
Internasional
Alert! Corona Ganggu Pusat Manufaktur Elektronik China
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
10 February 2020 14:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebagian pabrik di China mulai beroperasi pada Senin (10/2/20), setelah tutup selama tiga minggu terakhir akibat libur Tahun Baru Imlek yang diperpanjang akibat merebaknya wabah virus corona yang mematikan.
Namun demikian, masih berlangsungnya upaya karantina untuk menghentikan penyebaran virus corona di beberapa kota China, dipastikan akan mengganggu operasi sebagian manufaktur elektronik.
Bahkan, para pakar manufaktur mengatakan gangguan yang akan terjadi di sektor itu bisa terus berlangsung hingga memasuki musim liburan 2020, meski pabrik-pabrik di China segera kembali melakukan produksi dalam skala penuh.
"Perusahaan yang membuat perangkat keras atau produk fisik berada dalam mode krisis sekarang, dan itu berlaku pada mereka yang mendapatkan barang jadi yang dibuat di China atau perusahaan yang mengandalkan China sebagai sumber komponen dan sub-rakitan," kata Neumann-Loreck, pendiri On-Tap Consulting, sebuah perusahaan asal Silicon Valley.
Sementara itu, menurut Sherina Kamal, analis risiko di Resillience 360, keterlambatan operasi berbagai pabrik selama seminggu telah mengganggu rantai pasokan. Resillience 360 merupakan sebuah perusahaan manajemen risiko logistik yang didukung oleh DHL.
"Efek riak yang datang dari satu wilayah di China benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya," kata Kamal. "Kami belum pernah melihat yang seperti ini."
Selain masalah keterlambatan operasi yang bisa menyebabkan gangguan pasokan, kekurangan tenaga kerja juga menjadi ancaman saat ini di China. Itu dikarenakan pada musim liburan Imlek lalu, banyak orang-orang China yang pulang ke kampung halaman.
Namun, wabah corona yang merebak saat ini mungkin akan membuat sebagian dari pekerja itu berpikir ulang sebelum kembali ke kota. Hal ini disampaikan Jayashankar Swaminathan, seorang Profesor di UNC Kenan-Flagler Business School.
"Ada banyak pekerja sementara yang pergi ke kota untuk mencari nafkah, kemudian mereka kembali dan bersatu kembali dengan keluarga mereka," kata Swaminathan.
"Tetapi dalam situasi ini, mereka mungkin memikirkan ulang tentang rencana untuk kembali. Akan menjadi masalah besar bagi perusahaan jika ada kekurangan tenaga kerja."
Virus corona yang pertama kali muncul pada Desember di Wuhan, China telah mewabah di seluruh kota di negara itu. Saat ini korban terinfeksi wabah yang mirip virus SARS ini telah mencapai 40,171 di China saja dan korban tewas mencapai 910 orang.
Wuhan termasuk kota yang menjadi pusat manufaktur peralatan high-end. Sebanyak 10 dokumen panduan implementasi "Made in China 2025" telah dijadikan pedoman oleh Pemerintah Provinsi Wuhan, Komite Reformasi Wuhan, Biro Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Wuhan, dan Biro Keuangan Provinsi Wuhan.
(sef/sef) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Namun demikian, masih berlangsungnya upaya karantina untuk menghentikan penyebaran virus corona di beberapa kota China, dipastikan akan mengganggu operasi sebagian manufaktur elektronik.
"Perusahaan yang membuat perangkat keras atau produk fisik berada dalam mode krisis sekarang, dan itu berlaku pada mereka yang mendapatkan barang jadi yang dibuat di China atau perusahaan yang mengandalkan China sebagai sumber komponen dan sub-rakitan," kata Neumann-Loreck, pendiri On-Tap Consulting, sebuah perusahaan asal Silicon Valley.
Sementara itu, menurut Sherina Kamal, analis risiko di Resillience 360, keterlambatan operasi berbagai pabrik selama seminggu telah mengganggu rantai pasokan. Resillience 360 merupakan sebuah perusahaan manajemen risiko logistik yang didukung oleh DHL.
"Efek riak yang datang dari satu wilayah di China benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya," kata Kamal. "Kami belum pernah melihat yang seperti ini."
Selain masalah keterlambatan operasi yang bisa menyebabkan gangguan pasokan, kekurangan tenaga kerja juga menjadi ancaman saat ini di China. Itu dikarenakan pada musim liburan Imlek lalu, banyak orang-orang China yang pulang ke kampung halaman.
Namun, wabah corona yang merebak saat ini mungkin akan membuat sebagian dari pekerja itu berpikir ulang sebelum kembali ke kota. Hal ini disampaikan Jayashankar Swaminathan, seorang Profesor di UNC Kenan-Flagler Business School.
"Ada banyak pekerja sementara yang pergi ke kota untuk mencari nafkah, kemudian mereka kembali dan bersatu kembali dengan keluarga mereka," kata Swaminathan.
"Tetapi dalam situasi ini, mereka mungkin memikirkan ulang tentang rencana untuk kembali. Akan menjadi masalah besar bagi perusahaan jika ada kekurangan tenaga kerja."
Virus corona yang pertama kali muncul pada Desember di Wuhan, China telah mewabah di seluruh kota di negara itu. Saat ini korban terinfeksi wabah yang mirip virus SARS ini telah mencapai 40,171 di China saja dan korban tewas mencapai 910 orang.
Wuhan termasuk kota yang menjadi pusat manufaktur peralatan high-end. Sebanyak 10 dokumen panduan implementasi "Made in China 2025" telah dijadikan pedoman oleh Pemerintah Provinsi Wuhan, Komite Reformasi Wuhan, Biro Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Wuhan, dan Biro Keuangan Provinsi Wuhan.
(sef/sef) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular