
Subsidi LPG 3 KG Makin Bikin Pusing, Apa Solusinya?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
31 January 2020 18:11

Jangan lupa bahwa RI juga punya cadangan gas yang besar. Bahkan terbesar kedua setelah China di kawasan Asia Pasifik. Menurut BP Energi Statistics, Indonesia memiliki cadangan gas mencapai 2,8 triliun meter kubik.
Selain Indonesia kaya akan sumber daya alam ini, harga gas terutama untuk jenis Liquified Natural Gas (LNG) lebih miring ketimbang harga LPG. Satu alasannya adalah harga LPG sangat bergantung dari harga minyak, sementara harga LNG tergantung pada harga gas alam.
Selain lebih murah dibanding harga minyak, harga gas juga cenderung lebih stabil ketimbang harga minyak yang sering mengalami fluktuasi tajam (volatil). Harga yang lebih murah jadi salah satu keunggulan lain dari penggunaan gas.
Saat ini, konsumsi gas di tanah air paling banyak diserap untuk sektor industri dan pembangkit listrik. Konsumsi gas di RI paling banyak diserap di industri manufaktur, pupuk dan pembangkit listrik. Jika ditotal serapannya mencapai 76% dari total konsumsi gas RI pada 2018.
Untuk dapat beralih dari LPG ke gas, Indonesia memiliki dua tantangan utama. Pertama, walau kaya akan sumber daya alam berupa gas, produksi gas Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.
Pada 2014 lifting gas bumi RI per hari mencapai 1.206 mboepd. Tahun lalu lifting gas bumi anjlok menjadi 1.060 mboepd. Artinya dalam kurun waktu lima tahun terakhir lifting minyak tanah air turun 12,8%. Padahal konsumsi gas terus naik. Hal ini harus diwaspadai benar agar jangan sampai Indonesia juga impor gas besar-besaran seperti impor minyak. Makin tekor nanti.
Tantangan kedua terkait dengan jalur distribusinya. Jarak dari sumber gas bumi ke konsumen akhir biasanya jauh, sehingga membutuhkan infrastruktur berupa pipa untuk dapat menyalurkan gas yang diproduksi.
Perusahaan Gas Negara (PGN) merupakan perusahaan plat merah yang bergerak di sektor gas dan saat ini telah menyuplai gas ke lebih dari 170 ribu rumah tangga melalui jaringan yang disebut sebagai jargas.
Namun belum semua wilayah sudah menggunakan pasokan gas ini. Saat ini pelanggan gas bumi PGN tersebar di berbagai wilayah mulai dari Jawa Barat, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Utara dan Sorong, Papua Barat.
Untuk semakin memperluas jangkauan, maka jargas harus terus dibangun. Dari tahun ke tahun sambungan jargas terus bertambah. Kementerian ESDM menargetkan pada 2020 sambungan jargas mencapai 804 ribu sambungan rumah tangga (SR).
Kompor Listrik
Alternatif lain selain gas adalah electric heating atau bahasa simpelnya adalah kompor listrik. Ada setidaknya tiga keuntungan menggunakan kompor listrik. Pertama harganya yang sekarang sudah terjangkau. Satu unit kompor listrik ditawarkan dengan harga yang bervariasi, mulai dari Rp 300.000 hingga jutaan rupiah tergantung kebutuhan.
Keuntungan kedua adalah dari segi keamanan. Jika dibandingkan dengan gas dan LPG kompor listrik dalam keadaan normal relatif lebih aman karena tak perlu takut tejadi kebocoran seperti yang sering ditemukan jika menggunakan gas atau LPG.
Keuntungan ketiga adalah lebih ramah lingkungan karena emisi yang lebih rendah. Memang dalam menggunakan kompor listrik juga memiliki kekurangan seperti membutuhkan daya listrik yang relatif lebih besar dan tak semua piranti rumah tangga cocok dengan kompor ini. Namun yang perlu dicatat adalah komponen utama kompor ini adalah listrik.
Pembangkit listrik di Indonesia kebanyakan adalah pembangkit termal yang menggunakan batu bara. Indonesia sendiri kaya akan sumber daya ini dan menjadi eksportir batu bara global. Jadi keuntungan lainnya yang juga dapat jadi pertimbangan adalah dapat mengurangi impor migas.
Setiap opsi memang memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Namun dua alternatif di atas patut dipertimbangkan sebagai bentuk upaya untuk menurunkan beban subsidi serta beban impor yang selama ini ditanggung pemerintah.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/gus)
Selain Indonesia kaya akan sumber daya alam ini, harga gas terutama untuk jenis Liquified Natural Gas (LNG) lebih miring ketimbang harga LPG. Satu alasannya adalah harga LPG sangat bergantung dari harga minyak, sementara harga LNG tergantung pada harga gas alam.
![]() |
Saat ini, konsumsi gas di tanah air paling banyak diserap untuk sektor industri dan pembangkit listrik. Konsumsi gas di RI paling banyak diserap di industri manufaktur, pupuk dan pembangkit listrik. Jika ditotal serapannya mencapai 76% dari total konsumsi gas RI pada 2018.
Untuk dapat beralih dari LPG ke gas, Indonesia memiliki dua tantangan utama. Pertama, walau kaya akan sumber daya alam berupa gas, produksi gas Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.
Pada 2014 lifting gas bumi RI per hari mencapai 1.206 mboepd. Tahun lalu lifting gas bumi anjlok menjadi 1.060 mboepd. Artinya dalam kurun waktu lima tahun terakhir lifting minyak tanah air turun 12,8%. Padahal konsumsi gas terus naik. Hal ini harus diwaspadai benar agar jangan sampai Indonesia juga impor gas besar-besaran seperti impor minyak. Makin tekor nanti.
Tantangan kedua terkait dengan jalur distribusinya. Jarak dari sumber gas bumi ke konsumen akhir biasanya jauh, sehingga membutuhkan infrastruktur berupa pipa untuk dapat menyalurkan gas yang diproduksi.
Perusahaan Gas Negara (PGN) merupakan perusahaan plat merah yang bergerak di sektor gas dan saat ini telah menyuplai gas ke lebih dari 170 ribu rumah tangga melalui jaringan yang disebut sebagai jargas.
Namun belum semua wilayah sudah menggunakan pasokan gas ini. Saat ini pelanggan gas bumi PGN tersebar di berbagai wilayah mulai dari Jawa Barat, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Utara dan Sorong, Papua Barat.
Untuk semakin memperluas jangkauan, maka jargas harus terus dibangun. Dari tahun ke tahun sambungan jargas terus bertambah. Kementerian ESDM menargetkan pada 2020 sambungan jargas mencapai 804 ribu sambungan rumah tangga (SR).
Kompor Listrik
Alternatif lain selain gas adalah electric heating atau bahasa simpelnya adalah kompor listrik. Ada setidaknya tiga keuntungan menggunakan kompor listrik. Pertama harganya yang sekarang sudah terjangkau. Satu unit kompor listrik ditawarkan dengan harga yang bervariasi, mulai dari Rp 300.000 hingga jutaan rupiah tergantung kebutuhan.
Keuntungan kedua adalah dari segi keamanan. Jika dibandingkan dengan gas dan LPG kompor listrik dalam keadaan normal relatif lebih aman karena tak perlu takut tejadi kebocoran seperti yang sering ditemukan jika menggunakan gas atau LPG.
Keuntungan ketiga adalah lebih ramah lingkungan karena emisi yang lebih rendah. Memang dalam menggunakan kompor listrik juga memiliki kekurangan seperti membutuhkan daya listrik yang relatif lebih besar dan tak semua piranti rumah tangga cocok dengan kompor ini. Namun yang perlu dicatat adalah komponen utama kompor ini adalah listrik.
Pembangkit listrik di Indonesia kebanyakan adalah pembangkit termal yang menggunakan batu bara. Indonesia sendiri kaya akan sumber daya ini dan menjadi eksportir batu bara global. Jadi keuntungan lainnya yang juga dapat jadi pertimbangan adalah dapat mengurangi impor migas.
Setiap opsi memang memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Namun dua alternatif di atas patut dipertimbangkan sebagai bentuk upaya untuk menurunkan beban subsidi serta beban impor yang selama ini ditanggung pemerintah.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/gus)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular