Internasional

AS Tak Percaya Data Corona China, Ini Alasannya!

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
17 February 2020 16:44
Wabah SARS
Foto: Topik/Virus Corona/Arie Pratama
Skeptisisme atas penanganan China terhadap krisis kesehatan masyarakat dimulai pada tahun 2003, menurut Yanzhong Huang, seorang peneliti kesehatan masyarakat di Dewan Hubungan Luar Negeri dan direktur Pusat Studi Kesehatan Global di Seton Hall University.

Pada saat itu, pemerintah China dituduh berusaha menutupi penyebaran Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) tersebut. Penyakit yang dengan cepat menyebar ke banyak negara itu menjangkiti setidaknya 8.098 orang dan menewaskan sekitar 800 selama sembilan bulan mewabah. Sama seperti COVID-19, SARS yang juga berasal dari China sebelumnya juga dinyatakan sebagai ancaman kesehatan global.

Pada saat itu, SARS diperkirakan telah muncul pada bulan November 2002. Otoritas kesehatan China diberitahu tentang penyakit pernapasan misterius itu pada pertengahan Desember. Namun, pejabat kesehatan baru melaporkan kasus ke publik pada 11 Februari 2003 saat sudah ada lebih dari 300 kasus SARS di provinsi Guangdong, tempat wabah muncul.

Pada saat itu, para pejabat juga mengakui bahwa tidak ada obat yang efektif untuk mengobati wabah dan mengatakan bahwa wabah itu hanya bersifat sementara, kata Huang. Lambatnya penyebaran informasi ini membuat banyak pihak menjadi meragukan China.

"Tentu saja ada kesamaan dengan respons SARS dan virus baru," kata Huang. Meski kemudian mengakui bahwa tanggapan China kali ini jauh lebih baik.

(sef/sef)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular