Pak Jokowi! Pantas Ekonomi RI Lesu, Sektor 'Seksi' Lesu Darah

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
12 February 2020 09:35
Sektor Perdagangan, Pertanian dan Konstruksi 'Kurang Darah'
Foto: Pekerja menyelesaikan pembangunan Tol Cinere - Serpong di Kawasan Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Kamis (5/11/2019). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
"Perlambatan manufaktur Indonesia masih berlanjut pada awal tahun. Permintaan yang lemah membuat penjualan menurun, kemudian menyebabkan kapasitas produksi menjadi tidak optimal.

Akibatnya, dunia usaha terbebani untuk merekrut karyawan baru. Penurunan penjualan membuat dunia usaha menahan pembelian bahan baku dan menumpuk stok.

Dunia usaha terpaksa menggunakan pemesanan sebelumnya untuk mempertahankan produksi," jelas Bernard Aw, Principal Economist IHS Markit, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

Selain sektor industri, sektor yang kontribusinya terhadap PDB besar yaitu perdagangan juga mengalami perlambatan pertumbuhan. Pada 2018, sektor ini mampu tumbuh 4,97% (yoy), tetapi tahun lalu sektor ini cuma mampu tumbuh 4,62% (yoy).

Ada salah satu indikator yang dapat mencerminkan perlambatan pertumbuhan sektor ini yaitu penjualan ritel. Menurut data Survei Konsumen Bank Indonesia, penjualan ritel tanah air anjlok dan mengalami kontraksi pada Juni tahun 2019.



Setalah itu penjualan ritel kembali tumbuh. Namun pertumbuhannya minimalis kurang dari 4%. Bahkan momen libur natal dan tahun baru yang biasanya mendongkrak penjualan ritel malah mengalami kontraksi 0,5%.

Beralih ke sektor pertanian. Sektor primer yang menyerap lebih dari 30 juta tenaga kerja ini juga bisa dibilang tak menggairahkan. Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, pertumbuhan sektor ini terus menerus tumbuh di bawah angka pertumbuhan sektor ekonomi secara umum.



Kalau dicermati menggunakan salah satu indikator saja, misal luas lahan panen padi dan produksi gabah kering. Pada tahun 2019 luas lahan panen mengalami penurunan sebesar 6,15% (yoy) sementara produksi gabah kering juga turun 7,76% (yoy).



Pembangunan infrastruktur yang masif dalam lima tahun terakhir ternyata tak mampu menghantarkan sektor konstruksi menjadi ‘nendang’. Hal ini terlihat dari alokasi anggaran untuk infrastruktur yang terus naik, tetapi melambat.



Angaran untuk infrastruktur pada 2019 mencapai Rp 399,7 triliun, naik 1,45 dibanding tahun 2018. Namun kenaikan itu jauh lebih lambat dari kenaikan pada tahun-tahun sebelumnya. Jadi wajar saja sektor konstruksi juga tak banyak tumbuh. (twg/twg)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular