
'Jokowi Gagal Capai Target Pertumbuhan Ekonomi Meroket 7%'
Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
05 February 2020 11:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Target pemerintah tertuang jelas dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Pada RPJMN 2015-2019 Pemerintah di bawah kendali Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) pede bisa membawa ekonomi Indonesia meroket ke 7%.
"Dengan berbagai kebijakan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan meningkat tajam sejak tahun 2016, menjadi 7,1% pada tahun 2017, dan terus meningkat pada tahun 2018 dan 2019 masing-masing sebesar 7,5% dan 8,0%," demikian RPJMN 2015-2019 di Buku I seperti dikutip, Rabu (5/2/2020).
Bahkan dengan tingkat pertumbuhan ini, pendapatan perkapita naik dari Rp 47,8 Juta (US$ 3.918,3) pada tahun 2015 hingga mencapai Rp 72,2 Juta (US$ 6.018,1) pada tahun 2019.
Apa daya tangan tak sampai.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal IV-2019 tercatat 4,97%. Secara keseluruhan 2019, ekonomi Indonesia tumbuh 5,02%.
"Ekonomi Indonesia tumbuh 4,97% di triwulan IV-2019. Sehingga di sepanjang 2019 ekonomi Indonesia tumbuh 5,02%," kata Suhariyanto.
Menelusuri data Reuters, pertumbuhan ekonomi kuartalan ini tercatat yang terburuk sejak kuartal IV-2016. Kala itu ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,94%.
"Pertumbuhan ekonomi dunia sedang melemah dan belum stabil. Perang dagang antara AS-China masih jauh dari selesai. Ditambah ketegangan politik di Timur Tengah yang melambat," papar Suhariyanto.
"Sehingga (ekonomi kuartal IV-2019) 4,97% ini masih bisa dipahami," tutur Suhariyanto.
Sementara PDB per kapita di 2019, lanjut Suhariyanto mencapai US$ 4.174,9 atau Rp 59,1 juta.
Sehingga melihat kinerja pemerintah dalam mengejar pertumbuhan ekonomi dalam RPJMN tidak terealisasi. "Kita tidak bisa bilang mengecewakan tapi memang kejadian luar biasa terjadi di global dan ekonomi melambat," kata Suhariyanto.
Secara rata-rata, selama 5 tahun pertama di bawah kendali Joko Widodo, pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata tumbuh 5,03%.
Jokowi sendiri ketika menghadiri puncak peringatan Hari Ulang Tahun ke-8 Partai Nasional Demokrat di JIExpo Convention Centre and Theatre, Jakarta, Senin (11/11/2019) mengingatkan bahwa situasi ekonomi global saat ini benar-benar sulit.
"Sudah bolak-balik saya sampaikan, sudah banyak negara yang masuk ke dalam posisi resesi," ujarnya. Turut hadir antara lain Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin, Presiden ke-5 RI yang juga Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri, dan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Bambang Soesatyo.
Jokowi juga mengajak semua pihak agar mensyukuri realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Beberapa waktu lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang kuartal III-2019 sebesar 5,02%.
"Alhamdulillah kita masih berada di atas 5 persen. Jangan kufur nikmat, harus kita syukuri. Alhamdulillah bahwa kita mash diberi pertumbuhan di atas 5 %," kata Jokowi.
(NEXT)
"Dengan berbagai kebijakan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan meningkat tajam sejak tahun 2016, menjadi 7,1% pada tahun 2017, dan terus meningkat pada tahun 2018 dan 2019 masing-masing sebesar 7,5% dan 8,0%," demikian RPJMN 2015-2019 di Buku I seperti dikutip, Rabu (5/2/2020).
Bahkan dengan tingkat pertumbuhan ini, pendapatan perkapita naik dari Rp 47,8 Juta (US$ 3.918,3) pada tahun 2015 hingga mencapai Rp 72,2 Juta (US$ 6.018,1) pada tahun 2019.
![]() |
Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal IV-2019 tercatat 4,97%. Secara keseluruhan 2019, ekonomi Indonesia tumbuh 5,02%.
"Ekonomi Indonesia tumbuh 4,97% di triwulan IV-2019. Sehingga di sepanjang 2019 ekonomi Indonesia tumbuh 5,02%," kata Suhariyanto.
Menelusuri data Reuters, pertumbuhan ekonomi kuartalan ini tercatat yang terburuk sejak kuartal IV-2016. Kala itu ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,94%.
"Pertumbuhan ekonomi dunia sedang melemah dan belum stabil. Perang dagang antara AS-China masih jauh dari selesai. Ditambah ketegangan politik di Timur Tengah yang melambat," papar Suhariyanto.
"Sehingga (ekonomi kuartal IV-2019) 4,97% ini masih bisa dipahami," tutur Suhariyanto.
Sementara PDB per kapita di 2019, lanjut Suhariyanto mencapai US$ 4.174,9 atau Rp 59,1 juta.
Sehingga melihat kinerja pemerintah dalam mengejar pertumbuhan ekonomi dalam RPJMN tidak terealisasi. "Kita tidak bisa bilang mengecewakan tapi memang kejadian luar biasa terjadi di global dan ekonomi melambat," kata Suhariyanto.
Secara rata-rata, selama 5 tahun pertama di bawah kendali Joko Widodo, pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata tumbuh 5,03%.
Jokowi sendiri ketika menghadiri puncak peringatan Hari Ulang Tahun ke-8 Partai Nasional Demokrat di JIExpo Convention Centre and Theatre, Jakarta, Senin (11/11/2019) mengingatkan bahwa situasi ekonomi global saat ini benar-benar sulit.
"Sudah bolak-balik saya sampaikan, sudah banyak negara yang masuk ke dalam posisi resesi," ujarnya. Turut hadir antara lain Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin, Presiden ke-5 RI yang juga Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri, dan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Bambang Soesatyo.
![]() |
Jokowi juga mengajak semua pihak agar mensyukuri realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Beberapa waktu lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang kuartal III-2019 sebesar 5,02%.
"Alhamdulillah kita masih berada di atas 5 persen. Jangan kufur nikmat, harus kita syukuri. Alhamdulillah bahwa kita mash diberi pertumbuhan di atas 5 %," kata Jokowi.
(NEXT)
Next Page
Keganjilan Perekonomian Indonesia
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular