Misterius! 1.191 Babi Mati Mendadak di Bali, Ada Apa?

Muhammad Iqbal, CNBC Indonesia
03 February 2020 18:46
Demikian penjelasan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali.
Foto: Ilustrasi ternak babi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Denpasar, CNN Indonesia - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali melaporkan sudah ada 1.191 ekor babi yang mati sejak akhir Desember 2019.

Dalam laporan CNNIndonesia.com, Senin (3/2/2020), Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali I Ketut Gede Nata Kesuma menyebut virus sebagai penyebab di balik peristiwa itu.

"Secara klinis hasil pemantauan staf kami di lapangan menunjukkan gejala klinis penyakit babi, baik hog cholera, salmonella, ASF (African Swine Fever). Jenisnya mirip-mirip (kasus di Sumatra Utara) cuman agar lebih pasti harus konfirmasi secara laboratorium," tutur Nata di Denpasar, Bali.

Nantinya, Kementerian Pertanian yang akan mengumumkan hasil uji laboratorium ihwal virus tersebut. Jika hasilnya bukan disebabkan oleh virus, hasil laboratorium tidak akan diumumkan.

Misterius! 1.191 Babi Mati Mendadak di Bali, Ada Apa?Foto: Rumah potong hewan Babi di Kawasan Neglasari, Tangeran, Banten, Kamis 19/9. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)


Nata lalu menjelaskan bahwa jumlah kasus kematian babi paling banyak terjadi di Kabupaten Badung. Jumlahnya mencapai 564 ekor dan tidak menutup kemungkinan akan terus bertambah. Kabupaten/kota lain yang menelan banyak korban terwas adalah Kabupaten Tabanan 537 ekor, Kota Denpasar 54 ekor, dan Kabupaten Gianyar 36 ekor.


Nata mengklaim babi yang mati masih jauh lebih sedikit ketimbang jumlah babi yang ada di Bali. Populasinya mencapai 800 ribu ekor. Namun, dia tetap tak memandang sepele.

"Jika jumlah kecil ini tidak ditekan bisa merebak ke seluruh penjuru Bali. Kami tidak anggap enteng jumlah kecil ini," kata Nata.

Peternak babi juga sudah khawatir dengan fenomena tersebut. Mereka mengklaim harga babi terus turun akibat kematian massal. Itu semua karena masyarakat curiga babi di Bali terinfeksi virus Demam Babi Afrika atau African Swine Fever. Penyakit itu sudah diantisipasi Pemprov Bali sejak akhir 2019 lalu.

Seorang peternak asal Gianyar, Ketut Suardika mengatakan harga babi terus turun. Tidak hanya di daerah tempat babi mati secara misterius, tetapi juga di daerah lain lantaran kecurigaan masyarakat sudah menyebar.

Ketut mengatakan harga 1 kg daging babi sudah anjlok ke angka Rp22 ribu dari Rp27 ribu. Tidak ada yang menjamin harga tersebut bisa naik kembali dalam waktu dekat.

"Jujur kami pasti panik. Saya dengar jumlah kematian babi terus bertambah. Saya takut babi saya yang mati dan sebegitu lama kami harus tahu apa penyebabnya. Kami belum tahu sampai sekarang," ujar Ketut.

[Gambas:Video CNBC]


(miq/hoi) Next Article Virus Misterius Diduga Picu Kematian Seribuan Babi di Bali

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular