100 Hari Pertama

Jokowi Perlu Marah Lagi? Ekonomi Loyo, Belum Ada Gebrakan!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 February 2020 09:32
Belanja Pemerintah Seret
Ilustrasi Aktivitas di Pelabuhan (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Sayang sekali, minimnya gebrakan pada 100 hari pemerintahan Jokowi berbuah fatal. Pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2019 jadi di bawah 5%, tepatnya 4,97%. Ini adalah laju terendah dalam tiga tahun terakhir.

 


Ekspor dan investasi memang melambat, dan penyebabnya adalah faktor eksternal yaitu dampak perang dagang terutama antara Amerika Serikat (AS) dan China. Namun mungkin pertumbuhan ekonomi bisa dijaga di atas 5% andai konsumsi pemerintah mendukung.

Sayangnya tidak demikian. Pada kuartal IV-2019, konsumsi pemerintah tumbuh seadanya di 0,48%. Ini adalah yang terendah sejak kuartal II-2017.



"Realisasi belanja barang dan jasa turun dibandingkan triwulan IV-2018 sedangkan realisasi belanja bantuan sosial naik dibandingkan triwulan IV-2018. Penurunan realisasi belanja barang dan jasa terutama pada belanja barang (operasional dan non-operasional) dan belanja jasa," sebut laporan Badan Pusat Statistik (BPS).

Padahal biasanya kuartal IV adalah puncak konsumsi pemerintah. Maklum, penyerapan APBN masih mengikuti pola lama yaitu baru kencang jelang akhir tahun. Daripada anggaran hangus, lebih baik dikebut sebelum tahun anggaran baru.

Lagi-lagi sayang. Kalau pertumbuhan konsumsi pemerintah bisa 1% saja, maka mungkin pertumbuhan ekonomi Oktober-Desember 2019 tidak akan di bawah 5%.


Positifnya, pemerintahan Jokowi ternyata masih istiqamah dalam merealisasikan belanja modal, sesuatu yang menjadi ciri khas sejak 2014. Pada kuartal IV-2019, belanja modal pemerintah tumbuh 4,27% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Ini membuat komponen investasi bangunan dalam Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 5,53%. Lebih baik ketimbang kuartal sebelumnya yaitu 5,03% dan kuartal IV-2018 yang sebesar 5,02%.

"Pembangunan infrastruktur berlangsung di beberapa daerah, baik pembangunan baru maupun lanjutan pembangunan periode sebelumnya," tulis laporan BPS.

Namun belanja pemerintah yang bersifat rutin malah kedodoran. Apabila bisa tumbuh seperti belanja modal, maka lajunya tidak akan cuma 0,48% dan pertumbuhan ekonomi terjaga di kisaran 5%.

Nasi sudah menjadi bubur, yang lalu biarlah berlalu. Sekarang mari menatap masa depan.

Setelah melalui 100 hari yang so-so saja, rakyat menantikan gebrakan pemerintahan Jokowi-Ma'ruf. Jangan ada lagi pertumbuhan ekonomi di bawah 5% gara-gara konsumsi pemerintah yang seret.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/dru)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular