
Shell: Permintaan LNG 2019 Naik 12,5%
Anissatul Umah, CNBC Indonesia
20 February 2020 19:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang 2019 terjadi peningkatan permintaan gas alam cair (LNG) 12,5% menjadi 359 juta ton. Berdasarkan Shell outlook tahunan disebutkan, peningkatan signifikan ini dampak dari peran LNG yang berkembang ke sistem rendah karbon.
Beberapa poin sepanjang 2019 yakni, pasokan tambahan hingga 40 juta ton yang dikonsumsi oleh pasar. Keyakinan pada pertumbuhan permintaan jangka panjang memicu rekor keputusan investasi dalam pencairan kapasitas 71 juta ton.
Kemudian peningkatan keragaman struktur kontrak, memberikan berbagai pilihan yang lebih luas untuk LNG pembeli. Peran gas dalam meningkatkan kualitas udara melalui peralihan tenaga batu bara ke gas. Emisi gas rumah kaca yang dikeluarkan oleh gas alam 45-55% lebih rendah dan kurang dari sepersepuluh polutan udara dari batu bara ketika digunakan untuk menghasilkan listrik.
Integrated Gas and New Energis Director Shell, Maarten Wetselaar, mengatakan pasar LNG terus berkembang sepanjang 2019 dengan meningkatnya gas alam di sektor listrik dan non listrik.
"Rekor investasi pasokan akan memenuhi kebutuhan orang yang semakin fleksibel dan bahan bakar fosil pembakaran terbersih," ungkapnya dikutip, Kamis, (20/02/2020).
Dua hal yang berdampak pada lemahnya pasar saat ini adalah karena musim dingin dan virus corona. Pihaknya berharap keseimbangan segera terjadi kombinasi dari pertumbuhan permintaan dan berkurangnya pasokan onstream pada pertengahan 2020.
Eropa menyerap sebagian besar pasokan pada 2019, karena kompetitifnya harga LNG sehingga terjadi peralihan dari batu bara ke gas. Lalu di sektor listrik menggantikan penurunan produksi gas dan penurunan impor gas pipa.
"Ada sedikit peningkatan impor ke Asia pada 2019, dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya cuaca ringan dan meningkatnya pembangkit listrik dari tenaga nuklir di Jepang dan Korea Selatan, dua dari tiga importir global terbesar," imbuhnya.
Sementara di China impor LNG meningkat 14% pada 2019 dalam upayanya meningkatkan kualitas udara perkotaan. Tak kalah penting juga pertumbuhan permintaan LNG di Asia Tenggara. Secara total, Bangladesh, India, dan Pakistan mengimpor 36 juta ton, meningkat 19% dari tahun lalu, menunjuk ke negara-negara berkembang di Asia.
Prediksi jangka panjang permintaan LNG global akan berlipat ganda menjadi 700 juta ton pada 2040. Hal ini dikarenakan gas berperan penting dalam membentuk energi rendah karbon. "Asia diperkirakan akan tetap menjadi wilayah dominan dalam beberapa dekade mendatang, dengan Selatan dan Tenggara Asia menghasilkan lebih dari setengah permintaan yang meningkat," jelasnya.
(wed/wed) Next Article Permintaan LNG Dunia Diramal Melonjak jadi 700 Juta Ton 2040
Beberapa poin sepanjang 2019 yakni, pasokan tambahan hingga 40 juta ton yang dikonsumsi oleh pasar. Keyakinan pada pertumbuhan permintaan jangka panjang memicu rekor keputusan investasi dalam pencairan kapasitas 71 juta ton.
Kemudian peningkatan keragaman struktur kontrak, memberikan berbagai pilihan yang lebih luas untuk LNG pembeli. Peran gas dalam meningkatkan kualitas udara melalui peralihan tenaga batu bara ke gas. Emisi gas rumah kaca yang dikeluarkan oleh gas alam 45-55% lebih rendah dan kurang dari sepersepuluh polutan udara dari batu bara ketika digunakan untuk menghasilkan listrik.
"Rekor investasi pasokan akan memenuhi kebutuhan orang yang semakin fleksibel dan bahan bakar fosil pembakaran terbersih," ungkapnya dikutip, Kamis, (20/02/2020).
Dua hal yang berdampak pada lemahnya pasar saat ini adalah karena musim dingin dan virus corona. Pihaknya berharap keseimbangan segera terjadi kombinasi dari pertumbuhan permintaan dan berkurangnya pasokan onstream pada pertengahan 2020.
Eropa menyerap sebagian besar pasokan pada 2019, karena kompetitifnya harga LNG sehingga terjadi peralihan dari batu bara ke gas. Lalu di sektor listrik menggantikan penurunan produksi gas dan penurunan impor gas pipa.
"Ada sedikit peningkatan impor ke Asia pada 2019, dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya cuaca ringan dan meningkatnya pembangkit listrik dari tenaga nuklir di Jepang dan Korea Selatan, dua dari tiga importir global terbesar," imbuhnya.
Sementara di China impor LNG meningkat 14% pada 2019 dalam upayanya meningkatkan kualitas udara perkotaan. Tak kalah penting juga pertumbuhan permintaan LNG di Asia Tenggara. Secara total, Bangladesh, India, dan Pakistan mengimpor 36 juta ton, meningkat 19% dari tahun lalu, menunjuk ke negara-negara berkembang di Asia.
Prediksi jangka panjang permintaan LNG global akan berlipat ganda menjadi 700 juta ton pada 2040. Hal ini dikarenakan gas berperan penting dalam membentuk energi rendah karbon. "Asia diperkirakan akan tetap menjadi wilayah dominan dalam beberapa dekade mendatang, dengan Selatan dan Tenggara Asia menghasilkan lebih dari setengah permintaan yang meningkat," jelasnya.
(wed/wed) Next Article Permintaan LNG Dunia Diramal Melonjak jadi 700 Juta Ton 2040
Most Popular