
Internasional
Pesawat Ditembak di Yaman, Saudi Pasang Alarm Perang?
Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
19 February 2020 14:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Klaim gerilyawan Houthi diĀ Yaman atas penembakan pesawat militer Arab Saudi, memperkeruh situasi di jazirah Arab. Ini membuat negeri kerajaaan itu menghidupkan alarm pertempuran, di tengah upaya dunia meredam konflik yang sudah lima tahun terjadi itu.
Pemberontak Houthi yang berpusat di Iran mengatakan mereka menjatuhkan pesawat Tornado milik Riyadh, 14 Februari lalu. Hingga kini, nasib kedua awak Saudi yang dikeluarkan dari pesawat masih belum diketahui.
Pasalnya, jika klaim tersebut benar adanya, Saudi berarti harus hati-hati pada kekuatan militer yang kini dimiliki milisi tersebut. Termasuk rudal yang bisa menghancurkan pesawat canggih negeri itu.
Apalagi, dari laporan PBB, diketahui bahwa senjata milik Houthi disupport oleh Iran. Sebuah laporan PBB pada mengatakan milisi tersebut memperoleh senjata baru tahun lalu dengan karakteristik teknis mirip dengan senjata yang diproduksi di Republik Islam Iran.
Laporan yang disusun oleh panel ahli PBB tidak mengatakan apakah senjata itu dikirim langsung oleh pemerintah Iran. Walau Teheran terus membantah tudingan mempersenjatai kelompok pemberontak itu.
Hal ini diutarakan seorang analis kebijakan RAND Corporation Becca Wasser sebagaimana dilansir dari AFP. Houthi, katanya, kini dilengkapi senjata rudal canggih yang mampu menekuk Saudi.
"Mereka (koalisi Saudi) perlu membuat rencana lain melihat Houthi memiliki kemampuan untuk menembak lebih banyak pesawat," katanya dilansir dari media Prancis itu, Rabu (19/2/2020).
Tahun lalu, Houthi mengklaim telah menumbangkan pesawat tak berawak Amerika Serikat (AS) dengan rudal buatannya. Pada saat itu, militer AS mengatakan sedang menyelidiki laporan insiden yang terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Washington dan Iran.
Sementara itu, analis lainnya dari Institut Timur Tengah, Fathima Abo Al Asrar, mengatakan bantuan Iran di Yaman kemungkinan meningkatkan kesiapsiagaan Houthi dalam memerangi aktivitas Saudi.
"Mereka tidak memiliki kapasitas ini lima tahun lalu," kata Fathima.
Akibat serangan 15 Februari itu, Saudi menyerang balik markas Houthi di Yaman. PBB mengatakan 31 warga sipil tewas dan 12 lainnya cedera.
Sebelumnya, kelompok Houthi sempat menyerang lapangan minyak milik BUMN Saudi, yakni Aramco. Kejadian tersebut terjadi 15 September lalu dan menekan produksi minyak negara itu.
(sef/sef) Next Article Inggris & Prancis Kutuk Serangan 8 Drone Houthi ke Arab Saudi
Pemberontak Houthi yang berpusat di Iran mengatakan mereka menjatuhkan pesawat Tornado milik Riyadh, 14 Februari lalu. Hingga kini, nasib kedua awak Saudi yang dikeluarkan dari pesawat masih belum diketahui.
Apalagi, dari laporan PBB, diketahui bahwa senjata milik Houthi disupport oleh Iran. Sebuah laporan PBB pada mengatakan milisi tersebut memperoleh senjata baru tahun lalu dengan karakteristik teknis mirip dengan senjata yang diproduksi di Republik Islam Iran.
Laporan yang disusun oleh panel ahli PBB tidak mengatakan apakah senjata itu dikirim langsung oleh pemerintah Iran. Walau Teheran terus membantah tudingan mempersenjatai kelompok pemberontak itu.
Hal ini diutarakan seorang analis kebijakan RAND Corporation Becca Wasser sebagaimana dilansir dari AFP. Houthi, katanya, kini dilengkapi senjata rudal canggih yang mampu menekuk Saudi.
"Mereka (koalisi Saudi) perlu membuat rencana lain melihat Houthi memiliki kemampuan untuk menembak lebih banyak pesawat," katanya dilansir dari media Prancis itu, Rabu (19/2/2020).
Tahun lalu, Houthi mengklaim telah menumbangkan pesawat tak berawak Amerika Serikat (AS) dengan rudal buatannya. Pada saat itu, militer AS mengatakan sedang menyelidiki laporan insiden yang terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Washington dan Iran.
Sementara itu, analis lainnya dari Institut Timur Tengah, Fathima Abo Al Asrar, mengatakan bantuan Iran di Yaman kemungkinan meningkatkan kesiapsiagaan Houthi dalam memerangi aktivitas Saudi.
"Mereka tidak memiliki kapasitas ini lima tahun lalu," kata Fathima.
Akibat serangan 15 Februari itu, Saudi menyerang balik markas Houthi di Yaman. PBB mengatakan 31 warga sipil tewas dan 12 lainnya cedera.
Sebelumnya, kelompok Houthi sempat menyerang lapangan minyak milik BUMN Saudi, yakni Aramco. Kejadian tersebut terjadi 15 September lalu dan menekan produksi minyak negara itu.
(sef/sef) Next Article Inggris & Prancis Kutuk Serangan 8 Drone Houthi ke Arab Saudi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular