopang stabilitas harga.
"Jadi ya mungkin di pasaran sudah cukup banyak. Importir-importir bebas itu sudah siap, jadi saya yakin itu akan stabil harganya," urainya.
(hoi/hoi) Next Article RI Mau Impor Beras, Bos Bulog: Belum Tentu Kami Laksanakan!
Keterbatasan wewenang dalam stabilisasi harga produk pangan selain beras jadi persoalannya. Misalnya terkait impor yang disebut jadi biang kerok sulitnya mengendalikan harga. Di sisi lain, stok sejumlah komoditas mulai menipis yang harus disiram dengan stok Bulog.
"Makanya untuk stabilisasi gula, bawang, dan lain-lain, kecuali beras, Bulog tidak bisa berperan apa-apa," kata pria yang akrab disapa Buwas ini ketika ditemui di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (27/2/20).
Dia menjelaskan bahwa stok yang melimpah hanya ada pada komoditas beras. Komoditas lain sudah mulai terbatas, seperti jagung misalnya.
"Seandainya ada, jagung juga tidak mencukupi. Artinya stoknya sangat kecil, minyak goreng juga tidak terlalu banyak, daging juga sudah habis, tinggal sedikit. Karena kita tidak mendapatkan lagi izin impor," kata pria yang biasa disapa Buwas ini.
Khusus untuk daging, dia menyebut stok di gudang Bulog hanya ada 2.000 ton. Kondisi ini dinilai berdampak pada meningkatnya permainan harga di pasaran. Ia berharap, impor daging yang dilakukan pihak swasta bisa menopang stabilitas harga.
"Jadi ya mungkin di pasaran sudah cukup banyak. Importir-importir bebas itu sudah siap, jadi saya yakin itu akan stabil harganya," urainya.
(hoi/hoi) Next Article RI Mau Impor Beras, Bos Bulog: Belum Tentu Kami Laksanakan!
Most Popular