Apa Beda Corona dan SARS?

Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
29 January 2020 16:57
Apa Beda Corona dan SARS?
Jakarta, CNBC Indonesia - Para ahli kesehatan mengatakan bahwa virus corona 'lebih menular', namun tidak separah epidemi Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Perbandingannya ditakar ketika pelaku pasar melihat dampak ekonomi potensial dari suatu wabah baru.

Menurut profesor kesehatan global dan direktur di London School of Hygiene dan Tropical Medicine, Peter Piot, tingkat kematian yang disebabkan virus corona lebih rendah dibandingkan dengan wabah SARS pada 2003.


Tetapi, jika 1 juta orang terinfeksi oleh virus corona, bukan tidak mungkin angka kematian 1% atau 2% dari itu akan diterjemahkan sebagai 10.000 atau 20.000 kematian.

Pada Selasa (28/1/2020) Otoritas kesehatan China mengkonfirmasi bahwa wabah virus corona telah menginfeksi 4.515 orang, dengan 106 orang dilaporkan meninggal. Ini berarti virus telah membunuh lebih dari 2% dari mereka yang terinfeksi.


Perbandingan SARS dan Corona?

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Ghebreyesus mengatakan sebagian besar dari mereka yang meninggal akibat virus corona memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya penyakit itu makin menyebar. Seperti hipertensi, diabetes atau penyakit kardiovaskular, yang melemahkan sistem kekebalan tubuh mereka.

Itulah mengapa WHO menolak untuk menyatakan wabah tersebut sebagai darurat kesehatan global. Sebelumnya WHO hanya memberikan status darurat di China.

Virus corona merupakan keluarga besar virus yang biasanya menginfeksi hewan. Namun lambat laun dapat berevolusi dan menyebar ke manusia.

Gejala awal adalah demam, batuk dan sesak nafas yang dapat berkembang menjadi pneumonia. Dokter telah membandingkannya dengan wabah SARS 2003, yang memiliki masa inkubasi pendek yaitu dua hingga tujuh hari.

Selama masa infeksi SARS (2002-2003), ada hampir 8.098 kasus yang dilaporkan dan 774 kematian, menurut WHO. Itu berarti virus membunuh kira-kira satu dari 10 orang yang terinfeksi.

Akhir pekan lalu, Mantan Komisaris FDA Scott Gottlieb mengatakan bahwa wabah virus corona, yang pertama kali diidentifikasi di kota Wuhan di China, tampaknya lebih menular daripada SARS, tetapi tidak separah SARS.

[Gambas:Video CNBC]





Dampak ke Ekonomi

Wabah SARS berkontribusi terhadap penurunan di pasar global pada awal 2003, tetapi saham kembali pulih setelah wabah itu teratasi. Saat itu S&P 500 turun sekitar 10% dari awal tahun hingga pertengahan Maret, tetapi berakhir lebih dari 26% sepanjang tahun.

Yang pasti, kondisi pasar pada tahun 2003 berbeda dengan tahun 2020. Wabah SARS juga disertai oleh faktor internasional utama lainnya untuk pasar keuangan pada 2003, ketika AS menginvasi Irak pada Maret silam.

Pasar saham di seluruh dunia turun tajam di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang dampak ekonomi dari virus corona. Di Wall Street, rata-rata industri Dow Jones mencatatkan penurunan satu hari terbesar sejak Oktober, menghapus kenaikan rata-rata 30 saham.

"Perbedaan terbesar adalah bahwa hari ini ada jauh lebih banyak transparansi dan pertukaran informasi karena pada saat itu, di China, ada beberapa penekanan informasi, itu tidak lagi menjadi masalah," kata Piot.

Dia menjelaskan jaringan laboratorium dan pengawasan penyakit telah dibentuk dalam beberapa tahun terakhir, dengan investasi lebih besar di negara-negara termiskin "tetapi itu tidak cukup."

Darurat Kesehatan Global

Beberapa kasus virus corona telah dikonfirmasi di 17 negara. Diantaranya di Thailand, Vietnam, Korea Selatan, Malaysia, Jepang, Australia, Perancis, dan Amerika Serikat, Jerman, Kamboja, dan Sri Lanka.

"Ini darurat kesehatan global. Tidak ada keraguan tentang hal itu ketika anda mempertimbangkan bahwa suatu hari, jumlah kasus baru meningkat dua kali lipat dalam semalam, dan sekarang ada lebih dari 100 kematian dan banyak negara telah mengalami kasus itu," kata Piot.

Ketika ditanya apakah WHO dapat mendeklarasikan darurat kesehatan publik resmi yang menjadi perhatian internasional selama beberapa hari mendatang, Christian Lindmeier, juru bicara WHO di Jenewa, menjawab terus mengevaluasi.

"Keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional, ketika diumumkan, sangat sering memicu sinyal politik," kata Lindmeier.

"Ini menunjukkan kepada para pemimpin dunia bahwa kerja sama internasional sekarang diperlukan."
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular