
Cara Baru RI Blokir Virus Corona: Perketat Impor dari China!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 January 2020 07:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Wabah virus Corona sedang menjadi sorotan dunia. Berawal dari Kota Wuhan di Provinsi Hubei (China), virus ini menyebar ke berbagai negara di Benua Asia, Amerika, hingga Eropa.
Mengutip data satelit pemetaan Arcgis per Rabu (29/1/2020) pukul 07:20 WIB, sudah ada 5.494 kasus virus Corona di seluruh dunia, di mana 4.409 terjadi di Negeri Tirai Bambu. Sedangkan Thailand ada 14 kasus, Hong Kong dan Taiwan masing-masing delapan kasus, Jepang, Makau, dan Singapura masing-masing tujuh kasus, Australia dan Amerika Serikat (AS) masing-masing lima kasus, Prancis, Jerman, Korea Selatan, dan Malaysia masing-masing empat kasus, Kanada dan Vietnam masing-masing dua kasus, serta Kamboja, Nepal, dan Sri Lanka masing-masing sebiji kasus.
Total korban jiwa mencapai 131 orang, seluruhnya di China. Namun masih ada kabar baik, 103 orang yang dinyatakan pulih.
Baca: Akankah Corona Masih Mengintai Pasar?
"Kasus-kasus baru mungkin akan muncul di China dan negara lain dalam beberapa hari ke depan. Jika Anda meningkatkan pengawasan dan pengujian, maka sangat mungkin untuk mendapatkan kasus baru," kata Tarik Jasarevic, Juru Bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), seperti dikutip dari Reuters.
Virus Corona menyebar dengan cepat karena terjadi saat musim liburan Tahun Baru Imlek di China. Ini adalah momentum puncak aktivitas masyarakat di sana, jutaan orang bergerak melakukan perjalanan antar-kota maupun antar-negara.
Pandemi virus Corona membuat berbagai negara melakukan reaksi. Beberapa di antaranya seperti AS, Kanada, dan Singapura mengeluarkan travel advisory baru, yang mengimbau warga untuk tidak bepergian ke China kecuali untuk urusan mendadak.
"Jangan melakukan perjalanan, terutama ke Provinsi Hubei, karena virus Corona kali pertama teridentifikasi di Kota Wuhan. Pemerintah China sudah mengeluarkan larangan masuk ke sekitar wilayah Wuhan. Pendatang harus mengetahui bahwa pemerintah China bisa melarang mereka masuk atau keluar dari Provinsi Wuhan," demikian sebut keterangan resmi Kementerian Luar Negeri AS.
Baca: Makin Gawat! Kini 131 Orang Tewas karena Virus Corona
Tidak hanya itu, kekhawatiran penyebaran virus Corona juga membuat sejumlah negara mulai berhati-hati terhadap barang impor dari China. Indonesia misalnya, akan melakukan antisipasi dengan memperketat masuknya barang dari China.
"Antisipasi dengan pengetatan biosecurity dilakukan di pintu masuk. Semua jenis yang masuk, baik makanan, buah, dan lainnya," kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, seperti dikutip dari detikfinance.
Bagaimana gambaran impor makanan dari China? Apakah jumlahnya memang cukup besar?
Kalau bicara nilai, impor dari China memang yang terbesar. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, total nilai impor dari China selama Januari-Oktober 2019 adalah US$ 36,56 miliar. China menduduki peringkat pertama, bahkan jauh di atas Singapura dengan nilai US$ 14,25 miliar.
Sebagian besar barang impor dari China yang masuk ke Indonesia bukanlah barang konsumsi melainkan bahan baku/penolong dan barang modal untuk keperluan industri. Sepanjang 10 bulan pertama 2019, mayoritas barang impor dari China adalah peralatan telekomunikasi dan bagiannya (HS 764) dengan nilai US$ 3,64 miliar.
Meski begitu, China juga memasok sejumlah komoditas pangan dalam jumlah yang lumayan banyak. Misalnya bawang putih, di mana seluruh bawang putih impor di Indonesia berasal dari China dengan nilai US$ 332,91 juta pada Januari-Oktober 2019.
Indonesia juga mendatangkan cabai segar dingin dari China senilai US$ 2.100 dalam periode yang sama. Ada pula impor cabai kering tumbuk yang bernilai US$ 4,4 juta.
Masih menyangkut cabai, ada juga impor cabai awet sementara senilai US$ 13.990. Selain itu, Indonesia juga mengimpor tembakau asal China senilai US$ 138,53 juta.
Sejauh ini memang belum ada laporan bahwa produk pangan dari China bisa menjadi medium penyebaran virus Corona. Namun mencegah lebih baik daripada mengobati bukan?
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Mengutip data satelit pemetaan Arcgis per Rabu (29/1/2020) pukul 07:20 WIB, sudah ada 5.494 kasus virus Corona di seluruh dunia, di mana 4.409 terjadi di Negeri Tirai Bambu. Sedangkan Thailand ada 14 kasus, Hong Kong dan Taiwan masing-masing delapan kasus, Jepang, Makau, dan Singapura masing-masing tujuh kasus, Australia dan Amerika Serikat (AS) masing-masing lima kasus, Prancis, Jerman, Korea Selatan, dan Malaysia masing-masing empat kasus, Kanada dan Vietnam masing-masing dua kasus, serta Kamboja, Nepal, dan Sri Lanka masing-masing sebiji kasus.
Total korban jiwa mencapai 131 orang, seluruhnya di China. Namun masih ada kabar baik, 103 orang yang dinyatakan pulih.
"Kasus-kasus baru mungkin akan muncul di China dan negara lain dalam beberapa hari ke depan. Jika Anda meningkatkan pengawasan dan pengujian, maka sangat mungkin untuk mendapatkan kasus baru," kata Tarik Jasarevic, Juru Bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), seperti dikutip dari Reuters.
Virus Corona menyebar dengan cepat karena terjadi saat musim liburan Tahun Baru Imlek di China. Ini adalah momentum puncak aktivitas masyarakat di sana, jutaan orang bergerak melakukan perjalanan antar-kota maupun antar-negara.
Pandemi virus Corona membuat berbagai negara melakukan reaksi. Beberapa di antaranya seperti AS, Kanada, dan Singapura mengeluarkan travel advisory baru, yang mengimbau warga untuk tidak bepergian ke China kecuali untuk urusan mendadak.
"Jangan melakukan perjalanan, terutama ke Provinsi Hubei, karena virus Corona kali pertama teridentifikasi di Kota Wuhan. Pemerintah China sudah mengeluarkan larangan masuk ke sekitar wilayah Wuhan. Pendatang harus mengetahui bahwa pemerintah China bisa melarang mereka masuk atau keluar dari Provinsi Wuhan," demikian sebut keterangan resmi Kementerian Luar Negeri AS.
Baca: Makin Gawat! Kini 131 Orang Tewas karena Virus Corona
Tidak hanya itu, kekhawatiran penyebaran virus Corona juga membuat sejumlah negara mulai berhati-hati terhadap barang impor dari China. Indonesia misalnya, akan melakukan antisipasi dengan memperketat masuknya barang dari China.
"Antisipasi dengan pengetatan biosecurity dilakukan di pintu masuk. Semua jenis yang masuk, baik makanan, buah, dan lainnya," kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, seperti dikutip dari detikfinance.
Bagaimana gambaran impor makanan dari China? Apakah jumlahnya memang cukup besar?
Kalau bicara nilai, impor dari China memang yang terbesar. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, total nilai impor dari China selama Januari-Oktober 2019 adalah US$ 36,56 miliar. China menduduki peringkat pertama, bahkan jauh di atas Singapura dengan nilai US$ 14,25 miliar.
Sebagian besar barang impor dari China yang masuk ke Indonesia bukanlah barang konsumsi melainkan bahan baku/penolong dan barang modal untuk keperluan industri. Sepanjang 10 bulan pertama 2019, mayoritas barang impor dari China adalah peralatan telekomunikasi dan bagiannya (HS 764) dengan nilai US$ 3,64 miliar.
Meski begitu, China juga memasok sejumlah komoditas pangan dalam jumlah yang lumayan banyak. Misalnya bawang putih, di mana seluruh bawang putih impor di Indonesia berasal dari China dengan nilai US$ 332,91 juta pada Januari-Oktober 2019.
Indonesia juga mendatangkan cabai segar dingin dari China senilai US$ 2.100 dalam periode yang sama. Ada pula impor cabai kering tumbuk yang bernilai US$ 4,4 juta.
Masih menyangkut cabai, ada juga impor cabai awet sementara senilai US$ 13.990. Selain itu, Indonesia juga mengimpor tembakau asal China senilai US$ 138,53 juta.
Sejauh ini memang belum ada laporan bahwa produk pangan dari China bisa menjadi medium penyebaran virus Corona. Namun mencegah lebih baik daripada mengobati bukan?
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Most Popular