
Titah Menteri ESDM: Produksi Blok Masela Dikebut Jadi 2026
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
20 February 2020 11:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meminta agar target produksi Blok Masela dipercepat menjadi tahun 2026 atau setahun lebih cepat dari target awal 2027. Arifin menegaskan percepatan itu bertujuan untuk memperoleh pendapatan.
"Supaya dapat revenue, kalau bisa 2026 ya 2026, tapi targetnya 2027," ungkapnya dalam acara Nota Kesepahaman Suplai Gas PLN dan Pupuk Indonesia dari Proyek LNG Abadi, Rabu (19/2/2020) malam.
Menurut dia, PLN akan menyerap 2-3 million ton per annum (MTPA). Gas ini bakal digunakan untuk pembangkit karena akan banyak pembangkit PLN yang menggunakan gas.
Lebih lanjut, Arifin mengatakan, selain PLN, Pupuk Indonesia juga akan menyerap dengan besaran 150 juta MMSCFD. Soal harga, Arifin mengatakan akan mengikuti harga pasar. Soal harga gas industri khusus dengan harga US$ 6 per MMBTU, dirinya menyebut akan mengikuti formula.
"Ya nggak boleh (lebih) nanti ikut formula. Harga pupuk berapa, formulanya berapa, supaya ekonomis," jelasnya.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan SKK Migas akan bekerja keras untuk menyelesaikan projek ini sehingga tidak terjadi keterlambatan.
"Pak Menteri (ESDM) bilang harus onstream 2026, saya coba untuk lobby di 2027 tapi saya nggak berhasil," ujarnya.
Untuk mengejar target produksi tahun 2026, Dwi menerangkan Front End Engineering Design (FEED) dan Final Investment Decision (FID) akan berjalan in line agar lebih cepat, yakni pada tahun 2021, di mana FID tadinya dijadwalan tahun 2022.
Dwi menerangkan, untuk FID harus ada 80% dari komitmen pembeli dari produksi. Senada dengan Arifin, Dwi mengatakan gas pipa 150 juta MMSCFD diperuntukan untuk petrokimia dan salah satu yang berminat adalah Pupuk Indonesia. Lalu komitmen LNG 2-3 million ton per annum (MTPA).
"Setahun karena produksinya 9,5 (juta ton) masih ada 6,5 juta ton yang harus dijual ke yang lain. Dengan adanya MoU tadi maka menjad pondasi untuk pembeli yang lain yang di Jepang atau di luar negeri yang lain," terangnya.
Dalam upayanya mencapai 80% dari komitmen yang dikejar adalah end user. Ke depan juga PGN, yang akan dijual ke industri.
"Mungkin Pertagas dan sebagainya, Pertamina sendiri dengan adanya pengembangan kilang dia akan butuh, nah itu juga akan dikejar," terangnya.
Kemudian untuk konstruksi ditargetkan tahun 2022. Namun, Dwi belum bisa memastikan kapan tepatnya. Komitmen pecepatan juga dilakukan dalam pembebasan lahan. Di mana tadinya direncakan dua tahun, melalui kesepakatan dengan gubernur maka ditargetkan selesai dalam satu tahun.
Melaui MoU ini, imbuhnya, yang dibutuhkan adalah komitmen dari pembeli. Peningkatan permintaan menurutnya pasti akan terjadi karena blok yang eksisting akan mengalami decline.
"Nanti kalau udah perjanjian jual beli gas bumi (PJBG) kita bicara price segala macam kalau PJBG kan ada take or pay kemudian volume jelas. Dan ada prosesnya itu, masih ada waktu panjang," tegasnya.
Soal harga gas dirinya juga menyebut akan mengikuti harga pasar. Harga pasar dirinya sebut naik turun, di mana kondisi sekarang memang sedang rendah namun akan selalu fluktuatif. Saat supply besar akan turun juga sebaliknya sehingga kontraknya harus jangka panjang.
Banyaknya blok migas yang onstream menurutnya tidak jadi masalah, karena yang onstream kecil-kecil sehingga belum sesuai dengan decline yang ada. Dirinya menyebut akan banyak yang onstream sampai tahun 2027.
"Inilah kami harapkan mendorong pada saat terget kan 1 juta barel per hari itu gas nya yang sekarang 6.000 MMSCFD jadi 12.000 MMSCFD dan tentu di samping dalam negeri ekspor. Kita perkirakan 50:50 (komposisi ekspor dan domestik)," jelasnya.
INPEX selaku Kontraktor Kontra Kerja Sama (KKKS) menandatangani Nota Kesepahaman dengan PT PLN dan PT Pupuk Indonesia untuk mensuplai kebutuhan gas kedua perusahaan dalam negeri tersebut dari Proyek LNG Abadi, Wilayah Kerja Masela.
Melalui nota kesepahaman nantinya akan dibahas supply LNG ke pembangkit listrik tenaga gas yang dioperasikan oleh PLN dan gas alam sebesar 150 juta standard kaki kubik per hari (mmscfd) untuk kilang co-production yang akan dibangun Pupuk Indonesia.
"Nota kesepahaman ini merupakan satu tahap pencapaian dari pengembangan Proyek LNG Abadi Masela. Penyerapan gas oleh Pupuk Indonesia dan PLN menunjukkan komitmen pemerintah dan industri hulu migas untuk memprioritaskan permintaan gas dari dalam negeri," kata Dwi.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Bawa-bawa Jokowi-Luhut, Tanimbar Ngotot PI 6% di Blok Masela!
"Supaya dapat revenue, kalau bisa 2026 ya 2026, tapi targetnya 2027," ungkapnya dalam acara Nota Kesepahaman Suplai Gas PLN dan Pupuk Indonesia dari Proyek LNG Abadi, Rabu (19/2/2020) malam.
Menurut dia, PLN akan menyerap 2-3 million ton per annum (MTPA). Gas ini bakal digunakan untuk pembangkit karena akan banyak pembangkit PLN yang menggunakan gas.
"Ya nggak boleh (lebih) nanti ikut formula. Harga pupuk berapa, formulanya berapa, supaya ekonomis," jelasnya.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan SKK Migas akan bekerja keras untuk menyelesaikan projek ini sehingga tidak terjadi keterlambatan.
"Pak Menteri (ESDM) bilang harus onstream 2026, saya coba untuk lobby di 2027 tapi saya nggak berhasil," ujarnya.
Untuk mengejar target produksi tahun 2026, Dwi menerangkan Front End Engineering Design (FEED) dan Final Investment Decision (FID) akan berjalan in line agar lebih cepat, yakni pada tahun 2021, di mana FID tadinya dijadwalan tahun 2022.
Dwi menerangkan, untuk FID harus ada 80% dari komitmen pembeli dari produksi. Senada dengan Arifin, Dwi mengatakan gas pipa 150 juta MMSCFD diperuntukan untuk petrokimia dan salah satu yang berminat adalah Pupuk Indonesia. Lalu komitmen LNG 2-3 million ton per annum (MTPA).
"Setahun karena produksinya 9,5 (juta ton) masih ada 6,5 juta ton yang harus dijual ke yang lain. Dengan adanya MoU tadi maka menjad pondasi untuk pembeli yang lain yang di Jepang atau di luar negeri yang lain," terangnya.
Dalam upayanya mencapai 80% dari komitmen yang dikejar adalah end user. Ke depan juga PGN, yang akan dijual ke industri.
"Mungkin Pertagas dan sebagainya, Pertamina sendiri dengan adanya pengembangan kilang dia akan butuh, nah itu juga akan dikejar," terangnya.
Kemudian untuk konstruksi ditargetkan tahun 2022. Namun, Dwi belum bisa memastikan kapan tepatnya. Komitmen pecepatan juga dilakukan dalam pembebasan lahan. Di mana tadinya direncakan dua tahun, melalui kesepakatan dengan gubernur maka ditargetkan selesai dalam satu tahun.
Melaui MoU ini, imbuhnya, yang dibutuhkan adalah komitmen dari pembeli. Peningkatan permintaan menurutnya pasti akan terjadi karena blok yang eksisting akan mengalami decline.
"Nanti kalau udah perjanjian jual beli gas bumi (PJBG) kita bicara price segala macam kalau PJBG kan ada take or pay kemudian volume jelas. Dan ada prosesnya itu, masih ada waktu panjang," tegasnya.
Soal harga gas dirinya juga menyebut akan mengikuti harga pasar. Harga pasar dirinya sebut naik turun, di mana kondisi sekarang memang sedang rendah namun akan selalu fluktuatif. Saat supply besar akan turun juga sebaliknya sehingga kontraknya harus jangka panjang.
Banyaknya blok migas yang onstream menurutnya tidak jadi masalah, karena yang onstream kecil-kecil sehingga belum sesuai dengan decline yang ada. Dirinya menyebut akan banyak yang onstream sampai tahun 2027.
"Inilah kami harapkan mendorong pada saat terget kan 1 juta barel per hari itu gas nya yang sekarang 6.000 MMSCFD jadi 12.000 MMSCFD dan tentu di samping dalam negeri ekspor. Kita perkirakan 50:50 (komposisi ekspor dan domestik)," jelasnya.
INPEX selaku Kontraktor Kontra Kerja Sama (KKKS) menandatangani Nota Kesepahaman dengan PT PLN dan PT Pupuk Indonesia untuk mensuplai kebutuhan gas kedua perusahaan dalam negeri tersebut dari Proyek LNG Abadi, Wilayah Kerja Masela.
Melalui nota kesepahaman nantinya akan dibahas supply LNG ke pembangkit listrik tenaga gas yang dioperasikan oleh PLN dan gas alam sebesar 150 juta standard kaki kubik per hari (mmscfd) untuk kilang co-production yang akan dibangun Pupuk Indonesia.
"Nota kesepahaman ini merupakan satu tahap pencapaian dari pengembangan Proyek LNG Abadi Masela. Penyerapan gas oleh Pupuk Indonesia dan PLN menunjukkan komitmen pemerintah dan industri hulu migas untuk memprioritaskan permintaan gas dari dalam negeri," kata Dwi.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Bawa-bawa Jokowi-Luhut, Tanimbar Ngotot PI 6% di Blok Masela!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular