
Pak Jokowi! Pantas Ekonomi RI Lesu, Sektor 'Seksi' Lesu Darah
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
12 February 2020 09:35

Terakhir adalah sektor pertambangan yang tumbuhnya melambat signifikan. Sektor pertambangan RI mengalami perlambatan hingga hampir 1 persen poin.
Indonesia merupakan salah satu negara produsen batu bara global. Tahun lalu produksi batu bara RI mencapai 610 juta ton atau 8,7% dari total produksi batu bara global. Namun tahun 2019 bukanlah tahun untuk batu bara. Harga batu bara memang anjlok dalam hingga 30% lebih di sepanjang tahun.
Indonesia memang merupakan negara yang perekonomiannya riskan terkena gejolak harga komoditas. Jadi ketika harga batu bara mengalami penurunan, wajar saja kalau dampaknya dirasakan oleh perekonomian RI.
Tahun 2019 memang diwarnai dengan gejolak global yang tak dapat dihindari. Namun bukan berarti Indonesia berhenti ikhtiar untuk menyelamatkan diri. Bukanlah hal yang bijak jika terus mengkambinghitamkan situasi global.
Indonesia masih punya dua amunisi yaitu bauran kebijakan fiskal dan moneter. Dari kebijakan moneter bank sentral telah melonggarkan kebijakan monternya dengan memangkas suku bunga sampai 4 kali sebanyak 100 basis poin (bps). Tak hanya itu BI juga menurunkan Giro Wajib Minumum (GWM) sebesar 50 bps tahun lalu.
Kini beralih ke kebijakan fiskal. Seharusnya ditengah gejolak eksternal yang terjadi seperti tahun lalu, belanja pemerintah haruslah menjadi amunisi yang bisa merangsang gairah perekonomian. Namun kenyataannya kembali jauh panggang dari api.
Pada kuartal IV-2019, konsumsi pemerintah hanya tumbuh 0,48% YoY. Melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 0,98% YoY dan menjadi catatan terendah sejak kuartal II-2017.
"Realisasi belanja barang dan jasa turun dibandingkan triwulan IV-2018 sedangkan realisasi belanja bantuan sosial naik dibandingkan triwulan IV-2018.
Penurunan realisasi belanja barang dan jasa terutama pada belanja barang (operasional dan non-operasional) dan belanja jasa. Pertumbuhan realisasi belanja bantuan sosial terutama didorong oleh pertumbuhan belanja jaminan sosial dan pemberdayaan sosial," sebut laporan BPS.
Biasanya kuartal IV menjadi puncak konsumsi pemerintah, karena sudah menjadi fenomena menahun bahwa belanja negara baru dikebut jelang akhir tahun. Namun tahun lalu belanja pemerintah malah mencatatkan pertumbuhan terendah pada kuartal IV. (twg/twg)
Indonesia merupakan salah satu negara produsen batu bara global. Tahun lalu produksi batu bara RI mencapai 610 juta ton atau 8,7% dari total produksi batu bara global. Namun tahun 2019 bukanlah tahun untuk batu bara. Harga batu bara memang anjlok dalam hingga 30% lebih di sepanjang tahun.
Tahun 2019 memang diwarnai dengan gejolak global yang tak dapat dihindari. Namun bukan berarti Indonesia berhenti ikhtiar untuk menyelamatkan diri. Bukanlah hal yang bijak jika terus mengkambinghitamkan situasi global.
Indonesia masih punya dua amunisi yaitu bauran kebijakan fiskal dan moneter. Dari kebijakan moneter bank sentral telah melonggarkan kebijakan monternya dengan memangkas suku bunga sampai 4 kali sebanyak 100 basis poin (bps). Tak hanya itu BI juga menurunkan Giro Wajib Minumum (GWM) sebesar 50 bps tahun lalu.
Kini beralih ke kebijakan fiskal. Seharusnya ditengah gejolak eksternal yang terjadi seperti tahun lalu, belanja pemerintah haruslah menjadi amunisi yang bisa merangsang gairah perekonomian. Namun kenyataannya kembali jauh panggang dari api.
Pada kuartal IV-2019, konsumsi pemerintah hanya tumbuh 0,48% YoY. Melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 0,98% YoY dan menjadi catatan terendah sejak kuartal II-2017.
"Realisasi belanja barang dan jasa turun dibandingkan triwulan IV-2018 sedangkan realisasi belanja bantuan sosial naik dibandingkan triwulan IV-2018.
Penurunan realisasi belanja barang dan jasa terutama pada belanja barang (operasional dan non-operasional) dan belanja jasa. Pertumbuhan realisasi belanja bantuan sosial terutama didorong oleh pertumbuhan belanja jaminan sosial dan pemberdayaan sosial," sebut laporan BPS.
Biasanya kuartal IV menjadi puncak konsumsi pemerintah, karena sudah menjadi fenomena menahun bahwa belanja negara baru dikebut jelang akhir tahun. Namun tahun lalu belanja pemerintah malah mencatatkan pertumbuhan terendah pada kuartal IV. (twg/twg)
Pages
Most Popular