
Konversi 52 Pembangkit ke Gas, PLN Bisa Hemat Rp 1,92 T
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
10 February 2020 17:37

Jakarta, CNBC Indonesia - PT PLN (Persero) akan mengkonversi 52 pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM) ke gas. Direktur Utama PT PGN Tbk (PGAS) Gigih Prakoso mengatakan PLN bisa berhemat Rp 1,92 triliun per tahun.
"Dengan adanya penugasan ini, maka PLN bisa hemat Rp 1,92 triliun per tahun. Targetnya rampung dua tahun," ungkapnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi VII, Senin, (10/02/2020).
Lebih lanjut dirinya mengatakan, terkait penugasan penyediaan pasokan dan pembangunan infrastruktur LNG untuk 52 titik pembangkit listrik PLN terbagi dalam empat tahap proyek. Di antaranya tahap proyek quick win berlokasi di Tanjung Selor dengan indikatif volume gas (regas) 0,66 bbtud menggunakan ISO Tank.
Kemudian, tahap 1 berlokasi di Krueng, Nias, Cluster Nusra, Cluster Kalimantan Barat, Cluster Papua Utara, dengan indikatif volume gas (regas) 96 bbtud, kajian tahap advance - pembangkit dalam tahap beroperasi/ komisioning/ konstruksi.
Tahap 2 berlokasi di Cluster Sulawesi dan Cluster Maluku dengan indikatif volume gas (regas) 33 bbtud masuk kajian tahap awal - pembangkit tahap beroperasi/ komisioning/ kontruksi. Tahap 3 berlokasi di Cluster Maluku Utara dan Cluster Papua Selatan, dengan indikatif volume gas (regas) 19 bbtud, sekarang dalam kajian tahap awal - pembangkit tahap perencanaan.
"Kami masih bahas dengan PLN dan Pertamina," imbuhnya.
Sebelumnya, Wakil Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan konversi ini untuk menekan biaya karena konsumsi BBM lebih mahal daripada gas. Darmawan menerangkan penggunaan BBM biaya yang dikeluarkan sebesar US$ 20 per MMBTU, setelah dikonversi harganya akan turun menjadi sekitar US$ 12-14 MMBTU.
"Kita kerjasama antara PLN dan Pertamina. Nanti kita hitung keekonomian, masih lebih murah dari US$ 20 per MMBTU, dan LNG bisa diambil dari Tangguh, Bontang. Masela baru mulai 2026-2027," ungkapnya di Kantor BUMN, Jumat, (17/01/2020).
Melalui konversi ini, imbuhnya, artinya mengubah energi berbasis impor menjadi komponen dalam negeri. Konversi ini berjalan berdasarkan Keputusan Menteri (Kepmen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
"Ini ada energi impor biayanya tinggi, melalui efisiensi diganti dengan energi domestik yang lebih murah. Tentu punya efek sangat positif, bukan hanya untuk PLN secara cost bisa dikurangi, kesehatan finansial PLN bisa dikurangi," imbuhnya.
(gus/gus) Next Article PGN Dukung Percepatan Masperplan Gas Bumi Nasional 2021-2023
"Dengan adanya penugasan ini, maka PLN bisa hemat Rp 1,92 triliun per tahun. Targetnya rampung dua tahun," ungkapnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi VII, Senin, (10/02/2020).
Lebih lanjut dirinya mengatakan, terkait penugasan penyediaan pasokan dan pembangunan infrastruktur LNG untuk 52 titik pembangkit listrik PLN terbagi dalam empat tahap proyek. Di antaranya tahap proyek quick win berlokasi di Tanjung Selor dengan indikatif volume gas (regas) 0,66 bbtud menggunakan ISO Tank.
Tahap 2 berlokasi di Cluster Sulawesi dan Cluster Maluku dengan indikatif volume gas (regas) 33 bbtud masuk kajian tahap awal - pembangkit tahap beroperasi/ komisioning/ kontruksi. Tahap 3 berlokasi di Cluster Maluku Utara dan Cluster Papua Selatan, dengan indikatif volume gas (regas) 19 bbtud, sekarang dalam kajian tahap awal - pembangkit tahap perencanaan.
"Kami masih bahas dengan PLN dan Pertamina," imbuhnya.
Sebelumnya, Wakil Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan konversi ini untuk menekan biaya karena konsumsi BBM lebih mahal daripada gas. Darmawan menerangkan penggunaan BBM biaya yang dikeluarkan sebesar US$ 20 per MMBTU, setelah dikonversi harganya akan turun menjadi sekitar US$ 12-14 MMBTU.
"Kita kerjasama antara PLN dan Pertamina. Nanti kita hitung keekonomian, masih lebih murah dari US$ 20 per MMBTU, dan LNG bisa diambil dari Tangguh, Bontang. Masela baru mulai 2026-2027," ungkapnya di Kantor BUMN, Jumat, (17/01/2020).
Melalui konversi ini, imbuhnya, artinya mengubah energi berbasis impor menjadi komponen dalam negeri. Konversi ini berjalan berdasarkan Keputusan Menteri (Kepmen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
"Ini ada energi impor biayanya tinggi, melalui efisiensi diganti dengan energi domestik yang lebih murah. Tentu punya efek sangat positif, bukan hanya untuk PLN secara cost bisa dikurangi, kesehatan finansial PLN bisa dikurangi," imbuhnya.
(gus/gus) Next Article PGN Dukung Percepatan Masperplan Gas Bumi Nasional 2021-2023
Most Popular