
Virus Corona China Sudah Bikin Kalang Kabut Pabrik di RI
Ferry Sandi, CNBC Indonesia
21 February 2020 13:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Sudah dua bulan wabah corona menjangkiti China dan puluhan negara. Dampaknya ternyata sudah terasa bagi industri penting di Indonesia antara lain tekstil dan produk tekstil (TPT).
Sekjen Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Rizal Tanzil mengatakan belakangan ini wabah corona sudah berdampak pada pasokan bahan baku untuk industri TPT. Selama ini, industri TPT banyak yang bergantung bahan baku dari China.
"Sudah ada kendala, terutama untuk bahan baku seperti zat warna, benang dan kain. Karena pelabuhan masih tutup, shipping masih belum jalan," kata Rizal kepada CNBC Indonesia, Jumat (21/2).
Ia mengakui arus barang saat ini belum normal dari China ke Indonesia. Kondisi ini akan berdampak pada kelangkaan bahan baku untuk industri TPT dari China. Sedangkan pabrik TPT di Indonesia tak mudah berpaling ke pemasok lain karena selain bisnis yang sudah terjalin lama juga soal harga pemasok baru lebih mahal sampai 20%. Potensi pemasok bisa datang dari Korea Selatan atau bahkan dari dalam negeri, tapi lagi-lagi masalahnya adalah harga.
"Kelangkaan dan kalau alternatif selain China harga pasti lebih mahal tapi ini juga peluang bagi produksi dalam negeri untuk mengisi kebutuhan tersebut," katanya.
Rizal mengatakan dari seluruh pelaku usaha TPT, sektor garmen terutama yang sangat berpengaruh, yang bahan bakunya impor dari China.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja pernah mengatakan dampak dari mewabahnya virus corona (Covid-19) belum dapat diinventarisir sepenuhnya. Dia meyakini, perusahaan-perusahaan di Tanah Air mempunyai skema meredam dampak corona dari sisi pasokan bahan baku untuk industri terutama dari China.
Pelaku usaha melakukan buffer stock dalam menghadapi momen paling dekat yakni Lebaran Idul Fitri sehingga diprediksi tidak segera berdampak pada kuartal I-2020.
Hanya saja, ada industri tertentu memang belum langsung terpengaruh, tetapi menjadi perhatian perbankan nasional dengan catatan hingga Maret 2020 wabah ini belum pulih.
"Saya tanyakan ke beberapa pengusaha, kesan utama, bahwa peran (pasokan barang) China ternyata cukup besar, bukan hanya ke Indonesia, tapi ke India, Eropa dan AS," jelas Jahja.
"Yang terjadi banyak pabrik di Eropa relokasi ke China, banyak juga bahan baku bahan dasar mereka, harganya lebih murah. Ini menyebabkan ketergantungan kepada China cukup besar. Pertanyaannya berapa lama virus corona akan dikatakan aman, lalu China bisa normal production," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Sekjen Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Rizal Tanzil mengatakan belakangan ini wabah corona sudah berdampak pada pasokan bahan baku untuk industri TPT. Selama ini, industri TPT banyak yang bergantung bahan baku dari China.
"Sudah ada kendala, terutama untuk bahan baku seperti zat warna, benang dan kain. Karena pelabuhan masih tutup, shipping masih belum jalan," kata Rizal kepada CNBC Indonesia, Jumat (21/2).
"Kelangkaan dan kalau alternatif selain China harga pasti lebih mahal tapi ini juga peluang bagi produksi dalam negeri untuk mengisi kebutuhan tersebut," katanya.
Rizal mengatakan dari seluruh pelaku usaha TPT, sektor garmen terutama yang sangat berpengaruh, yang bahan bakunya impor dari China.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja pernah mengatakan dampak dari mewabahnya virus corona (Covid-19) belum dapat diinventarisir sepenuhnya. Dia meyakini, perusahaan-perusahaan di Tanah Air mempunyai skema meredam dampak corona dari sisi pasokan bahan baku untuk industri terutama dari China.
Pelaku usaha melakukan buffer stock dalam menghadapi momen paling dekat yakni Lebaran Idul Fitri sehingga diprediksi tidak segera berdampak pada kuartal I-2020.
Hanya saja, ada industri tertentu memang belum langsung terpengaruh, tetapi menjadi perhatian perbankan nasional dengan catatan hingga Maret 2020 wabah ini belum pulih.
"Saya tanyakan ke beberapa pengusaha, kesan utama, bahwa peran (pasokan barang) China ternyata cukup besar, bukan hanya ke Indonesia, tapi ke India, Eropa dan AS," jelas Jahja.
"Yang terjadi banyak pabrik di Eropa relokasi ke China, banyak juga bahan baku bahan dasar mereka, harganya lebih murah. Ini menyebabkan ketergantungan kepada China cukup besar. Pertanyaannya berapa lama virus corona akan dikatakan aman, lalu China bisa normal production," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Most Popular