Tempat Wisata Jorok, Ada Tak Ada Corona Wisata RI Bermasalah

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
19 February 2020 15:53
Tempat Wisata Jorok, Ada Tak Ada Corona Wisata RI Bermasalah
Foto: Presiden Tinjau Kesiapan Wisata Bahari di Labuan Bajo. (Dok: Biro Pers)
Jakarta, CNBC Indonesia - Epidemi wabah virus corona yang terjadi di China awal tahun ini membuat perjalanan dari dan ke China menjadi terganggu karena pemerintah sengaja menutup sementara penerbangan. Sektor yang paling kena dampaknya adalah perjalanan dan pariwisata.

Awal tahun 2020 dunia dihebohkan dengan merebaknya kasus virus corona jenis baru yang diberi nama COVID-19. Sudah hampir dua bulan terjadi virus corona belum menunjukkan tanda-tanda dapat 'dijinakkan'.

Jumlah pasien yang terinfeksi virus corona terus bertambah. Menurut data terbaru John Hopkins University CSSE, sampai dengan hari ini Rabu (19/2/2020) sudah ada 75.199 kasus positif terinfeksi corona.

Kasus paling banyak dilaporkan di China. Sebanyak 74.186 orang di China dinyatakan positif terinfeksi virus corona. Sebanyak 1.013 kasus sisanya dilaporkan di 28 negara lainnya termasuk di kapal pesiar Diamond Princess sebanyak 542 kasus.

Jumlah korban meninggal mencapai 2.012 orang. Sebanyak 2.007 kasus pasien meninggal dilaporkan di China dan lima lainnya dilaporkan di Hong Kong, Perancis, Jepang, Filipina, dan Taiwan.

Walau virus tersebut sudah menyebar ke berbagai negara, Indonesia belum melaporkan satu kasus pun orang yang terinfeksi virus corona sampai detik ini. Semoga benar-benar tidak ada dan tak terjadi di Indonesia.

Indonesia memang boleh jadi belum terkena virus corona kalau ditinjau dari kesehatan. Namun dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh virus ini pasti akan dirasakan RI terutama di sektor perjalanan dan pariwisata.

Akibat merebaknya virus ini penerbangan dari dan ke China banyak yang dibatalkan. Konsekuensinya kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia terutama yang berasal dari China akan lebih rendah. Apalagi jumlah wisatawan mancanegara asal China terbilang cukup banyak.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Desember 2019, jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia mencapai 1,38 juta. Sebanyak 154,2 ribu kunjungan atau 11,2% berasal dari China.

Di awal tahun kunjungan turis mancanegara biasanya masih relatif sepi, ditambah dengan isu virus corona kunjungan wisatawan asing ke Indonesia bisa semakin tertekan.



Namun sebenarnya tak ada isu virus corona pun kunjungan wisatawan asing ke Indonesia tak pernah mencapai target sejak tahun 2016. Pada 2019 saja saat pemerintah menargetkan kunjungan wisatawan asing ke RI sebanyak 18 juta kunjungan, kenyataannya hanya 16,1 juta kunjungan saja. Padahal target itu sudah direvisi turun dari sebelumnya 20 juta kunjungan.



Sebenarnya Indonesia merupakan salah satu negara destinasi wisata yang paling menarik di dunia mengingat kekayaan alam dan bentang alam yang mendukung. Tak hanya itu Indonesia juga dikaruniai keberagaman suku, kultur dan etnis yang menunjang sektor pariwisata.

Namun terdapat beberapa faktor yang membuat sektor pariwisata tanah air masih kalah saing dengan sektor pariwisata tetangga sebelah. Menurut kajian World Economic Forum (WEF) 2019, peringkat daya saing sektor perjalanan dan pariwisata Indonesia ada di ranking 40 secara global dan ke-4 secara regional (Asia Tenggara).



Indonesia masih tertinggal dari Singapura, Malaysia, dan Thailand dari segi daya saing sektor pariwisata. Menurut studi yang dilakukan lembaga riset global EMIS, pada 2017 kontribusi langsung sektor pariwisata RI terhadap PDB masih sebesar 1,9%.

Sementara kalau dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand kontribusi langsung sektor pariwisata kedua negara terhadap PDB masing-masing mencapai 4,8% dan 9,4%.

Jika mengacu pada laporan yang dipublikasikan WEF terkait daya saing sektor pariwisata maka ada enam indikator yang menunjang sektor pariwisata RI yang skornya masih di bawah rata-rata skor ASEAN.

Keenam indikator tersebut adalah lingkungan bisnis, sistem kesehatan dan aspek kebersihan, kesiapan teknologi serta infrastruktur untuk pariwisata. Artinya untuk aspek-aspek tersebut Indonesia harus terus berbenah jika ingin target kunjungan wisatawan mancanegara mencapai target.



Mari ambil contoh dua aspek yang Indonesia masih tertinggal jauh yaitu sistem kesehatan dan kebersihan serta infrastruktur untuk jasa pariwisata. Terkait aspek kesehatan dan kebersihan Indonesia harus terus memperbaiki sistem kesehatan yang ada mulai dari akses terhadap air bersih, sanitasi hingga pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Pasalnya jika aspek kesehatan dan kebersihan kurang diperhatikan maka kenyamanan turis saat bepergian jadi berkurang. Apalagi jika ada kasus turis asing yang sakit dan tidak segera ditangani dengan baik maka menjadi poin yang minus di mata turis.

Aspek lain yang kurang menurut kajian WEF adalah infrastruktur pariwisata seperti akomodasi dan layanan lain yang menunjang seperti jumlah kamar hotel, layanan rental kendaraan hingga ketersediaan ATM.

Selain dua faktor di atas, Indonesia juga perlu gencar promosi destinasi pariwisata di luar Jawa dan Bali, mengingat wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia masih terkonsentrasi di Jawa dan Bali, walau sudah ada kenaikan di lokasi lain.

Sayang kalau hal-hal tersebut tidak mendapat prioritas. Pasalnya destinasi pariwisata RI yang bisa ditawarkan banyak dan walau harga tiket pesawat sempat naik pada 2019, dari segi harga untuk berwisata di Indonesia termasuk yang bersaing jika dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya.




TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular