Mengukur Dampak Brexit & Corona bagi Ekonomi RI

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
02 February 2020 15:19
Dampak Brexit
Foto: MEP memegang spanduk setelah pemungutan suara tentang penarikan Inggris dari UE, langkah legislatif terakhir dalam proses Brexit, selama sesi pleno di Parlemen Eropa di Brussels, Rabu, 29 Januari 2020. (Yves Herman, Pool Photo via AP)
Keluarnya Inggris dari UE dikabarkan akan membuka peluang baru perdagangan bagi RI. Salah satunya untuk kelapa sawit RI yang kena diskriminasi dari UE.

Duta Besar Inggris untuk Indonesia Owen Jenkins mengemukakan bahwa negeri Elizabeth saat ini memang masih akan menggunakan aturan UE di bidang perdagangan. Namun, bukan tidak mungkin ada aturan yang berbeda ke depannya.

"Selama masa transisi, kami akan lihat apa yang akan kami lakukan dengan ini," kata Jenkins dalam konferensi pers di Kedutaan Inggris pekan ini.


Jenkins mengatakan, bahwa aturan biofuel Inggris dan UE sangat berbeda karena jauh lebih memudahkan kalangan importir. Khusus CPO, Inggris pun memahami bahwa komoditas tersebut bagian penting bagi Indonesia.



"Inggris sadar pentingnya industri CPO bagi ekonomi Indonesia. Jadi kami yakin ini industri utama untuk Indonesia, dan kami perlu perhatikan dengan baik," kata Jenkins.

Jadi apakah dampaknya positif, negatif atau bahkan tak berdampak apa-apa juga terkait besar kecilnya dampak untuk ekonomi RI tak akan secara langsung dirasakan. Selagi negosiasi antara Inggris dan UE masih berjalan, Britania Raya masih akan ikut aturang perdagangan UE.

Selain Brexit, ada hal lain yang justru harus diwaspadai benar yakni penyebaran virus corona yang makin meluas. Virus ini awalnya ditemukan di Wuhan, Provinsi Hubei, China bagian tengah.

Virus tersebut menyerang sistem pernapasan seperti SARS dan dapat mengakibatkan pneumonia hingga kematian. Sejak pertama kali ditemukan akhir tahun lalu, virus ini terus meluas dan jumlah korban terus bertambah setiap harinya.

Virus corona memang sudah pada fase mengkhawatirkan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah mendeklarasikan situasi darurat global merespons penyebaran virus corona yang semakin meluas.

Mengacu pada data dashboard John Hopkins CSSE yang di-update kemarin, saat ini sudah ada 14.514 kasus yang dilaporkan. Jumlah korban meninggal mencapai 304 orang. Sementara jumlah orang yang dikabarkan sembuh ada 304.


Walau tak lebih mematikan dibandingkan dengan SARS, virus ini menyebar dengan sangat cepat. Dalam kurun waktu sebulan jumlah kasus yang dilaporkan meningkat pesat dan telah malampaui kasus SARS secara global.

Kejadian ini telah menyita perhatian seluruh dunia. Akibat epidemi ini rantai pasok jadi terganggu dan sektor transportasi terkontraksi. Akibatnya mulai banyak ekonom yang meramal ekonomi China dalam bahaya. (twg/twg)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular