
Asuransi Ungkap Penyebab Inflasi Kesehatan Melonjak Tinggi
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
03 February 2020 12:17

Jakarta, CNBC Indonesia- Perusahaan asuransi kesehatan menyoroti tingginya tren inflasi medis dari tahun ke tahun, jauh di atas inflasi inti yang di kisaran 3%. Menurut PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia atau dikenal sebagai Mandiri Inhealth, pada 2019 inflasi medis sebesar 9,5%, atau 6% lebih besar dibandingkan inflasi inti.
"Ada gap antara inflasi medis dan inflasi inti, dan siapa yang mau funding padahal kemampuan orang relate sama inflasi inti. Hal ini disebabkan ada kecenderungan Rumah Sakit memberikan pelayanan lebih yang tidak perlu diberikan," kata Direktur Utama Mandiri Inhealth Iwan Pasila kepada CNBC Indonesia, Jumat (31/01/2020).
Menurutnya pelayanan kesehatan yang berlebihan juga disebabkan karena permintaan dari peserta, hal inilah yang membuat tingginya inflasi medis. Iwan mengatakan tingginya gap antara inflasi medis dan inti telah terjadi sejak 2015.
Selain itu, inflasi kesehatan yang tinggi juga bisa disebabkan oleh peserta milenial yang kebanyakan tidak memperhatikan aspek kesehatan. Kebanyakan peserta milenial seringkali terekspos penyakit tidak menular seperti diabetes ataupun jantung koroner, dan menjadi risiko besar ke depannya.
Menghadapi kondisi inflasi kesehatan ini, Mandiri Inhealth bekerja sama dengan Rumah Sakit dan Klinik untuk mengukur unit cost setiap peserta. Dengan begitu, jika ada unit cost yang tidak wajar maka bisa diketahui penyebabnya dan mencari solusinya.
"Adanya inflasi medis ini kami turunkan asumsi medis, dalam batas yang kami terima. Setiap tahunnya akan memperbaiki pengembalian klaim ke rumah sakit," katanya.
Saat ini Mandiri Inhealth telah melayani 1.700 badan usaha, dengan total peserta asuransi kesehatan 1,5 juta orang dan asuransi jiwa 300 ribu orang. Perusahaan pun berencana memperluas jaringannya di luar jangkauannya saat ini, apalagi jangkauan asuransi kesehatan swasta masih belum sebanyak JKN.
"Yang out pocket kami sendiri 30% ini pangsa yang besar dan bisa ditarik. Untuk coveragenya, ke depan isunya adalah optimalisasi biaya kesehatan yang jadi isu utama," ujar Iwan.
(dob/dob) Next Article Biaya Kesehatan Mahal, Pak Jokowi! Rakyat Bisa Jatuh Miskin
"Ada gap antara inflasi medis dan inflasi inti, dan siapa yang mau funding padahal kemampuan orang relate sama inflasi inti. Hal ini disebabkan ada kecenderungan Rumah Sakit memberikan pelayanan lebih yang tidak perlu diberikan," kata Direktur Utama Mandiri Inhealth Iwan Pasila kepada CNBC Indonesia, Jumat (31/01/2020).
Menurutnya pelayanan kesehatan yang berlebihan juga disebabkan karena permintaan dari peserta, hal inilah yang membuat tingginya inflasi medis. Iwan mengatakan tingginya gap antara inflasi medis dan inti telah terjadi sejak 2015.
Menghadapi kondisi inflasi kesehatan ini, Mandiri Inhealth bekerja sama dengan Rumah Sakit dan Klinik untuk mengukur unit cost setiap peserta. Dengan begitu, jika ada unit cost yang tidak wajar maka bisa diketahui penyebabnya dan mencari solusinya.
"Adanya inflasi medis ini kami turunkan asumsi medis, dalam batas yang kami terima. Setiap tahunnya akan memperbaiki pengembalian klaim ke rumah sakit," katanya.
Saat ini Mandiri Inhealth telah melayani 1.700 badan usaha, dengan total peserta asuransi kesehatan 1,5 juta orang dan asuransi jiwa 300 ribu orang. Perusahaan pun berencana memperluas jaringannya di luar jangkauannya saat ini, apalagi jangkauan asuransi kesehatan swasta masih belum sebanyak JKN.
"Yang out pocket kami sendiri 30% ini pangsa yang besar dan bisa ditarik. Untuk coveragenya, ke depan isunya adalah optimalisasi biaya kesehatan yang jadi isu utama," ujar Iwan.
(dob/dob) Next Article Biaya Kesehatan Mahal, Pak Jokowi! Rakyat Bisa Jatuh Miskin
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular